2. Worst Shadow

104 15 0
                                    

Gumpalan awan hitam merebak di seluruh tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gumpalan awan hitam merebak di seluruh tempat. Samar-samar terdengar erangan yang terasa pilu. Suara itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi entah apa yang menahannya, hanya bisa terus mengerang sakit. Namun, kesakitan tersebut menimbulkan nyeri di hatinya, dia berjalan tanpa sadar mendekati si suara.

Setiap langkah terasa berat begitu mendekat, berbanding terbalik dengan apa yang dia rasa. Seakan-akan dalam dirinya ingin segera sampai di sana dan menyudahi erangan tersebut.

Tatkala suara itu menjerit keras, dia segera lari terbirit-birit. Tidak peduli gumpalan awan yang terus menghantam wajah, dia hanya ingin menghentikan kesakitan yang terasa padanya. Akan tetapi, hanya garis bayangan gelap yang tampak di tengah jeritan itu. Tangannya refleks mengangkat, kemudian cahaya dari api yang muncul di telapaknya menerangi kegelapan.

Sontak dia terpaku dengan mata membelalak dan mulut yang terbuka. Lututnya perlahan kehilangan tenaga dan jatuh di rumput kasar. Bayangan gelap itu memunculkan dua sosok, satu yang menjerit terus dengan ujung panah mengorek tenggorokannya dan satu lagi yang tengah mendorong panah makin dalam sambil mengangkatnya tinggi-tinggi.

Kedua sosok itu adalah Jeno dalam wujud setengah serigala yang menusukkan bilah tajam panahnya ke tenggorokan Renjun. Lemas langsung merayapi seluruh persendian Jeno ketika menyaksikan betapa kejamnya dia sendiri menyiksa Renjun.

"Le ... pas, tolong," ujar sang Imortal rusa seraya meronta-ronta. Ia berusaha menarik panah yang menancap meski Jeno terus mendorongnya lagi. Tanduk rusa Renjun tampak menghitam di yang kiri dan yang sebelah kanan hanya tersisa setengah.

Jeno lain yang ada di sana kian menyunggingkan bibir kesenangan kala Renjun sulit mengais oksigen. Dia memiringkan kepala lalu berkata, "Lebih cepat mati, lebih cepat bebanku hilang." Tangan Jeno langsung menghunjam panah yang digenggamnya sampai menembus belakang leher Renjun. Dia tertawa besar begitu puas setelahnya.

Sementara itu, Jeno si penonton merangkak putus asa ingin menggapai Renjun yang tiap detiknya kehilangan warna kehidupan. Jeno ingin mengeluarkan suara, tetapi dia hanya mampu berteriak parau seakan-akan semua kekuatannya untuk bicara hilang begitu saja.

"Ti ... dak! Ren ...."

"Jang ...."

"Ti ... dak, tidak! JANGAN! JANGAN MATI! TIDAK!!!"

Teriakan yang Jeno paksakan membuat dirinya sendiri terlonjak dan bangun dengan terduduk. Dia merasa sangat basah dan panas di sekujur tubuh. Begitu Jeno yang tengah mengumpulkan kenyataan bahwa dia bermimpi, sontak menjengit kaget karena sentuhan seseorang di kulitnya.

"Hei, enggak apa-apa, Jen?" tanya Renjun di sebelah. Terlihat jari yang menyentuh Jeno, ia tarik kembali ke dada. Raut wajahnya jelas menunjukkan kekhawatiran.

Namun, Jeno tidak mengatakan apa-apa, dia terdiam sembari menatap Renjun dalam. Imortal rusa itu akhirnya memberi usapan pelan pada lengan atas Jeno agar tenang meski sempat ragu dia akan menolaknya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream Catcher [NoRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang