Prang!

Michaela menoleh dan melihat Megan yang sudah berdiri memungut pecahan gelas yang ia banting. Dengan deraian air mata ia mencoba mengiris urat nadinya. Michaela langsung berlari dan menahan tangannya.

" Apa yang kau lakukan?! "

" Lepaskan! Biar aku mati! Apa pedulimu! Kau yang buat aku cinta padamu sejatuhnya-jatuhnya dan kau mengakhirinya begitu saja! Lepas! "

Darah mengalir dari telapak tangan Megan karena Megan menggenggamnya dengan kuat.

" Buang pecahan beling itu Megan! "

" Tidak mau! Pergi saja jika kau mau pergi! "

" Jika kau mencintaiku maka turuti aku! Buang! "

Megan terdiam, ia membuka telapak tangannya dan pecahan beling itu jatuh bebas ke lantai. Michaela langsung menarik Megan menjauh dari pecahan beling tersebut.

" Kau sudah gila hah?! "

" Ya! Kau yang membuatku gila! " Tangis Megan sambil memukul bahu Michaela.

Michaela menarik tangan Megan dan menyuruh Megan duduk di sofa. 

" Diam dan jangan lakukan apapun! " Bentak Michaela, membuat Megan tertunduk dan menangis.

Michaela berlari ke dapur untuk mengambil baskom dan mengisinya dengan air hangat. Lalu ia kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil handuk kecil di lemarinya, ia berjongkok di hadapan Megan. Ia membuka telapak tangan Megan yang terluka.

Megan mendesis saat Michaela membersihkan luka di telapak tangannya, matanya tak lepas menatap Michaela.

" Michaela bukankah ini yang kau inginkan? Baru saja ia akan melakukan apa yang dilakukan Miki? Bukankah ini tujuanmu? " Batin Michaela, air matanya menetes.

" Miki.. Maafkan aku.. Aku tak sanggup melukainya.. Aku tak bisa membalaskan dendammu.. Maafkan aku.. " Batin Michaela, air matanya semakin deras.

" Mikiii.. " Lirih Megan.

" Diam! "

" Aku.. "

" Aku bilang diam! Sampai mati aku akan membencimu dan mengutuk keluargamu jika kau lakukan ini lagi! Jangan buat aku marah! Akan aku hancurkan keluargamu jika kau membuatku marah! " Bentak Michaela, matanya menatap tajam Megan.

" Jika kau mau mati setelah ini matilah! Tapi aku jamin keluargamu akan menyusulmu! Aku tidak main-main! "

" Kenapa kau curang?! Kenapa kau bawa-bawa keluargaku?! "

Michaela tak menjawab, ia bangkit dan membuka laci di nakasnya dan mengeluarkan kotak P3K. Ia berjongkok kembali, ia mengobati luka Megan dan membalutnya dengan perban.

" Berjanjilah kau tak akan melakukan ini lagi.. Berjanjilah kau akan terus hidup ada atau tak ada aku.. " Kata Michaela sambil mengecup telapak tangan Megan.

" Aku tidak bisa Miki.. Aku mencintaimu.. Aku tidak menginginkan Lukas.. Aku tidak menginginkan siapapun di dunia ini. Aku hanya ingin kamu.. Tak ada kamu lebih baik aku mati.. "

Michaela terkekeh, ia mengusap air matanya dan berdiri. Ia mengambil pecahan beling dan menempelkannya di urat nadinya, ia menekannya, darah pun mulai keluar dari kulit tangannya.

" Miki! Jangan! Berhenti! Aku mohooon.. Aku mohooon.. " Kata Megan sambil mendekat.

" Berhenti mendekat! Berjanji atau kau akan melihatku mati saat ini juga! "

" Iya! Iya! Aku berjanji! Buang! Aku mohon.. "

Michaela pun membuangnya.

" Keluar dari kamar ini! "

" Tapi.. "

" Keluar!! "

Megan pun menuruti Michaela, ia keluar dari kamar walau ia masih merasa perih di area kewanitaannya ketika berjalan, lalu ia duduk meringkuk di sofa. Tangisnya semakin menjadi saat mendengar Michaela membanting pintu kamarnya.

Michaela segera membersihkan pecahan beling tersebut, setelah memastikan tak ada yang tersisa ia keluar dari kamar dan membuangnya di tempat sampah. Ia ke dapur dan kembali menghangatkan makanan yang belum ia campur ke dalam nasi. Setelah hangat ia tuang kembali ke piring, lalu ia menghampiri Megan yang meringkuk di sofaliving roomnya. Ia duduk di samping Megan, saat merasakan kehadiran Michaela di sampingnya, Megan menurunkan kakinya dan duduk tegap sambil menunduk.

" Maafkan aku karena membentakmu.. Sekarang makanlah.. "

" Aku.. "

" Cinta padaku atau tidak? "

" Cinta.. "

" Kalau begitu makanlah.. Aku suapi.. "

Megan pun mengangguk, ia berusaha menahan air matanya. Tak ada yang membuka suara, Michaela menyuapi Megan sampai makanannya habis. Megan pun meminum air yang diberikan Michaela. Setelah itu mereka terdiam kembali, Michaela menaruh piringnya di meja, Megan pun menaruh gelasnya di meja. Michaela mengambil remote dan menyalakan TVnya. Ia bangkit dan duduk di karpet, kepalanya bersandar pada sofa. Ia menoleh ke arah Megan yang memperhatikannya.

" Kemarilah.. " Kata Michaela, ia melebarkan pahanya dan menepuk karpet, ia meminta Megan duduk di hadapannya. Megan pun menurutinya, ia duduk di antara paha Michaela. Michaela memeluknya dari belakang, dan mengecupi bahu Megan.

" Maafkan aku ya sudah melukaimu.. " Kata Michaela sambil memeluk erat, ia menaruh dagunya di pundak Megan.

" Maaf jika aku memaksamu agar kamu tetap bersamaku.. Maaf karena membuatmu bosan padaku.. " Kata Megan sambil mengelus tangan Michaela.

" Sssst.. " 

Michaela menarik dagu Megan sampai menoleh ke belakang, ia pun mencium bibir Megan kembali. Setelah butuh asupan oksigen mereka melepas ciuman mereka.

" Aku ingin menonton.. Apa ada rekomendasi? "

" Ka.. Kamu tak ingin melakukannya? "

" Huh? Melakukan apa? "

" I.. Itu.. " Jawab Megan malu-malu, membuat Michaela terkekeh.

" Aku sangat ingin melakukannya.. Jariku ini sudah gatal ingin berada di dalam rumahnya namun aku harus menahan diri. Aku tahu milikmu masih sakit, aku tak ingin membuatnya sakit terus. Kau harus kuliah! Jangan sampai aku dimarahi ibumu karena membuat anaknya sering membolos.. "

Mendengar itu Megan terkekeh, Megan bergeser, lalu ia merapatkan kaki Michaela. Ia duduk mengangkang menghadap Michaela, kakinya ia lingkarkan di pinggul Michaela. Lalu ia memeluk Michaela erat sambil menyandarkan kepalanya di dada Michaela.

" Biarkan seperti ini.. Aku sedang tidak ingin menonton tv.. Aku ingin kau memelukku sampai aku tertidur.. "

" Hmm.. Baiklah.. "

Something UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang