Raline tahu kalau Jerome memang pendiam dan tidak banyak bicara, tapi akhir-akhir ini sikap pacarnya itu jadi agak aneh.

Cowok itu jadi lebih sensitif dan seperti menjaga jarak dengannya. Jerome yang biasanya tidak pernah mau menjauh saat berada di sisinya, kini malah berusaha untuk menjaga sikapnya.

Mereka jarang melakukan skinship karena Jerome selalu menghindar saat Raline ingin menciumnya. Mereka juga jadi jarang bertemu karena kesibukan Jerome yang luar biasa.

Entahlah mungkin ini hanya perasaannya saja. Jerome mungkin memang sedang banyak pikiran karena hari pertunangan mereka sudah semakin dekat dan persiapan skripsi nya masih banyak mengalami kendala.

Raline tidak ingin menambah beban pikiran dengan hal-hal yang belum tentu kejadian. Dia sudah berjanji untuk percaya dengan pacarnya. Dan dia pun yakin Jerome tidak akan mengkhianati cinta mereka.

Jerome amat sangat mencintainya dan Raline tidak mau menaruh curiga hanya karena sedikit perubahan dari pacarnya.

Hah! Gara-gara sibuk melamun, Raline jadi tidak sadar kalau sejak tadi dia tidak selesai-selesai mencuci tangan dan membiarkan air mengucur dan terbuang sia-sia.

"Wah, kebetulan macam apa ini? Di toilet ketemu sama calon mantan tunangan nya my future husband."

Raline tidak harus menoleh karena dia bisa melihat siapa gerangan yang tiba-tiba mengajaknya berbicara.

Abigail menyender di dinding dekat westafel sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Raut wajah cewek itu seperti merendahkan Raline.

"Oh ya sebentar lagi lo tunangan sama Jerome ya? Karena gue nggak di undang jadi gue ucapin selamat sekarang ya. Semoga kalian berdua bisa bahagia walaupun kayaknya mustahil sih."

Abigail terus mengoceh tanpa lelah dan berusaha menimbulkan provokasi agar emosi Raline terpancing. Tapi tentu saja Raline tidak akan terpengaruh dengan apapun yang keluar dari mulut mantan pacar calon tunangan nya.

"Heh! Masih punya kuping kan? Dengerin dong kalau ada orang ngomong."

Raline melirik sekilas ke arah Abigail yang sedang memasang ekspresi kesal. "Oh? Lo manusia? Gue pikir penunggu toilet. Soalnya kata nenek gue lumayan peka sama makhluk halus."

Abigail mengumpat kesal mendengar jawaban tidak terduga dari Raline. Dia kesal karena Raline bisa seberani itu kepadanya.

"Kata-kata lo nggak sopan banget. Tadinya gue pengen nampar mulut lo, tapi berhubung gue lagi dalam keadaan yang nggak bisa marah-marah, jadi gue maklumi. Kasihan sama cewek yang bentar lagi ngerasain patah hati."

Raline memutar tubuhnya menghadap tepat di depan Abigail. "Gue penasaran, katanya lo terkenal dan nggak mau berteman sama orang-orang yang nggak se-level sama lo. Tapi kenapa lo hobi gangguin gue terus? Lo masih belum move-on dari calon suami gue ya? Wah.. parah banget dong kalau gitu."

Abigail mengepalkan tangannya berusaha menahan hasutan untuk tidak menampar wajah Raline.

"Seperti yang lo bilang tadi. Gue dan Jerome mau tunangan dan kita nggak ada niat ngundang lo. Jadi daripada malu-maluin di acara orang, lebih baik lo sadar diri dan jauh-jauh dari hubungan gue dan Jerome. Dan tolong lupain Jerome, ya. Nggak etis kan kalau lo masih belum bisa move-on dari calon suami orang. Kan dulu lo yang bikin calon suami gue hampir frustasi karena gagal move-on."

Nafas Abigail mulai memburu karena emosi yang mulai menggebu-gebu. Dengan kasar dia mendorong tubuh Raline dan menekan nya sampai Raline meringis kesakitan.

"Kenapa lo bisa percaya diri begitu, Raline. Yakin kalau semua mimpi lo itu bakal terwujud atau hanya akan jadi angan-angan aja? Jangan sombong karena gue masih punya cara buat ngehancurin hubungan lo dan Jerome."

[2] HATI dan WAKTUWhere stories live. Discover now