prolog

14 3 0
                                        

"Lo viral, Del."

Delia hanya merespon dengan ringisan begitu mendengar ucapan itu, lagi. Semua orang yang berpapasan dengannya di kantor sudah mengucapkan hal yang sama. Sebagai orang yang menggantungkan hidup pada platform e-commerse yang banyak mengandalkan promosi secara digital, Delia sadar suatu saat dirinya akan populer. Tapi Delia tidak menyangka akan viral jalur komedi.

Video dirinya yang tertidur dan mengigau selama melakukan live streaming direkam oleh oknum tak bertanggungjawab. Sialanya, si oknum itu tidak merespon sama sekali pesan Delia yang meminta video itu untuk segera dilenyapkan. Alih-alih lenyap, videonya malah semakin tersebar luas, dan kini sudah ditonton jutaan dan mendapat likes ratusan ribu kali. Bahkan sudah muncul di acara TV yang menayangkan berbagai konten viral dari berbagai pratform Media Sosial. Malu, Delia malu.

"Ambil hikmahnya aja Del," hibur Fania yang tiba-tiba kerasukan arwah motivator. "Lo bisa manfaatin momentum ini buat semakin dikenal. Followers lo udah mayan nambah banyak tuh. Tinggal bikin konten sebanyak-sebanyaknya dan semenarik mungkin. Lumayan cuan."

"Lo pikir viral begitu tuh prestasi? Yang ada aib gue nyebar Fan. Gimana kalo suami sholeh gue dan mertua gue lihat jejak digital gue itu. Kan gue malu abis." Wajah Delia semakin menekuk. Merutuki tindakan bodohnya. Ia menyesal tidak memilih tidur terlebih dahulu saat mendapat giliran jadwal live tengah malam minggu lalu.

"Halah, jauh banget sok sokan bawa-bawa mertua. Pacar aja nggak punya." Fania melempar boneka beruang—pemberian mantannya yang kedua belas—pada Delia. "Sok-sokan mau suami ideal, lonya sendiri ga mau upgrade diri."

Delia terbelalak kaget. Balik melempar boneka besar tersebut. "Sialan lo."

Fania ngakak. "Ya makanya tutup aib lo itu pake prestasi dong. Lo bikin konten tutorial makeup kek, OOTD kek. Siapa tahu selain menarik cowok-cowok—dengan tipe ideal yang sering lo agung-agungkan—di luaran sana itu, ada juga brand yang lirik, terus lo digandeng jadi BA-nya. Untungnya lo masih keliatan cakep sih di video itu, dan vibes lo udah cocok jadi Teteh-Teteh Wardah."

Kali ini Delia terdiam, mencerna ucapan sahabatnya sejak SMP itu. Dan mulai membayangkan keseruan syuting bareng Amanda Rawles dan Dewi Sandra. Hihihi.

Lamunan Delia buyar saat seseorang menghampiri mereka di teras belakang. "Kak Nia, dipanggil Kak Rinda tuh." Dia mengedikan dagunya ke dalam.

"Oh, udah selesai dandannya ya?" Fania mulai sibuk menghabiskan sisa sarapannya dan touch up.

Di sisi lain, Delia sibuk mengingat-ingat sosok tidak asing yang kini berdiri ogah-ogahan di depan mereka. Raut wajahnya datar. Mata sipit yang terbingkai kacamata minus itu mengedar ke sekitar. Senyum sinisnya muncul begitu dia berhenti di satu titik. Sekumpulan sepupu Rinda dan Fania yang tengah mengerumuni bayi imut dalam gendongan omnya yang tak kalah menggemaskan dari si bayi. Atau dikenal Delia sebagai Om Fardan. Sejak dulu Om Fardan memang terkenal dan selalu menjadi favorit di kalangan perempuan. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa muda hingga tua. Termasuk Delia sendiri.

"Kamu Dede, kan?" ucap Delia setengah takjub karena bocah yang dulu sering diasuhnya sudah sebesar ini.

"Siapa ya?" tanya si bocah dengan raut terganggu.

Delia melongo, sementara itu Fania ngakak sejadi-jadinya.

"Masa kamu lupa, De," kata Fania setelah berhasil menghentikan tawanya. "Ini kakak kesayangan kamu setiap ke Bandung." Fania merangkul Delia. "Kamu pangling ya, Kak Yayanya kamu jadi cantik begini."

Si bocah itu kemudian memindai Delia mulai dari kepala yang dipasangi headpiece bunga-bunga, wajah yang dilapisi make up ala Tiongkok, gaun sebetis yang seragam dengan Fania, hingga kaki yang dibalut heels setinggi 5 cm. "Oh," ucapnya singkat lalu pergi begitu saja.

Antusiasme Delia kini berubah jadi rasa dongkol mendapati respon semacam itu.

Dulu saja nangis-nangis setiap Delia pergi sekolah. Minta diboncengnya setiap Delia bersepeda ke taman komplek dengan Fania dan Rania. Minta disuapi setiap bocah itu malas makan. Minta ditemani setiap jajan ke warung depan komplek. Dan masih banyak lagi permintaan-permintaan—yang kadang konyol—lainnya pada Delia.

Sekarang, bocah itu bahkan tidak mengingatnya sama sekali.

Dasar magadir, manusia gatau diri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Let the Journey BeginWhere stories live. Discover now