"Kenapa kamu menghindariku?" protes pria ini. Vele menggigit bibirnya yang mana hal itu malah disaksikan jelas oleh Easter. "Berhenti melakukan itu aku akan menerkammu di sini," ancam pria ini. Vele langsung menghentikan aksinya refleksnya itu.

"Ka-kamu kenapa terus mengejarku?" sahut Vele.

"Memang apa salahnya jika mengejarmu?"

"Itu membuatku takut," jawab Vele langsung.

"Aku tidak akan menerkamu di sini jika kamu tidak menggodaku," tutur pria itu.

"Aku tidak menggodamu!" protes Vele. Easter tertawa kecil.

"Segala hal yang ada pada dirimu terasa menggoda untukku. Aku selalu menahannya sejak dulu. Beruntungnya kamu memiliki mate sepertiku, Vele. Jika itu orang lain mungkin proses kawin sudah kita lakukan sejak lama," kata Easter. Vele langsung mendorong dadaa Easter agar memberi jarak antara mereka. Ini seperti sebuah penolakan bagi Easter sendiri. "Kamu menolakku?" tanyanya dengan wajah serius.

Sadar jika ia telah melakukan kesalahan membuat Vele menjadi panik sendiri. "Bu-bukan. Aku tidak bermaksud seperti itu," katanya. "Maafkan aku," sambungnya. "Aku hanya takut."

"Takut? Apa yang kamu takutkan?" tanya Easter. Gadis itu terdiam, dia terlalu malu mengatakan kejujurannya di depan pria ini. Easter yang tak kunjung mendapatkan jawaban pun mencoba bersabar. "Jawab aku, Vele," titahnya.

Vele menelan ludahnya susah payah. "Apakah nanti rasanya menyakitkan?" tanyanya dengan sikap malu-malu di sana. Easter nampak kurang memahami maksud dari gadis ini. "Maksudku proses kawin," lanjut Vele lagi. Easter menjadi paham.

"Mungkin. Aku akan mengklaimmu dengan mengigit lehermu, kemudian proses kawin akan kita lakukan. Mungkin akan sedikit sakit, tetapi itu tak lama."

Vele mengangguk paham. Sikap polos Vele ini membuat Easter menjadi gemas sendiri. "Jika mau, kita bisa latihan lebih dulu," ujar Easter tepat di telinga Vele. Gadis itu pun langsung menyadari jarak keduanya yang terlalu dekat.

Vele hendak menghindar tetapi pergerakannya mampu Easter baca. "Ken—mmphh."

Easter langsung menyambar bibiir Vele. Sepertinya Easter mengingat perkataan Vele jika pria itu tak perlu melakukan ijin untuk melakukan hal tak terduga seperti ini pada Vele. Gadis itu memukul dadaa Easter memberi isyarat jika ia butuh oksigen. Easter melepaskan tautan bibiir mereka. Nampak Vele mencoba mengatur napasnya.

"Yak! Kenapa kamu selalu melakukannya secara tiba-tiba?" protes Vele. Easter tertawa di sana, sepertinya Easter harus bersabar memiliki mate yang selalu mengatakan protes padanya.

"Katamu aku bebas melakukannya, bukan?" ingatkan Easter. Vele nampak kalah bicara sekarang. "Hei, kamu mau ke mana?" tanya Easter yang langsung mencegah pergerakan gadis itu di mana hendak pergi.

"Aku mau ke atas," jawab Vele.

"Kita baru berenang," kata pria itu. "Kenapa? Kamu marah karena aku melakukannya secara tiba-tiba? Jika begitu, setelah ini aku akan kembali meminta ijinmu," katanya.

Vele menutup matanya sejenak. "Aku kurang suka berenang. Apalagi bersamamu. Ini membuat pikiranku menjadi aneh," terang Vele. Easter menahan tawanya. Ternyata tidak hanya dirinya yang merasakan hal tersebut.

"Ini bukan hanya kamu saja yang merasakannya. Aku pun demikian. Tapi, aku tidak bisa melakukan lebih dari tadi karena aku menunggu kesiapan pada dirimu," sahut Easter. Kedua pipi Vele memerah karena menahan malu. Ini membuat Easter menjadi semakin menyukai mate nya.

Pria itu menarik pinggang Vele untuk semakin mendekat pada dirinya. Vele terlihat terkejut di sana. "Aku ingin merasakannya sekali lagi," kata Easter dengan suara kecil dan mata yang tertuju pada bibiir merah muda milik Vele. Gadis itu reflek menutup mulutnya.

Easter menatap mata Vele dengan dalam. Gadis itu malah menjadi tak tega dengan keadaan Easter yang terus-terusan menahan diri. Vele pun mengangguk sebagai jawabannya, senyum di wajah Easter pun bersinar.

Easter mendekatkan wajahnya sembari menarik tengkuk Vele. Gadis itu menutup kedua matanya dan mencoba menikmati waktu berharga yang mereka miliki saat ini. Tidak butuh waktu lama bagi Easter untuk mengabsen setiap inci mulut mate nya. Vele pun tampak terbuai dengan gerakan yang pria itu lakukan dan tanpa sadar mulai membalas ciuman panas yang Easter berikan.

Easter mengangkat Vele ke gendongannya, Vele langsung berpegangan pada bahu pria itu tanpa melepaskan ciuman mereka. Kemudian, Easter membawa Vele masuk ke dalam air. Keduanya melakukannya di dalam air sekitar beberapa saat. Sensasinya sedikit berbeda di sini.

Kemudian, Easter melepaskan tautan bibir mereka dan malah berfokus pada leher jenjang Vele. Vele malah mendongak dan memberi akses pada pria itu. Easter terus menghisap dan tak melakukan pengklaiman karena ini memang belum saatnya. Tanda-tanda berwarna merah di lehernya sepertinya tak Vele sadari.

"Lebih baik kita sudahi ini, Sayang. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu untuk saat ini," kata Easter yang sedikit menjauhkan diri dan menghentikan kegiatan mereka. Tentu Vele merasa kehilangan, tetapi kesadaran akan posisi mereka yang belum menikah membuat gadis ini menurut.

"Ayo, lebih baik kita bergegas ke atas," ajak Easter. Vele mengangguk, keduanya keluar dari air dan menggunakan pakaian penutup masing-masing. Kemudian Easter membawa Vele ke tempat ganti baju yang memang sudah tersedia di sana. Mereka menggunakan pakaian masing-masing tanpa terkecuali.

Setelah selesai, mereka berjalan bersisian menuju ke kamar. Dari sini Easter hanya bisa menahan tawa karena Vele belum menyadari jejak yang Easter buat di leher gadis itu. Beberapa prajurit yang berjaga tampak memberi hormat pada mereka. Seperti biasa Vele membalasnya dengan senyuman.

Setelah sampai di dalam kamar, Vele langsung merebahkan diri dia atas tempat tidur. Easter tidak mengikuti mate nya itu. Pria tersebut malah menuju ke balkon kamar dan membukanya lebar. Hal itu membuat angin di luar seketika masuk dan membuat Vele menjadi kedinginan.

Gadis itu bangun dan menghampiri Easter sembari mengusap-usap lengannya. "Kenapa kamu membukanya? Udara dingin masuk ke dalam kamar kita," kata Vele.

Easter menoleh, dia lupa. Bagi Vele tak ada hawa hangat. Dia adalah vampir yang akan merasa dingin. "Aku hanya ingin melihat kerajaan kita," ungkap Easter. Balkon mereka memang mengarah ke pemandanganya yang bagus di kerajaan ini.

"Apakah sekarang kamu sudah merasa nyaman di kerajaan ini?" tanya Easter. Vele mengangguk dan tersenyum. Pria itu tampak lega. "Ke depannya kita akan memimpin kerajaan ini bersama-sama. Aku harap kita bisa bersama terus menerus," lanjut Easter.

"Aku akan melakukan kewajibanku. Dan tentu aku memerlukan bimbingan banyak darimu."

"Aku akan membimbingmu dengan baik."

Keduanya larut dalam kebersamaan ini di mana tanpa mereka sadari di salah satu sudut bawah sana terdapat Gerry yang menatap keduanya dari jauh. Pandangan pria ini benar-benar dipenuhi dengan kebencian. Dia tak akan tenang sebelum bisa menghancurkan Easter dan membalaskan dendamnya. 

DOUBLE V ✔Where stories live. Discover now