Jaemin melepas tautan mereka lalu menjauhkan kepalanya, manik kecoklatan itu menatap obsidian hitam milik Jeno dengan tatapan tajam.

"Why? Kau tidak mau disentuh pacarmu sendiri tapi mau disentuh orang lain?" Sindir Jaemin dengan kekehan dibibirnya. Jeno mengepalkan tangannya, andai tangannya tidak dicengkeram mungkin saat ini ia akan menarik kerah baju pacarnya itu.

"Itu tidak seperti yang kau pikirkan, Jaemin!" Sanggah Jeno yang lagi-lagi dibalas decakan oleh pacarnya.

"Lalu? Seperti yang dipikirkan siapa? Kamu?" Jaemin menyuingkan seringaian, ia menyatukan tangan Jeno ke atas kepala sang empu lalu memegangnya dengan satu tangan.

Sedangkan satu tangannya yang lain merogoh saku celananya, mencari sesuatu yang akan sangat membantu disaat saat seperti ini.

"Jaemin, lepaskan aku!" Titah Jeno dengan nada yang meninggi, ia terus berusaha memberontak tapi entah kenapa tenaganya masih bisa dikalahkan oleh Jaemin.

Jaemin tersenyum saat tangannya menemukan benda yang ia cari, Jaemin memperlihatkan sebuah kapsul obat pada Jeno dan langsung dihadiahi dengan tatapan terkejut.

"Ja-Jaemin apa yang mau kau lakukan dengan obat itu?!" Sentak Jeno saat melihat pacarnya itu mulai membuka bungkus obat tadi.

Jeno meneguk salivanya susah payah saat pacarnya lagi-lagi menyeringai ke arahnya, Jaemin memajukan kepalanya lalu berbisik tepat ditelinga Jeno dengan nada rendah.

"Kalau kau tidak mau aku paksa, maka aku akan membuat kamu yang meminta."

Jaemin menarik kepalanya lagi lalu melempar senyum ke arah Jeno, "karena kondisinya tidak memungkinkan untuk mencari air minum, bagaimana jika aku bantu?"

"Ja-Jaemin.. kau bilang kau tidak akan memaksa jika aku tidak mau melakukannya!"

Jaemin mengangguk, "ya memang, oleh sebab itu dengan bantuan obat ini aku tidak perlu memaksa, iyakan? Melainkan kamu sendiri yang akan meminta," jawabnya enteng.

Jaemin memasukkan obat itu ke mulutnya, lalu mulai mendekatkan kepalanya ke arah Jeno, membuat sang empu langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Jaemin menyeringai lalu menggunakan satu tangannya untuk mencengkram dagu Jeno, ia sedikit menekan pipi pacarnya itu membuat bibir Jeno sedikit terbuka dan memberikan kesempatan pada Jaemin untuk memasukkan bibirnya ke sana.

Chup!

Jaemin menautkan bibir keduanya, ia buru-buru memasukkan obat dimulutnya ke dalam mulut sang pacar, Jeno mencoba menolaknya namun tolakkannya malah dihadiahi gigitan dibibirnya oleh Jaemin.

"Aghht!" Erang Jeno saat Jaemin berhasil membuatnya menelan obat itu. Jaemin menyeringai senang, setelah memastikan obat itu masuk ke mulut pacarnya, ia dengan dengan senang hati melepas cumbuannya pada bibir Jeno.

Jaemin tersenyum saat melihat wajah sayu, bercampur ekspresi kesal milik Jeno. Ah, haruskah ia memotretnya?

Jaemin membelai pipi Jeno lembut, "astaga, kau sangat sempurna untukku."

Jeno membuang wajahnya, enggan menatap ke arah Jaemin lagi. Jaemin terkekeh dibuatnya, ia mulai melepas pegangan tangannya lalu memundurkan tubuhnya dan berbalik dari sana.

"Obat itu akan bereaksi dalam.. ya.. menurut hyungku sih obatnya akan mulai bereaksi dalam 5-10 menit setelah diminum." Ujar Jaemin yang tentunya membuat Jeno langsung membulatkan matanya.

Jaemin melempar senyum ke arah Jeno lalu berjalan meninggalkan pacarnya itu sendiri, "kalau begitu, aku pergi dulu ya! Selamat menikmati sensasinya~"

"Oh iya! Jika merasa butuh bantuan, You know who to look for, right?" Imbuhnya dengan seringaian dibibirnya.

SWITCH! | JAEMJENWhere stories live. Discover now