Siapa sangka lelaki yang suka merundung tersebut justru adalah jodohmu?
...
[Y/n] percaya segala hal memiliki kemungkinan. Ia yakin, Michael Kaiser memiliki alasan mengapa ia senang merundung. Apakah lelaki itu memang orang jahat? Memiliki trauma...
Apa yang orang tua lakukan, akan berdampak kepada anak mereka. Kau benar, karena merekalah aku takut jatuh cinta. Kesendirian tak pernah menyakitiku.
. . . . .
Kaiser mendongak. Matanya tertuju pada nama paling pertama yang terdapat di papan pengumuman. Seluruh wanita mengerumuninya, teman-teman yang menjadi rekan menghardiknya pun sama. Namun, ia sama sekali tak memasang ekspresi apapun. Ia pikir, kemenangan sudah biasa baginya. Popularitas pun samanya.
Kaiser menoleh, ia menatap Yuri yang berdiri di antara kerumunan. Lelaki yang menurutnya culun itu memasang wajah sedih, ia memang pantas sedih. Ekspresinya membuat Kaiser menyeringai. Ia menghampiri Yuri. Dan dengan entengnya merangkul lelaki tersebut.
"Jadi, gimana rasanya dapet ranking di bawah gue?" Kaiser melirik Yuri. "Gue denger di semester sebelumnya lu selalu juara satu."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Jelas lah dia sedih," sahut Billie, yang rupanya mengikuti Kaiser. Namun sepertinya ia sedang tidak berminat menghardik Yuri. Dia menunjuk nama yang menarik perhatiannya. "[Y/n] Schweinsteiger di atas dia."
"Hm?" Kaiser mengangkat salah satu alis. "Siapa dia?"
Yuri memalingkan wajah. [Y/n], bagaimana bisa kau menyukai pria brengsek sepertinya? Bahkan di depan teman-temannya dia pura-pura tidak mengenalmu. Kalian masih pacaran, 'kan?
"Itu, loh! Yang kemarin mau nyuri parfum lu, Ser," celoteh Daniel, menghampiri. Kaiser menyeringai, ia manggut-manggut. "Bahkan dia udah nyakitin Ricka."
"Itu pasti kesalahan! [Y/n] bukan pencuri!" bela Yuri, tak kuat menahan gejolak emosi. "Bukannya Kau dan [Y/n] paca-ugh!"
Yuri menatap kakinya yang Kaiser injak. Lelaki itu melotot, ia memaksa Yuri untuk bungkam atau akan ia habiskan. Hanya teman sekelas Kaiser saja yang tahu bahwa ia dan [Y/n] berpacaran. Mereka ditraktir untuk bungkam di hari yang sama saat Kaiser berpacaran, Yuri pun sama. Hanya saja, anak itu menolaknya. Jadi, mau atau tidak mau menerima traktiran, Kaiser menganggap bahwa Yuri sudah wajib tutup mulut.
"Oh, dia namanya [Y/n]?" Kaiser terkekeh. "Iya, Daniel bener. Coba aja kalo kagak ada Daniel, parfum gue pasti diembat ama tuh cewek."
Billie menatap aneh Daniel dan Kaiser, kemudian menyelidik Yuri yang tengah menunduk.
"Gila banget tuh nolep! Lu harus suruh si Ricka hati-hati, Ser." Tidak lengkap rasanya kalau di sekolah ada Daniel, tak ada Rean. Jadi, saat Billie menampakkan diri, Rean pun samanya. Lelaki dengan mulut ceweknya itu berceloteh tanpa dosa, "Kasih aja pelajaran ke dia. Suruh si Ricka bawa dia ke kamar mandi lantai tiga."