Tabib Han, melihat menantunya itu sudah bisa menguasai diri kembali, memutuskan untuk membahas masalah saat ini. Bukan berarti tabib Xiao tidak menyayangi putra angkatnya, sungguh bayi yang dia selamatkan dari perampok itu sudah menemaninya begitu lama, bagaimana tidak ada rasa? Akan tetapi pengalaman hidup begitu lama membuat Xiao Ling Yu tahu cara menyembunyikan kesedihan. Dia akan berduka, tapi tidak disini, tidak sekarang.

"Jadi kau adalah jiwa dari masa depan, yang terpanggil oleh permohonan anakku?" Oleh tabib Xiao.

Xiao Wei Xian mengangguk, karena sebatas itulah yang dia tahu.

"Seharusnya saya sudah mati, saya yakin, namun tiba-tiba saya kembali terbangun di tubuh ini."

Tabib Xiao Ling Yu mengangguk-angguk, dia mengerti sekarang, dalam cerita ini Xiao Zhan juga seorang korban. Memahami cerita Xiao Zhan ah atau sekarang dia harus memanggilnya Xiao Wei Xian? Tabib Xiao mengangkat jari tengah dan telunjuknya untuk menghilangkan sihir kejujuran.

Laki-laki yang seharusnya tua namun tampak sebaya dengan anaknya itu kemudian mengambil sesuatu dari dalam kantong hanfunya.

"Sebenarnya aku kesini bukan sekedar berkunjung, sedikit banyak aku menduga ada hal besar yang terjadi. Sehari sebelum menikah aku memberikan giok laut hijau pada Xiao Wei Xian, memintanya menyimpan benda itu baik-baik. Jika sesuatu yang gawat terjadi padanya maka giok itu akan berpendar menjadi tanda yang akan sampai padaku. Tak kusangka giok ini justru tiba-tiba kembali tanpa aba-aba. Xiao Wei Xian, anak itu, begitu pintar menyembunyikan perasaan atau bisa jadi melakukannya tindakan nekadnya dengan setengah sadar."

Tabib Xiao menghela nafas, "jika saja dia diserang lalu terluka, atau mengalami penyakit mematikan, tentu saja aku akan tahu, tapi dia memilih bunuh diri."

"Maaf tuan."

"Panggil saja ayah, Wei Xian pasti menginginkan itu, dan terdengar lebih nyaman."

"Baik, ayah, saya pikir Xiao Wei Xian tidak bisa benar-benar murni dikatakan bunuh diri."

"Apa maksudmu?"

Xiao Wei Xian beranjak, mengambil guci obat terakhir yang diberikan Li Zifei pada ayahnya.

"Saya menemukan kandungan opium di dalamnya, dan kabarnya Xiao Wei Xian sudah mengonsumsi obat semacam ini dalam waktu yang lama. Seseorang dari istana sengaja memberikan obat-obat ini secara berkala pada Xiao Wei Xian."

Tabib Xiao mengamati tablet herbal itu dengan teliti, semua yang dikatakan 'anaknya' memang benar. "Bukan hanya opium, ada beberapa bahan yang memicu halusinogen di dalamnya, sepertinya dari jamur merah dan rerumputan tertentu. Boleh aku bawa untuk diperiksa?"

"Tentu ayah, itulah harapan saya. Semakin banyak bantuan, semakin baik."

"Syukurlah kau bukan seseorang yang memiliki niat jahat, Xiao Zhan, atau haruskah aku memanggilmu Xiao Wei Xian sekarang?"

"Bagi saya nama hanyalah nama, saya tak keberatan dipanggil yang mana."

"Baiklah Wei Xian, bagaimanapun sepertinya kau memang berjodoh dengan dunia ini. Anakku tak memiliki kekuatan sihir yang bisa membuatnya memanggil jiwa seseorang dengan sengaja, jadi kupikir fenomena kalian murni karena jodoh. Bukan hanya anakku yang memanggilmu, namun jiwamu juga ingin datang ke tempat ini." Tabib Xiao berbicara dengan misterius, bahkan Xiao Wei Xian tidak bisa mencerna maksudnya.

"Maksud ayah?" Xiao Wei Xian bertanya-tanya.

"Hanya perkiraanku, aku akan tinggal disini sedikit lama untuk mencari tahu."

"Baik ayah, saya akan segera menyiapkan tempat peristirahatan terbaik untuk Ayah." Han Wang Ji menjawab.

"Dan pastikan keamanannya." Tambah Xiao Wei Xian, Han Wang Ji mengangguk dengan yakin.

Tak berapa lama mereka menyudahi pertemuan itu. Seorang Kasim dipanggil untuk mengantarkan tabib Xiao Ling Yu ke paviliun tamu yang paling dekat dengan kediaman ratu. Sepeninggal Xiao Ling Yu dua orang yang ada di ruangan itu duduk berhadapan dengan situasi yang sulit dijelaskan.

"Maafkan aku, Xiao Zhan?" Han Wang Ji memecah keheningan.

"Sudahlah, kau hanya sedikit bodoh, jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, nanti kau bisa lupa menghukum akarnya."

Han Wang Ji mengangguk, walau tak sepenuhnya setuju. Bagaimana mungkin dia bisa tidak menyalahgunakan dirinya sendiri?

"Kau pasti kesusahan menghadapi sikapku, maafkan aku sudah memperlakukanmu seperti Xiao Wei."

Xiao Zhan tersenyum tipis, "Aku memang Xiao Wei Xian, akan sangat aneh jika kau sekarang bersikap segan. Ah, maksudku, kita bisa menimbulkan kecurigaan."

"A...ah, baiklah, aku akan berusaha."

"Bagus, kuatkan dirimu, setelah ini kita akan melewati banyak tantangan! Mau kuambilkan arak?" Xiao Wei Xian tahu, Han Wang Ji butuh sesuatu untuk melarutkan perasaan.

"Aku akan berterimakasih."

"Tak usah segan, kita teman, bukan?" Laki-laki itu berdiri, membuka pintu dan menghilang setelahnya. Han Wang Ji tertinggal sendiri, gelombang kesedihan dan segala kenangan bersama Xiao Wei Xian menyerang inti jiwanya. Angin musim gugur masuk lewat jendela yang terbuka.

__

*Sebagian kusadur dari puisi Nobel JR. Jimenez, 1959. :)

Don't Marry Her [S1 End - S2 Ongoing]Where stories live. Discover now