Epilog!

1K 67 4
                                    

Burung burung berterbangan dan menghilang
Awan kesepian melayang dengan santai
Kita tak pernah bosan memandang satu sama lain
Hanya gunung dan aku

~Li Po~

🌾

Siapapun percaya bahwa daun kecil yang jatuh pun akan menemui takdirnya, begitu pula manusia. Tapi tidak dengan bocah laki-laki berusia dua belas tahun yang saat ini sedang berada di puncak pegunungan Wuyuan. Takdirnya sudah ditentukan, bahkan sejak ia menghembuskan nafas pertamanya ke dunia.

Yang Wuyuan adalah guru ketujuhnya dalam memperoleh kekuatan sihir. Ia merupakan seorang penyihir tua bertubuh tinggi dan besar, rambut putihnya yang panjang menandakan ia benar-benar tidak peduli dengan penampilannya, begitu juga dengan kumis dan janggutnya yang bisa disisir. Orang-orang sering memanggilnya dengan sebutan Biksu Yang -padahal aslinya ia bukan biksu- karna pembawaannya yang tenang dan damai. Ia sangat mencintai alam dan hewan, dan menghabiskan penghujung hidupnya di pegunungan Wuyuan. Walau sekali-kali ia akan turun gunung untuk mengikuti Pertemuan Umum yang diadakan para penyihir Daeho.

Ini adalah hari kedua puluh Jang Uk berada di Gunung Wuyuan. Anak itu benar-benar berniat keras untuk mendapatkan kekuatan sihir. Wajar saja, ayahnya yang merupakan Gwanju Cheonbugwan merupakan penyihir terhebat di negara Daeho, hal ini membuatnya ingin mengikuti jejak sang ayah.

Dan selama dua puluh hari itu pula, ada banyak hal aneh yang sudah Jang Uk lakukan, seperti mengangkat air dari sungai dan membawanya ke atas gunung, untuk memenuhi sumur tua yang ada di kuil dengan alasan mempersiapkan tenaga dalam sebelum belajar sihir. Atau, menyalin kitab buatan Biksu Yang sebanyak 1000 kitab, dengan alasan menulis akan membuat seseorang lebih memahami isinya daripada menghafal. Dan sekarang, Jang Uk sedang menciptakan ratusan pedang dengan cara melebur, menempa, melapiskannya dengan besi, dan mengasahnya dengan teknik khusus yang diberikan oleh Biksu Yang. Saat bertanya tentang alasan kenapa ia harus membuat ratusan pedang, Biksu tua itu beralasan 'menciptakan pedang akan membuatnya paham inti dan kekuatan dari pedang tersebut'. Tapi apalah arti inti dan kekuatan pedang, jika ia tak bisa menggunakannya. Namun, Jang Uk merupakan anak yang baik. Ia tetap mengikuti arahan gurunya dengan penuh ketakdziman.

Setelah menghabiskan ratusan besi di kuil dan mengubahnya menjadi pedang panjang yang tajam, Jang Uk langsung pergi menemui gurunya.

"Seonsaengnim, aku sudah mengubah semua besi itu menjadi pedang. Kapan kita akan mulai belajar sihirnya?" tanya Jang Uk, binar-binar kegirangan muncul diwajah tampannya.

Biksu Yang yang sedang duduk bertapa langsung membuka matanya, terkejut. "Oh benarkah?..."

Ia berjalan keluar dari kuil dan pergi ketempat Jang Uk membuat pedang selama ini. Benar saja, ratusan pedang sudah tertata rapi dengan kualitas yang bagus. Persis seperti teknik yang ia ajarkan pada anak itu. Ini merupakan rekor tercepat yang pernah ia lihat. Seharusnya menciptakan pedang sebanyak besi yang ada di gudangnya bisa menghabiskan sekitar 30 hari. Tapi apa ini? Kenapa dalam 10 hari Jang Uk bisa menyelesaikannya.

Biksu Yang terpelongo, tak percaya.

"Seonsaengnim, kita akan berlatih sihir mulai sekarang kan?" tanya anak itu lagi, sebuah harapan muncul dalam hidupnya.

"Bahkan ikan pun sulit mengetahui nasibnya jika berada di pantai yang dangkal. Bersabarlah..." jawab Biksu Yang dengan tenang.

Sesaat, Jang Uk terdiam lumayan lama, hingga akhirnya

"Biksu Yang, apa kau akan menipuku juga, seperti guru-guru yang lain?"

Biksu Yang terkejut bukan main. Bagaimana bisa bocah kecil itu berterus terang seperti ini?! Membuatnya merasa bersalah karna telah mengelabui Jang Uk seperti yang diminta oleh Park Jin. Ya... Park Jin menyuruh Biksu Yang dan juga guru-guru sebelumnya untuk mengelabui Jang Uk, membuatnya jatuh dan tidak ingin belajar sihir, sehingga pada akhirnya ia akan menyerah sendiri.

Alchemy of Souls 3 : Light in The Dark Where stories live. Discover now