Azrael

3 1 0
                                    

"Azrael!"

"Ya, Pangeran!"

Azrael, pengawal Pangeran Mahkota memasuki ruangan dengan tampang datar, seperti biasa. Sambil berjalan, dia bisa melihat tampang kusut Pangeran Mahkota yang sedang memijit pelipis sambil menatap sebuah gulungan ditangannya.

Azra tidak berani menatap lebih lama dan berlutut, "Azrael menunggu titah Pangeran Mahkota!"

Pangeran melambaikan tangannya, dia menyuruh Azra untuk berdiri lalu mulai bercerita.

"Azra, beberapa pos keamanan kerajaan baru-baru ini kehilangan kabar. Aku sudah mengirimkan pasukan sekitar untuk memeriksa, tapi tak ada satu pun dari ratusan prajuritku yang kembali! Apa kau memiliki solusi?"

Azra yang sudah kembali ke postur sempurnanya mengerutkan bibir tipisnya, tak lama dia berlutut lagi.

"Azrael meminta izin untuk menyelidiki masalah tersebut!"

Pangeran Mahkota terlihat terkejut mendengar hal tersebut, dia dengan cepat bangkit dan membantu Azra bangun. Dia menepuk bahu pengawal sekaligus teman masa kecilnya itu dengan wajah serius.

"Azra, aku memintamu mencarikanku solusi, bukan memintamu pergi ke daerah itu. Musuh yang paling berbahaya adalah musuh yang tidak kita ketahui! Jangan gegabah, aku masih membutuhkanmu disini."

Azra mengangguk, "Azrael mengerti, Pangeran!"

Pangeran Mahkota menghela napas lelah, dia mulai berpikir, bagaimana cara menyelesaikan masalah ini? Apa yang terjadi di sana, dan bagaimana cara membuat Azra jatuh cinta pad— maaf, keluar topik.

Intinya, bagaimana caranya dia bisa memecahkan masalah ini tanpa membuat Azra harus pergi dari sisinya. Dia benci setiap Azra harus meninggalkan dia karena tugas kerajaan, dan dia tidak ingin Azra semakin jauh darinya karena masalah ini.

Setidaknya tidak dalam jangka waktu ini. Sulit untuk dipercaya, tapi Pangeran Mahkota yang berdiri hari ini bukanlah apa-apa tanpa pengawal pribadinya.

Hampir semua hal bisa Azra lakukan, seakan-akan hal yang perlu Pangeran Mahkota lakukan adalah berbaring dan berteriak "666"

Tapi terlepas dari "kesempurnaan" Azra, dia juga memiliki kekurangan. Kekurangan yang tidak bisa ditutupi.

Bukan wajahnya, bukan tubuhnya, bukan penampilannya. Harta? Kurasa Azra bahkan tidak memerlukan uang lagi selagi dia masih hidup. Sebanyak itu total kekayaannya. Untuk masalah wajah, biar kuberitahu kau sebuah rahasia. Bukan hanya sering membayangi kehadiran Pangeran Mahkota, bahkan beberapa orang baru yang bertemu dengan mereka akan salah mengidentifikasi kedudukan keduanya jika Pangeran Mahkota tidak memakai pakaian yang terlihat mewah.

Agak menyedihkan memang nasib Pangeran Mahkota, tapi sepertinya hanya dia yang bisa mengerti kegembiraan dibalik bakat serba bisa Azra.

Jadi, apa kekurangan Azra?

Mari kita bahas itu lain kali, kita akan kembali ke topik awal.

Azra dipaksa duduk oleh Pangeran Mahkota dengan ancaman akan diberi semacam hukuman skorsing dalam istilah yang lebih modern. Mereka mulai berpikir sambil menyeruput teh sore.

***

Panah melesat dengan anggun di udara dan menancap tepat di belakang kepala rusa yang sedang berlari itu, rusa itu ambruk dan berusaha untuk bangkit berkali-kali. Tak lama, rusa itu tidak bergerak lagi dan genangan darah muncul di sekitar kepalanya.

Seorang pemuda dengan busur ditangannya berjalan dengan santai menuju rusa itu. Dia berdiri di depan rusa itu lalu meniup rambut pirang panjangnya.

Dia menyibak poni panjangnya sambil bergumam, "Mangsa hari ini semakin sedikit, ada apa dengan para hewan-hewan di hutan ini?"

Dia menatap ke arah Hutan Hitam lalu pergi sambil memanggul rusa yang beratnya hampir 100 kg itu tanpa mengerutkan kening.

Jejak kaki yang dibuat pemuda itu terhapus oleh rintik hujan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tolong, Pangeran Bertindak Semakin Aneh!Where stories live. Discover now