"Apa yang terjadi pada mu? Siapa yang menusuk mu, Bam?"

"Aku juga tidak tahu siapa dia" ujarnya dengan ringisan pelan. Soobin menatap wajah Beomgyu yang kini semakin pucat dan darah yang terus menerus keluar.

Beomgyu menoleh pada Jaemin yang duduk di meja dan terus menatap perut Beomgyu yang di tekan dengan kain seraya meringis ngeri.

"Dia siapa?" Soobin menoleh, begitu juga dengan Jaemin. Mereka hanya diam dan tak menjawab dengan kata sedikitpun.

"Soobin?"

"Ah? Dia hanya pelanggan biasa, aku tidak kenal" Beomgyu mengernyit

"Baru saja kau menyebut namanya" Soobin diam dan menggaruk tekuk lehernya yang tak mungkin benar-benar gatal.

"Aku temannya. Ah ralat, musuhnya"

×|×|×

"Luka pasien sudah dijahit dengan lancar, hanya saja ia kekurangan darah sedikit. Anda bisa memberikan obat penambah darah padanya" Soobin menganggukkan kepalanya mengerti.

"Apa dia sudah bisa dibawa pulang?" Pertanyaan itu membuat Dokter yang berdiri disamping pintu ruangan berfikir sejenak.

"Menurut saya, lebih baik dia disini dulu karena luka masih basah. Tetapi dia juga bisa langsung di bawa pulang, asalkan dia tidak kemana-mana dan pastikan dia istirahat" lagi, Soobin mengangguk paham.

"Dia akan saya bawa pulang saja"

"Baik, anda bisa keruangan saya untuk mengambil obat-obatan yang akan dibawa"

Soobin mengangguk dan melihat Beomgyu dari kaca pintu yang duduk di pinggir ranjang dengan tatapan kosong.

Setelah semua urusan dirumah sakit selesai, Soobin membantu Beomgyu berjalan memasuki Taxi.

"Aku tidak ingin pulang" Soobin membelakkan kedua mata nya terkejut, ia menggeleng antusias.

"Tidak! Kau harus pulang, luka mu itu belum pulih sepenuhnya!" Tetap saja Beomgyu menggeleng, merengek tak ingin pulang.

"Bagaimana ke apartemen mu saja? Kau izin pada bos mu untuk hari ini tidak bekerja. Aku bosan dirumah sendiri" Soobin bingung, ia melihat pada baju nya yang juga terkena darah. Tidak mungkin juga ia bekerja dengan penampilan seperti itu.

"Oke, jika itu mau mu"

Tujuan sekarang adalah apartemen Soobin, lumayan jauh dari rumah sakit. Untung saja ia membawa uang saku yang cukup untuk biaya pengobatan rumah sakit dan Taxi.

Sepanjang perjalanan, Beomgyu hanya diam dan tak berbicara sedikit pun. Soobin sedikit khawatir jika dirinya tidak berbicara sedikit pun.

Dia benar-benar berubah, semenjak kehilangan Ryujin dia selalu berdiam diri. Bahkan yang dulu selalu mencairkan suasana, sekarang menjadi sebaliknya.

"Kau sudah makan?" Beomgyu menggelengkan kepalanya pelan, ia hanya diam memangku kepala Beomgyu seraya mengelus pelan rambutnya.

"Apa sudah sampai?" Tanya Beomgyu seraya mendongakkan kepalanya. Soobin melirik pada jendela yang sepertinya sebentar lagi sampai.

ILLE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang