NETRA

248 16 10
                                        

Perpustakaan kota pada hari itu terbilang ramai. Beberapa remaja berseragam SMA tersebar di setiap layanan yang tersedia. Salah satunya saat ini berdiri tepat di hadapan Netha yang sedang membaca buku.

"Selamat siang kak. Maaf ganggu. Aku mau tanya sesuatu boleh gak kak?" tanya anak itu. Netha mendongak agar ia bisa melihat sosok yang barusan mengatakan sesuatu.

"Gimana? Maaf aku gak merhatiin. Duduk dulu sini, baru bilang," ucap Netha. Anak itu mengangguk sebelum kemudian duduk di hadapan Netha.

"Sebelumnya kenalin kak, aku Leiva dari SMA 17," ucap si anak saat ia telah memposisikan tubuhnya dengan baik.

"Oh, Leiva ya? Aku Annetha. Ada apa?" tanya Netha. Leiva pun menjelaskan tujuannya menghampiri Netha. Netha mengangguk mengerti sebelum kemudian menyetujui permintaan Leiva.

"Okay. Kita mulai ya kak," ucap Leiva sebagai pembuka sesi wawancara mereka. Pertanyaan demi pertanyaan Leiva lontarkan dan dijawab dengan baik oleh Netha. Setelah menghabiskan sekitar 15 menit wawancara, pertanyaan yang diajukan oleh Leiva sudah habis.

"Wah, aku baru tahu lho kak kalau jurusan itu tuh gak sebatas nata buku gitu aja ya, kak. Makasih informasinya ya kak. Maaf kalau udah ganggu waktunya. Sampai ketemu lagi," ucap Leiva sebelum kemudian beranjak meninggalkan Netha. Keduanya saling bertukar pandang sebelum akhirnya Leiva menghilang dari pandangan Netha. 

Netha kemudian menghela nafas panjang. Netranya memandang buku yang sedang ia baca saat Leiva hadir di hadapannya. Seulas sentuman terlukis dari bibirnya. Benaknya mengingat pertemuan terakhirnya dengan sosok yang membuatnya memilih jurusan yang saat ini ia tempuh. 

Sekitar 2 tahun yang lalu...

"Kakak masih di sini? Bukannya hari ini hari tenang sebelum ujian ya kak? Kenapa masih di perpustakaan?" tanya Netha pada sesosok pemuda yang baru dikenalnya beberapa bulan terakhir. Pemuda itu tersenyum sebelum kemudian mengacak-acak rambut Netha gemas. Netha berdecak kesal akibat kebiasaan pemuda itu merusak tatanan rambut Netha.

"Kan gak ada larangan buat kelas 3 belajar di perpustakaan kan? Lagipula kalau gak di sini, gue harus ke mana?" tanya pemuda itu.

"Ke lapangan lah. Main basket gitu, kayak Kak Dennis. Atau main futsal sama Renza. Di perpustakaan mulu Kak Travis nih. Aku sampai bosen liatnya. Mending kalau kakak baca buku. Lah ini, ke perpus cuma buat gangguin aku. Sepet liatnya," ucap Netha pada pemuda itu, Travis. 

"Jangan gitu. Nanti gak ketemu sama gue kangen. Jujur aja kali Net," ucap Travis.

"Gabakal aku kayak gitu. Sorry aja nih ya," ucap Netha. 

"Iya deh, terserah. Btw, Net, lo masih dengerin gue kan?" tanya Travis tiba-tiba.

"Hm, kenapa?" tanya Netha balik. Travis tampaknya akan mengatakan hal serius. Buktinya dia seakan menyiapkan mental sebelum mengatakan hal tersebut.

"Net. Gue suka kalo liat lo lagi baca buku kayak gini. Rasanya pengen gue karungin biar bisa gue liat terus. Sebenernya, mungkin ini terdengar lancang buat lo. Tapi gue pengen selalu liat lo sama buku, Net. Gue... jatuh cinta sama kecintaan lo pada buku. Kalau gue minta lo buat tetap sedeket ini sama buku bahkan hingga kita tua, lo bersedia gak?" tanya Travis. Netha mengernyitkan kening.

"Kakak kenapa sih? Kok ngomongnya ngelantur gitu. Aku mungkin gabisa janji bakal sepenuhnya sedeket itu sama buku. Namun aku akan berusaha meluangkan waktuku untuk sesekali mengabdikan diri pada buku. Tapi, kenapa sih kakak minta kayak gitu?" tanya Netha.

"Ah, iya ya. Kok gue ngelantur gini sih. Lupain aja yang gue ucapin barusan. Sorry karena gue sering ganggu lo. Gue pergi dulu," ucap Travis sebelum kemudian pergi meninggalkan Netha.

"Aneh banget Kak Travis hari ini. Semoga dia gak lagi sakit deh," ucap Netha pelan sebelum kemudian melanjutkan aktivitasnya membaca buku.

Kembali ke masa sekarang...

'Sebenernya yang aku lakuin udah bener belum sih kak. Kamu mendadak menghilang sebelum aku menanyakan maksud ucapanmu kala itu. Kamu dimana sekarang?' tanya Netha dalam hati. Ia menggelengkan kepala pelan untuk menghilangkan bayangan pemuda yang dirindukannya itu. Meski begitu, bayangan tersebut tak kunjung hilang. Netha akhirnya memutuskan pergi dari perpustakaan tersebut tanpa meminjam buku.

'Lo kayaknya menuhin permintaan gue ya Net. Seneng rasanya gue bisa liat kecintaan lo lagi. Tapi kayaknya, gak bakal ada Travis yang selalu ganggu Annetha tiap kali dia punya waktu luang. Ternyata gue yang gak mampu memenuhi permintaan gue sendiri. Sorry Neth.'


[N]

HALO YANG MAMPIR MAUPUN MENETAP

TERIMA KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTU MEMBACA SEBUAH HASIL MELINTASNYA IDE

VOTE DAN KRITIK SARAN TENTU DITERIMA DENGAN BAIK KARENA TIDAK ADA PAKSAAN UNTUK KALIAN MEMBERIKANNYA

SEKALI LAGI TERIMA KASIH

[N]

[ONESHOOT] NETRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang