Chapter 1

25.4K 571 13
                                    


10 Juni 2014

Aku suka tempat ini, dimana aku bisa melihat luasnya lautan yang diselimuti birunya langit. Aku tersenyum untuk menanggapi suara ombak yang memecah kesunyianku. Kupegang dadaku. Dapat aku rasakan debaran jantung yang berirama di dalamnya.

Aku tidak pernah sendiri.

10 Juni 2008

"Tirta sayang..." Nenek langsung menyambut kedatanganku dan memeluku serta menciumiku. Ya, sudah tiga tahun aku tidak mengunjungi Nenek di kota tempat kelahiran Mama.

"Nenek sehat kan?" Aku bertanya setelah menyalami tangan Nenek yang kulitnya sudah berkerut.

Nenek tidak langsung menjawabku, beliau menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tahu apa yang ingin dikatakan Nenek tanpa harus mendengarnya langsung darinya.

"Nenek sehat sayang, cucu nenek sudah besar ya, tambah ganteng aja." Aku tersenyum membalas pujian nenek.

-
-

Setelah makan dan istirahat sebentar, aku meminta ijin pada Nenek dan Mama untuk berjalan-jalan melihat laut dengan sepeda kesayanganku yang aku bawa dari rumah tempat kota asalku.

Aku menggoes dengan perlahan menikmati perjalanan menuju pantai yang sudah diberi petunjuk jalannya oleh Nenek. Di dekat rumah Nenek ada pantai yang bagus, yang biasa menjadi tempat orang-orang berwisata. Tadinya Mama ingin menemaniku, tetapi aku berhasil meyakininya untuk membiarkan aku sendiri.

Aku tersenyum melihat laut yang terbentang di hadapanku. Aku sandarkan sepedaku dan duduk di pasir putih. Dari kejauhan aku melihat di sekitar ada beberapa muda-mudi berpasangan. 'Mungkin mereka sedang pacaran' pikirku. Ada juga anak-anak yang sedang bermain pasir dan bercanda di pinggir pantai, serta beberapa orang dewasa. Ya, aku memilih duduk di tepi ini, di sisi yang jauh dari mereka. Aku suka tempat yang sunyi, agar aku bisa menikmati pemandangan laut tanpa ada yang menggangguku, kecuali suara ombak dan kicauan burung yang sesekali menghias langit biru.

-
-

"Boleh aku duduk sini?" Suara lembut seseorang memecah lamunanku.

Aku menoleh untuk melihat orang yang tanpa aku sadari sudah duduk di sampingku. Mata kami betemu, dan untuk sekian detik kami saling menatap hingga aku mengalah dan mengalihkan kembali pandanganku ke depan.

"Sepertinya aku belum pernah melihatmu." Aku masih diam melihat laut di depanku. "Biasanya hanya aku sendiri yang memilih tepi ini." Dia melanjutkan kalimatnya.

Aku menoleh lagi ke samping untuk melihat kembali wajahnya, dari samping wajahnya aku bisa melihat senyumannya. "Apa tempat ini sudah kamu patenkan?"

"Ah? Apa?" Dia sedikit terkejut mendengar pertanyaanku. Aku bisa melihat ekspresinya dengan penuh tanda tanya. Aku terkekeh, sangat lucu.

"Kalau belum, berarti aku juga punya hak kan untuk duduk di tepi ini?" Aku tersenyum. "Jangan melihatku dengan tatapan itu! Kamu sangat lucu! Heheh." aku tertawa kecil.

Dia tersenyum menanggapiku, memperlihatkan gigi kelincinya yang begitu imut menurutku. "Jadi bagaimana kalau kita mulai mematenkannya sekarang. Jadi di tepi ini hanya milik kita berdua." Cara dia bicara sangat lucu, dengan alisnya yang ikut naik turun.

"Baiklah, berdua sudah lebih dari cukup karna aku tidak suka bila tepi ini menjadi ramai nantinya." Dia tertawa kecil mendengar kata-kataku.

"Aku Rizky. Muhammad Rizky." Dia yang bernama Rizky mengulurkan tangan kanannya padaku.

"Tirta. Tirta Aditya." Aku menyambut uluran tangannya.

"Jadi dari mana asalmu? Sepertinya aku belum pernah melihatmu." Dia ingin menuntaskan rasa penasarannya ternyata. Heheh.

Jantung HatiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora