Markisa

19 2 0
                                    

Siang itu awan hitam menutupi sebagian wilayah Tenggara, sangat tidak wajar .
Apalagi di bulan juni.
Bulan Dimana aku kehilangan alasanku untuk hidup,Markisa.
Hari gelap itu akankah datang kembali?

"Persetan"
Aku membanting jam wekerku yang rusak dan tak bersalah itu kedalam tong sampah.
"Kenapa pake keluar sih ini air mata"
"Pengecut,markisa gak pantas dicintai orang yang seperti aku"
"Ini kenapa juga ngomong sendiri, dasar gila"
"Masih muda dan gila"

Markisa, kenapa kita harus bertemu,seharusnya kamu tetap di tempatmu dan tidak menyusulku ke Tenggara.
Hidupku kacau markisa, kenapa kau mencintaiku?

Aku tidak suka apa yang aku miliki, aku tidak suka kekuatan ini.
Aku tidak suka tubuhku yang lentur.
Apa gunanya potensiku ini?

Kekuatan ini yang membawamu pada bahaya yang seharusnya tidak kau alami.
Kekuatan ini yang merenggutmu dariku.

Aku benci hari gelap di bulan Juni.

Aku benci kehilanganmu.

Kekuatan ini beban.

Aku tidak mau kehebatan ini, aku hanya ingin bersamamu..markisa.

Aku mengambil jam weker baru dan menaruhnya di nakas.

Merebahkan tubuhku dan menutup mata mungkin akan membantu.
Tapi pada siapa aku bercanda?

Aku harus bertemu seseorang dan mengalihkan pikiranku.
Tapi sancaka sangat susah dihubungi, dia semakin sibuk saja.
Kayak mengejar target.

Dasar si wulan , buru-buru banget pengen dinikahin.

Kasihan kan sancaka.

Ngomong-ngomong tentang wulan, ada sesuatu yang aneh tentang dia.
Tatapannya sangat aneh saat menatapku,seperti menyembunyikan sesuatu.
Seperti tatapannya Markisa saat pertama kali aku bertemu dengannya.

Apa mereka mengetahui sesuatu tersembunyi padaku.

Sial, tidak mungkin. Pikiranku aja yang ke mana-mana.

Mataku perlahan terpejam,sepertinya rasa kantuk mulai menyerangku.

"Ray,aku ke tenggara ya"

Suara itu, suara..Markisa

Aku terlonjak bangun.

Dalam mimpi saja masih ada dirinya.

Aku mengecek ponselku yang sedari tadi berdering.

"Ray..ada apa"
Niatku yang mau bercerita musnah saat mendengar suara Sancaka yang lemah diseberang telpon sana,seperti menahan rasa sakit bercampur lelah.

"Iseng Bro, by the way, kamu lagi Sakit ya?"
"Gak"
Singkat,padat dan kurang jelas..iya itulah Sancaka.

Aku tahu dia berbohong,makin lama aku jadi curiga.

"Cak, kalau kurang duit buat nikah,bilang aja..kerja mulu"
Suara kekehan Sancaka terdengar lemah.

Tuh kan, gak jelas emang Sancaka ini.

Dia benaran kejar target buat nikah gak sih?

"Bilangin Wulan yang sabar, kalau gak sabar sama aku aja...besok langsung kunikahin"

"Nikahin aja tuh jam wekermu"
Telpon pun mati tanpa aba-aba, waduh celaka dia marah,bucin juga tuh orang.
Kalau ada Wulan aja sok jadi kulkas 2 pintu.

Sunyi lagi,gangguiin siapa lagi ya?

Kalau Bos Dhanus,bisa-bisa aku langsung dipecat.

Markisa,markisa..benar-benar hampa tanpa kamu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pangeran MlaarWhere stories live. Discover now