Rizky teriak-teriak minta ampun sampai aku kelelahan, baru aku menyudahi seranganku. Aku terlentang di sampingnya.

"Huh payah nih, masa aku yang diserang tapi kamu yang ngosh-ngoshan sih Ta!" Rizky masih tengkurap, menaikan kepala untuk melihat ke arahku. "Nih.." Rizky mengulurkan seuntai kalung perak, tepat di atas hidungku. "Di pakai yah! Dan jangan lupa bilang maksih!" Dia tersenyum jahil padaku.

"Wah ngerjain nih!" Aku merebut kalung itu dari tangannya.

"Sini aku bantu memakainya!" Rizky duduk bersila menghadapku. 

Aku bangun dan duduk membelakanginya. Kurasakan jari-jari tangannya di tengkukku saat dia sibuk mengaitkan kalung di leherku.
Kubalikan tubuhku menghadapnya. "Ky, aku mau peluk." Aku memandang matanya.

Rizky mengerjap, dan lalu dia membentangkan kedua tangannya padaku. "Sini!"

Aku memeluk erat tubuh Rizky, dan berbisik di telinganya. "Makasih, Ky.." Aku cinta kamu ky.  Aku melanjutkan kata-kata itu dalam hatiku.

Ya, aku belum berani mengungkapkan rasa itu kepada Rizky. Aku belum siap akan reaksi Rizky jika dia mengetahuinya. Akuu tahu Rizky sayang sama aku, tapi kalau cinta? Aku tidak akan berharap banyak. Paling tidak untuk saat ini rasa sayang Rizky buat aku sudah lebih dari cukup.

Doaku untuk ulang tahunku tadi adalah, berharap Tuhan memberikanku waktu untuk hidup, agar aku bisa lebih lama bersama dengan Rizky.

-
-

Aku mendengar bunyi alarm di ponselku yang aku setting setiap jam 4.30 waktu subuh. Tetapi aku masih malas, aku masih ingin tertidur lebih lama. Aku belum ingin membuka mataku meski aku sudah terbangun dari tidurku.

Sepertinya bunyi alarm berhenti. 'Rizky yang mematikannya,' pikirku.

Aku masih belum membuka mata. Kurasakan usapan lembut di dahiku. Nyaman sekali. Apa Rizky yang melakukannya? Ingin aku membuka mata untuk melihatnya, tetapi aku takut ini hanyalah mimpi. Kalau benar ini hanya mimpi, aku tidak ingin bangun dari mimpi ini. 

"Ta..! Ta..! Bangun, Ta. Udah subuh!" Kudengar suara lembut Rizky membangunkan aku. Tangannya masih di kepalaku membelai-belai lembut rambutku.

Kubuka mataku perlahan. Kulihat Rizky di hadapanku, dia tersenyum. 

"Ta.. Ta.." Dia menatap mataku.

"Heemm." Aku hanya bergumam masih menikmati senyumnya.

"Ta.. Ada belek di mata kamu gede banget! Hahah!"

Aku bengong. Rizky menarik hidungku, dan langsung berlari sambil tertawa.

"Setaaan!!" Aku yang baru sadar langsung melemparkan bantal ke arahnya.

-
-

Setelah sholat subuh berjama'ah bersama Rizky, dia pamit untuk pulang, karna dia ada kuliah pagi. Tapi nanti Rizky bilang, dia akan mengantarku ke sekolah terlebih dahulu.

Jam setengah 7, Rizky sudah datang menjemput. Di jalan Rizky mengajakku ngobrol ini dan itu, tetapi tak ada obrolan yang menuju, kalau dia mau mengajak-ku jalan. Ya, aku berharap dia akan mengajak jalan untuk merayakan ulang tahunku hari ini.

"Tirtaa! Tirtaa!" Rika berlari memanggilku sesaat setelah aku memasuki gerbang sekolah.

"Gak usah lari-lari kali Ka!" Celetukku pada Rika.

Rika tersenyum lebar. "Oh ya, tadi siapa yang nganter?" Rika merapihkan rambut panjangnya yang sedikit acak-acakan.

"Teman, dekat rumah nenek aku." Kataku sambil melanjutkan perjalanan ke kelas yang sempat tertunda.

Jantung HatiWhere stories live. Discover now