Prolog

16 3 0
                                    

🎺Today's song: Get You - Daniel Caesar (ft. Kali Uchis)

Happy Reading 🤗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading 🤗



Secangkir coklat hangat benar-benar  penyelamat kala kepala penat. Seumur hidupnya, minuman ini selalu menjadi alternatif kala moodnya terjun bebas, masalah bertubi-tubi, atau hanya sekadar ingin.

Dia sudah duduk di kafe ini selama dua jam. Tempatnya di paling pojok sudut kafe ini. Sengaja ia pilih karena dia mengincar stop kontak yang tersedia hanya di sudut-sudut kafe. Selain itu, berada di sudut terasa lebih tenang dan nyaman baginya.

Selama dua jam ini, dia memanfaatkan jaringan internet kafe untuk menonton drama Cina rekomendasi Putri, sahabat, sekaligus teman satu rumahnya. Drama bergenre romansa komedi yang tidak pernah gagal membuatnya jatuh cinta. Ditambah aktor pria yang blasteran Cina-Surga. Paket komplit.

Tanpa sadar, dia jadi senyum-senyum sendiri.

Tapi, ketenangannya berubah dalam satu detik. Tiba-tiba, seorang laki-laki yang sangat ia kenali, tetapi tak pernah ia harapkan kehadirannya, datang. Lalu, dengan kurang ajar dan tanpa rasa bersalah, dia duduk tepat dihadapannya. "Hai."

Pria itu, mantannya, Robert namanya, memasang senyum termanis yang ia miliki, seolah-olah tak ada rasa bersalah sedikit pun. Dulu, mungkin dia akan senang, menyambut senyum itu dengan senyum terindahnya. Namun, sekarang keadaannya lain, dia menatap jijik ke arah sang mantan. "Mau apa?"

Dia sebetulnya malas sekali, bahkan untuk sekadar bercengkrama. Melihat wajahnya, membuat Runa mengingat masa lalu, alasan mengapa mereka selesai. Yang jelas, semua tidak berjalan dengan baik.

Robert, si pria tak tahu diuntung ini bisa-bisanya selingkuh darinya setelah dia membiayai semua kebutuhan hidup pria itu. Ya, kalau dipikir-pikir lagi, memang dia yang bodoh, tapi tetap saja, dia tidak berhak mendapat perlakuan seperti ini.

"Aku kangen banget sama kamu, sayang," ucapnya. Mendengar itu, tubuh Runa merinding sebadan-badan. Takut sekali.

"Telat," balasnya jutek.

Dia sudah berada di tahap terlalu malas dan tidak ingin lagi melihat wajah mantan brengseknya ini. Buru-buru dia merapihkan barang-barangnya dan bergegas pergi.

Namun, langkahnya tertahan karena Robert memegang tangannya, "Kamu kenapa sih jadi gini, aku cuma mau ngobrol baik-baik sama kamu."

Dengan kasar, dia mencoba menghentak tangannya. Tapi, genggamannya malah semakin keras. Runa yakin nantinya akan menimbulkan bekas karena rasanya lumayan sakit. "Rob, udah. Kita udah selesai dan gak ada urusan apapun lagi!"

Mendengar itu, Robert semakin mengencangkan genggamannya dan menarik tubuh Runa mendekar dengan kasar.

Runa mengaduh kesakitan. Di antara mereka saat ini masih ada meja setinggi pinggang yang menjadi penghalang, sehingga sejak tadi, pinggangnya tertekan ke meja dan itu sakit. Seharusnya Robert sadar, tapi dia tetap memaksa.

"Gak! Kita gak pernah putus!" Bentaknya. Rahangnya mengeras dan wajahnya memerah.

Runa takut, jujur. Dia juga malu karena yakin seluruh pasang mata di kafe mengarah padanya sekarang. Belum lagi, sakit di pinggangnya.

Runa menyesal, kenapa bisa-bisanya dia berhubungan dengan pria gila seperti ini.

"Sakit, Rob. Lepasin!" Keluh Runa. Tapi, Robert masih tetap mencengkramnya keras. "Gak akan! Kecuali kamu mau balik lagi sama aku!"

Tiba-tiba, Runa merasa tangannya terhempas, dan seorang pria mengarahkan Runa untuk berdiri di balik badannya. "Jangan kasar sama cewek,"

Runa menatap pria itu, sangat bersyukur ada "pahlawan" yang mau membantunya. Lalu tatapannya beralih menatap Robert takut-takut.

"Lo enggak usah ikut campur, ya! Gue gak punya urusan sama lo! Minggir!" Ucapnya sambil menunjuk-nunjuk tepat di wajah si pria.

Pria itu tersenyum mencemooh, "Ada. Lo nyakitin cewek gue, lo berurusan sama gue."

Sontak, Runa terkejut. Pria ini bahkan rela berbohong demi menyelamatkannya. Setelah ini Runa akan langsung berterimakasih padanya.

Dan mungkin, sedikit membalas budi. Bila perlu.

Robert beralih menatap Runa, "Kalo gitu, lo selingkuhannya Runa berarti."

Apa?! Enak saja. Dia bilang Runa berselingkuh. Tch! Justru dia yang berselingkuh!

"Enggak! Gue udah mutusin lo. Gue gak ada hubungan apa-apa lagi sama lo!" Lalu Runa menatapnya pria penolongnya. "Kamu bukan selingkuhan. Aku berani sumpah demi apapun."

Pria itu menoleh sebentar ke arahnya sebelum kembali menatap Robert, "Lo denger sendiri, 'kan."

Lalu dia berbisik di telinga Robert, tetapi masih dapat di dengar oleh Runa, "Lo liat orang-orang berbaju hitam di belakang, lo."

Robert berbalik, menatap ke arah belakangnya, begitupun Runa. Tepat di pintu kafe terdapat orang-orang berbaju hitam berbadan besar. Runa tebak, mereka adalah bodyguard. Walaupun berkacamata hitam, tapi Runa yakin bodyguard-bodyguard itu tengah mengawasi mereka.

Sekali lihat saja, Runa merasa ngeri sendiri.

"Sekali lagi lo ganggu milik gue, lo akan berurusan sama mereka," lanjut pria itu.

Robert, memang bermental yupi. Dia menelan ludahnya kasar, dan takut-takut menatap pria penolong ini. "Mereka gak akan segan untuk ngirim lo nyatu sama tanah."

Lalu, pria itu menarik tangan Runa. Kali ini, sangat lembut. Sebelum beranjak, dia menatap Runa terlebih dahulu, lalu tersenyum.

Runa pun membalas senyumannya.

Benar, Runa harus membalas budi pada pria ini.



Next: BAB 1

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

📩 Kritik dan Saran

©yenapark_, 2023

Extra + OrdinaryWhere stories live. Discover now