Dia adalah tokoh terkenal, tapi dia mungkin tidak ingin pergi ke tempat berbahaya lagi. 

' Jika itu masalahnya, aku tidak akan membujuknya tidak peduli seberapa
banyak Yang Mulia memohon padaku.'

Tapi Lucian berkata dengan mata tertunduk. 

“…Aku dengan tulus berharap daerah itu akan menjadi damai setelah pertempuran di sana selama tiga tahun terakhir. Jadi ku kira perdamaian akhirnya datang, tetapi mendengar bahwa pemberontakan pecah lagi… Sungguh menyakitkan
bagiku untuk memikirkan semua orang yang sekarat saat ini.” 

Aku menelan ludahku dan berkata. 

“… Apakah itu berarti kamu ingin pergi ?” 

Lucian ragu-ragu untuk menjawab. Setelah beberapa saat, katanya. 

" Tidak." 

“ Kamu bilang pemberontakan
membuatmu sedih.” 

Lucian berkata kepadaku. 

" Tapi kamu tidak akan bersamaku." 

Aku berhenti bernapas sejenak. 

Kaisar benar. 

Hanya karena akulah Lucian membuat pilihan seperti itu. 

Aku menatap Lucian dengan mata gemetar. 

Mata merahnya menatapku bersinar dengan jelas dan indah. Pada saat yang sama, itu tampak menyakitkan dan berbahaya. 

Aku ingat kata-kata kaisar. 

[Bujuk Lucian. Pernia,
jika kamu tidak berhasil, Lucian akan kehilangan segalanya. Dia akan kehilangan kepercayaanku, dia akan diejek oleh para bangsawan yang membencinya, dan dia
akan dikritik oleh tentara
dan rakyat jelata yang menghormatinya. Nah, akan cukup sulit untuk menghadapi semua itu, bukan? Untuk Lucian, dan kamu juga.] 

Aku tidak bisa membiarkan dia dibuang ke neraka itu.

Aku tahu betapa kerasnya
dia bekerja untuk sampai ke tempatnya sekarang. 

Aku menutup dan membuka mataku. Dan aku berkata dengan wajah bermasalah. 

“ Lucian, jika alasanmu tidak pergi ke sana adalah karena aku… Ayo pergi bersama.” 

" Apa ?" 

" Ayo pergi ke zona perang bersama." 

“……!” 

Ini adalah satu-satunya cara ku untuk bisa meyakinkan dia. 

Lucian menggelengkan kepalanya. 

" Tidak ada alasan bagimu untuk pergi ke tempat berbahaya seperti itu." 

" Kamu bisa melindungiku." 

“ Tapi… Kamu bilang tempat ini berharga untukmu. Kamu tidak bisa pergi denganku.” 

“ Semuanya berbeda sekarang.” 

Kami melakukan kontak mata. Merasakan tekad ku, Lucian akhirnya mengangguk. 

"…baik." 

Lucian memelukku dengan perasaan campur aduk. Dia berbisik dengan suara rendah. 

“Ayo pergi bersama, Nia.” 

Aku harap… 

Aku berharap itu hanya imajinasi ku merasakan sedikit kegembiraan dalam suaranya.

* * *

Lucian memberi tahu kaisar bahwa dia akan pergi ke
zona perang. Kaisar buru-buru mengerahkan pasukan dengan sangat gembira. 

Aku juga sibuk.

[ DY.03-END ] Jadi Istri SML yandere Where stories live. Discover now