BAB 31: REVITALISASI CINTA

Start from the beginning
                                    

"Hah? Ikut bantuin apa?"

"Bantuin kamu ngurus hasil panen di sawah lah."

Raline menggeleng tidak yakin. "Di tengah-tengah sawah panas banget, Jer. Banyak binatang juga yang bikin kamu gatel-gatel nanti. Mendingan kamu duduk anteng di Dangau itu aja ya."

Jerome tidak suka melihat pacarnya memandang sebelah mata kepadanya. Meskipun dia tidak memiliki pengalaman di sawah, tapi kegigihannya dan rasa ingin tahu nya sangat besar. Dia mungkin bisa melakukannya hanya dengan sekali belajar.

"Ada kamu. Jadi aku cuma perlu belajar dari kamu."

"Kamu yakin, sayang?" Raline bertanya sekali lagi untuk memastikan.

"Ya. Selagi ada kamu aku yakin bisa."

Ya ampun...
Entah sudah keberapa kali Raline merasa tak habis pikir melihat sikap Jerome yang nampak agak posesif kepadanya.

"Ya udah ayo kita ke sawah. Kasian Mas Gibran kalau ngurusin hasil panen sendirian."

Mereka berdua mendekati area sawah dan mulai membantu beberapa orang suruhan ayah nya yang sedang memotong padi yang sudah siap di panen.

Jerome merasa agak kesulitan karena ini pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di sawah langsung. Dia serius memperhatikan bagaimana Raline mengurus hasil panen sambil sesekali memantau gerak-gerik Gibran yang mencurigakan.

"Dek Rell, itu si jerami beneran nggak bisa apa-apa ya? Moso megang sabit kayak megang pisau dapur seh." ujar Gibran berkomentar.

"Wajar lah, Mas. Pacarku orang kota, dia main nya di lapangan golf bukan di tengah-tengah sawah begini."

"Yo mending aku. Aku bisa apa aja. Jadi suami mu juga aku bisa dan mampu. Tinggal ngomong ke ayah sama ibu mu terus kita nikah deh." ucap Gibran sambil nyengir lebar.

"Jangan bahas yang dulu-dulu. Aku kan waktu itu masih SD, belum paham sama cinta-cintaan. Kalau sekarang kan beda, lagian aku juga udah lupa sama omongan ku dulu."

"Mbok dipikir-pikir meneh to, Dek. Mas ini udah siap lahir dan batin meminang kamu. Sekarang bilang ke mas kapan kamu siap nya?"

Raline mendengus kesal. Dia menatap Gibran yang sedang melempar senyum sumringah.

"Udah dong, Mas. Aku nggak ada rencana apapun kedepannya bareng Mas Gibran. Aku juga udah punya pacar. Kenapa sih masih bahas yang dulu-dulu terus."

"Pacarmu kelihatannya cemburuan tapi gengsi nya tinggi." lagi-lagi Gibran mengomentari tentang Jerome.

"Dia emang begitu orangnya. Nggak ada yang salah kok. Kenapa Mas Gibran komentar terus dari tadi."

"Mau lihat cowokmu cemburu nggak?" tantang Gibran.

"Mau ngapain lagi sih, Mas. Kenapa jadi ngurusin pacarku segala. Udah itu urusin aja hasil panen sawah nya biar cepet selesai."

"Wis lah lihat aja. Aku gregetan sama pacarmu. Sekali-kali di godain biar muka nya nggak lempeng terus kayak gitu."

"Mas Gibran mau ngapain?" tanya Raline.

Cewek itu mengerutkan keningnya bingung saat melihat Gibran semakin mendekat ke arahnya.

"Aduh panas banget ya, Dek Rell. Tolong elap keringet di jidat Mas dong. Tangan Mas kotor kena tanah sawah."

"Tangan ku juga kotor habis megang gabah." balas Raline.

Gibran mendengus sebal karena Raline sama sekali tidak mengerti dengan maksudnya.

"Ck! Elapin aja keringat ku. Itu ada sapu tangan, pakai aja itu."

[2] HATI dan WAKTUWhere stories live. Discover now