CHP 2

97 10 1
                                    

"Ibu! Aku berangkat!"

Diam menunggu jawaban yang tak datang-datang, ia melihat seluruh ruangan nya yang sunyi. Menggaruk kepalanya dan sedikit kesal sebab ibunya selalu tidak pernah menjawab panggilannya akhir-akhir ini.

"Ibu?! Kau mendengarkan ku atau tidak? Ya sudah, aku pergi!" Beomgyu tahu, jika seseorang yang ia sayangi itu sudah tidak ada. Tapi, ia tetap mengganggap ibunya ada. Sering mengajak berbicara di dapur, membantunya membersihkan rumah, seperti orang gila yang berbicara sendiri, mengerikan.

Tak hanya itu, jika saja seseorang menyadarkan dirinya, ia bersikap seperti layaknya orang stres yang kehilangan akal. Walau ia menjawabnya jika ia tak percaya, ia akan tertawa dengan sendirinya dan memukuli kepalanya dengan benda apa saja yang ada di dekatnya. Entah mereka menyebut ini menyedihkan atau menyeramkan, ia tetap menganggap mereka yang tidak ada masih di sisinya.

Dan kini, tak perduli dengan pelajar, para pekerja dan orang-orang yang membisikan sesuatu padanya di sepanjang trotoar. Ya, ia mulai bertingkah seperti orang tak waras, tertawa sendiri.

"Dia lagi.."

"Mengapa tidak di masukan ke rumah sakit jiwa saja, aku sampai merinding melihatnya"

"Mengerikan"

"Dasar orang gila!"

Mengepalkan kedua tangannya, menahan emosi yang sudah dipucuk nya, memperlahankan langkahnya dan menoleh pada orang-orang di sekitarnya. Semakin ia menatap mereka, semakin banyak bisikan jijik yang ia dengar.

"Aku... AKU TIDAK GILA!! AKU MASIH WARAS, BRENGSEK!!"

"Hei! Anak muda, lancang sekali mulut mu berbicara pada yang lebih tua! Siapa yang mendidik mu seperti itu, huh?" menoleh pada pria paruh baya dengan tubuh yang berbalut jas hitam. Ia mendekati pria itu, diam dihadapannya dan mendorongnya hingga pria itu tersungkur jatuh.

"Akh! Dasar sialan! Mau pergi kemana kau, bocah!?" ia mundur perlahan dan mulai berlari sejauh mungkin, berlari melewati gang yang sempit dan bersembunyi dari pria tua tadi. Mundur perlahan untuk mengamankan keadaan, mulai merogoh sakunya untuk mengambil sebuah dompet coklat yang terlihat lumayan tebal.

Membuka perlahan dompet itu, sedikit terkagum saat melihat uang kertas yang menumpuk di dompet itu, ia kembali merogoh saku yang lain dan mendapatkan sebuah kotak kecil, membukanya dan batangan rokok itu masih banyak.

Tertawa senang, sebab ia berhasil mencuri harta milik pria tadi tanpa sepengetahuannya. Ia diam sejenak dan melihat benda yang ia pegang di kedua tangannya. Tersadar apa yang ia lakukan barusan ini adalah hal yang tidak benar, tapi ia mengingat perkataan yang ia ucapkan pada Ryujin kemarin.

"Jikalau pun kau yang meninggalkan ku, aku bersumpah akan keluar club music dan menjadi berandalan"

Kembali tersenyum senang, ia memasukan benda itu pada tas nya dan mulai berjalan untuk pergi. Menoleh kebelakang memastikan pria tadi tidak menyadarinya dan mengejarnya.

Krek

Reflek menunduk dan mengangkat kaki nya untuk melihat apa yang ia injak barusan. Detak jantungnya kini berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Memundurkan langkahnya dengan raut wajah yang ketakutan. Bagaimana tidak takut, saat melihat potongan jari yang seperti nya masih beberapa jam tergeletak disitu. Darah itu masih pekat namun mulai mengering, dan beberapa potongan daging-daging kecil yang mulai di datangi beberapa belatung.

"Bam? Apa itu kau?" menoleh kebelakang dimana pria berpostur tinggi yang sangat ia kenali itu memanggilnya.

"Benar itu kau, apa yang kau lakukan disini?" Beomgyu menggeleng kuat saat Soobin mulai mencurigai keberadaannya di gang sempit seperti ini. Ia mulai berjalan mendekat, Beomgyu sedikit kaget dan memundurkan langkahnya.

ILLE?Where stories live. Discover now