001

21 0 0
                                    

(CONTAINS)
Parental Absence.
(TRIGGER WARNING)
Child Murdering.

Tiga kertas ulangan mata pelajaran berbeda bertuliskan nama Elizabeth A dengan markah A+ terletak di atas meja kamar.

Kamar bernuansa merah muda dengan gaya 90an mendominasi hiasan ruangan itu.

Terdapat poster penyanyi dan Band ternama jaman itu, namun poster dikamar itu didominasi Radiohead, Madonna dan Nirvana.

"Ayah, aku dapat A+ dalan semua ujian mata pelajaran utamaku. Sesuai janjimu, kau akan membiarkanku melihat Circus Baby, Iya kan?" gadis bernama Elizabeth itu adalah seorang anak berambut Jingga memakai pita berwarna merah mawar yang dari tadi membujuk ayahnya pergi ke suatu restoran pizza

"Elizabeth, hari ini aku sedang sibuk. Aku tidak bisa membawamu, jadi kumohon, mungkin besok kita akan pergi bersama."
Tawar Ayahnya mendengar bujukan dari Elizabeth.

Elizabeth yang memang punya ego tinggi malah melempar tantrum besar di saat itu. Ia berteriak dan menjerit meminta agar keinginanya dipenuhi. Ia benci jika sesuatu tidak sesuai dengan kemauannya, ia bahkan lebih benci sikap orang yang tidak mau mengikuti kemauannya.

Namun, sebesar apapun ego anak perempuannya ini, William yang tegas bersikeras tidak mengikuti kemauan Elizabeth. Dia tidak mempedulikan tantrum si gadis dan sibuk dengan urusannya.

"Abby, berhentilah menjerit! Lagipula ayah akan membawamu jalan besok. Kau bersikap egois." Evan sudah tidak tahan dengan jeritan Elizabeth, dia merasa adik bungsunya itu selalu memaksakan kehendak dan tidak bisa memahami orang tuanya.

Lagipula, Evan yang sudah berusia 9 tahun dan Elizabeth yang berusia 7 tahun menjelaskan bagaimana kekanak-kanakan Elizabeth itu.

"Dirumah ini tidak ada yang mengerti padaku!!" Dan itulah kata-kata ikonik Elizabeth sebelum akhirnya membanting pintu kamarnya dan menangis di tempat tidur.

"Ah sial, kenapa dia keras kepala sekali."
Evan menghela napas meninggalkan pintu kamar Elizabeth yang tertutup rapat. Elizabeth membungkam wajahnya pada bantal dan menangis sejadi-jadinya. Sementara William, lelaki tua itu memang tidak peduli dengan anak-anaknya semenjak dia dan Evelyn Schmidt bercerai.

-Pita Merah dan Gelang Hijau -

Malam itu, hujan yang lebat.

Seperti biasa, Charlie akan selalu bermain bersama The Puppet di bagian sudut ruangan.
Charlie yang terbiasa dengan zona nyamannya sudah terbiasa berjam-jam duduk bersama The Puppet dan bermain.

Ayah Charlie, Henry Emily berpesan, gelang hijau neon yang ada di tangan Charlie tidak boleh sama sekali dilepas selama ia bermain di restoran pizza itu.

Sementara itu dimana Ayah Charlie?
Sama seperti William, mereka selalu disibukkan pekerjaan. Menghabiskan waktu dengan anak tunggalnya pun sedikit. Absen orangtua itu tidak disadari dua gadis yang berumur sebaya.

Waktu itu semakin gelap di restoran pizza.
Henry yang lepas pengamatan terhadap Charlie, meninggalkannya sendiri.
Henry sendiri tidak pusing dengan itu, karna The Puppet yang biasa bermain dengan Charlie memang ditugaskan untuk melindungi siapapun yang memakai gelang berwarna neon. namun yang menjadi prioritas perlindungan adalah yang memakai gelang hijau neon.

"Charlie, tutuplah boks The Puppet. Setelah itu, datanglah ke kantor Ayah untuk siap-siap pulang." Henry menemui Charlie dan berpesan untuk menutup boks The Puppet, dia meletakkan barang diatas boks untuk memastikan boks itu tertutup rapat.

Tidak lama setelah itu, beberapa anak remaja muncul. Anak remaja itu mengolok lalu mengunci Charlie di luar restoran pizza lewat pintu belakang dan meninggalkannya.

Pita Merah Dan Gelang HijauWhere stories live. Discover now