2. Happy Family

245 24 0
                                    


***

Zackary memejamkan matanya lekat. Ada rona kesedihan di sana. Harusnya sebagai anak kecil, ada baiknya ia tidak mendengar semua pembicaraan itu, tapi sudah kepalang tanggung. Ia telah mendengar semuanya. Hal itu membuatnya murung.

Tak jauh dari posisi Zackary berada, serombongan kecil orang tampak mendekat ke arahnya.

Zackary yang memiliki kemampuan yang luar biasa, tentu bisa mendeteksi siapa saja yang tengah berjalan ke arahnya tersebut, tetapi demi terlihat sebagai manusia normal pada umumnya, ia pun berpura-pura tidak mengetahuinya dan tetap berbaring di tempatnya berada. Ia juga menutup matanya kuat-kuat supaya terlihat seperti sedang tidur.

"Madam, sepertinya tuan muda Zackary tengah tertidur," ucap seorang ­lady-in-waiting­ yang bernama Lady Sadie.

Wanita yang dipanggil madam itu hanya mengerling sembari tersenyum. Matanya awas menatap putranya yang ternyata hanya berpura-pura tertidur. Ya, wanita yang dipanggil madam tersebut rupanya adalah ibunda dari Zachary, Duchess Aria Willbar.

Duchess Aria sangat cantik. Rambutnya kuning keemasan indah dengan kulit putih bersemu merah yang tampak sehat. Senyumnya ramah dan tampak keibuan. Dia tampak berwibawa dan berkelas seperti halnya gelar yang disandangnya, duchess. Jika ada satu hal yang mungkin dianggap kurang, itu adalah postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi. Namun, bahkan dengan posturnya yang demikian, siapapun lawannya, tetap akan merasa terintimidasi bahkan hanya karena mendengar namanya saja.

Duchess Aria memberi isyarat pada para dayang di belakangnya untuk menyiapkan tempat untuknya di samping Zackary.

Dengan gesit para dayang yang berpakaian seragam warna violet bergradasi kuning itu langsung menghambarkan tikar dan segala macam keperluan piknik di sekitar duke muda Zackary. Segera setelah selesai, para dayang pun berpindah agak menjauh untuk memberi ruang pada duchess dan putranya.

Lady Sadie berniat berdiri di dekat duchess, tetapi duchess memberi isyarat padanya untuk beristirahat bersama para dayang. Mungkin ini adalah salah satu perbedaan duchess Aria dari para bangsawan lainnya, beliau orang yang penyayang. Ia akan membiarkan para dayangnya beristirahat saat ia tidak sedang beraktifitas. Karena ia tahu dengan benar dibalik seragam violet mewah mereka, terdapat tubuh-tubuh lelah yang berharap bisa beristirahat barang sejenak. Ia tidak mau seperti para aristokrat lain yang terus membiarkan dayangnya bergerak hanya karena merasa telah membayar mereka.

Dengan hati-hati, Duchess Aria menaikkan kepala Zackary ke pangkuannya.

Zackary menutup matanya kuat-kuat karena takut kebohongannya terbongkar dari jarak sedekat ini, tapi Duchess malah menggodanya. Duchess Aria mencium kening putranya sembari berbisik pelan.

"Ibu tahu kalau Zackary tidak tidur."

Zackary tidak bergeming.

"Yakin, tetap tidur. Ibu siap menggelitik pinggangmu, loh. Lihat tangan ibu ...."

Dua tangan duchess Aria bergerak bagai gurita menuju ke pinggang putranya. Belun juga tangan itu menyentuh tubuh Zackary, bocah lelaki itu sudah tertawa keras. Tubuhnya berguncang-guncang mengikuti tawanya. Belum lagi ciuman ibunya yang bertubi-tubi menimpanya. Rasanya geli bercampur malu karena mereka tidak hanya berdua saja, tapi juga bersama banyak dayang dan ksatria penjaga duchess.

"Putra ibu pintar, ya. Sudah bisa membohongi ibunya dengan berpura-pura tidur."

Zackary berhenti tertawa dan menatap ibunya. Warna mata ibunya yang kuning keemasan balas menatapnya dengan lembut.

"Meskipun aku berbohong, tetapi ibu selalu tahu kalau aku berbohong. Bagaimana, dong?" rajuk Zackary.

"Kalau begitu, lain kali gak boleh berbohong kalau sama ibu. Bagaimana?" tawar Duchess Aria.

Zackary tidak mengiyakan. Ia hanya tersenyum manis.

Duchess Aria sangat gemas dan mencubit pipi putranya.

"Aduh, putra siapa sih ini? manis sekali."

"Aduh, ibu. Masa ibu lupa sama putra ibu sendiri. Zack jadi sedih," jawab Zackary dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Duchess Aria tertawa lepas. Ia bahkan lupa ada wibawa duchess yang harus dijaga.

"Masa ekspresi sedih begini. Masa begini ...."

"Mana ekspresinya, ayah ingin lihat!" seru Duke Jackson yang tahu-tahu tiba di sana.

Zackary terkejut. Bukankah ayahnya ada ruang kerjanya beberapa waktu lalu? Bagaimana ayahnya bisa mendadak ada di sini? Tetapi, Zackary tidak sempat berpikir karena ayahnya langsung mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi.

"Bagaimana tadi ekspresinya? Ayah juga ingin lihat. Ayo dong, ayah juga penasaran!" ucap Duke Jackson sembari menatap putranya lekat. Rasa sayang jelas tersirat dari caranya menatap putra semata wayangnya itu.

Zackary hanya menggeleng dan masih tampak kebingungan dengan keberadaan ayahnya di sana.

"Sayang, tadi Zack bahkan pura-pura tidur. Rugi sekali kamu tidak melihatnya tadi," ucap Duchess Aria kembali menggoda putranya.

Zackary langsung tersenyum malu.

"Wah benarkah? Mana ayah juga mau lihat."

Zackary menggeleng dengan malu. Ini berbeda dengan tadi. Skala penontonnya telah bertambah dua kali lipat. Bagaimana tidak, sebagai seorang Duke, Jackson Willbar tak hanya diikuti butler dan ajudan, tapi juga para sekretaris dan ksatria.

Akan tetapi, yang menganggap orang-orang itu ada hanya Zackary karena Duke dan Duchess rupanya telah melupakan apa itu wibawa seorang bangsawan dan terus menumpahi putra mereka dengan limpahan kasih sayang yang nyatanya sangat berlebihan. Tak seperti rumor yang mengatakan bahwa Zackary membawa darah terkutuk, jelas terlihat bahwa cinta duke dan duchess pada putranya lebih besar dari itu.

Dan bagaimanapun Zackary menahan diri, dia tetap tidak bisa menahan godaan dua orang yang sangat mengasihinya itu. Zackary cekikikan dengan tawa lepas yang renyah. Dalam hal ini, ia tak berbeda dengan anak umur 10 tahun pada umumnya. Tidak tampak padanya kekuatan mana tak terbatas, tidak juga darah terkutuk yang mematikan, atau hal-hal di luar nalar lainnya. Zackary hanya bocah umur 10 tahun biasa sama seperti anak-anak lain susianya. Bocah yang akan tertawa lepas saat digoda, bocah yang akan tersenyum bangga saat dipuji, bocah yang akan menangis saat bersedih.

Begitulah Zackary dibesarkan di kediaman duchy Willbar. Penuh dengan cinta dan kasih sayang. Namun, sekuat apa pun didikan itu, rasanya akan percuma saat Zackary harus menghabiskan waktunya di medan perang.

Bocah lelaki yang memiliki kekuatan mana tak terbatas, tubuh yang tidak mempan oleh racun, dan fisik yang luar biasa itu tumbuh menjadi orang yang juga luar biasa. Telah terbentuk dalam dirinya perasaan sayang pada keluarganya, rasa sayang yang bahkan rasanya ia akan rela menebas gunung demi rasa sayang itu, tapi di lain pihak, ia menjadi pribadi yang sangat mengerikan untuk musuhnya. Karena ia tidak segan-segan untuk menghabisi nyawa siapa saja yang berseberangan dengannya.

Hingga suatu saat, Zackary berada di suatu titik yang membuatnya sama sekali tidak berkutik. Pertama kali terjadi dalam hidupnya, Zackary tidak mampu menghunuskan pedang pada musuhnya.

Siapakah musuh yang dimaksud Zackary? 


***

DUKE WILLBARWhere stories live. Discover now