6. Musyawarah Kurang Sepakat

Începe de la început
                                    

Balutan kemeja polos warna hitam dari brand lokal ternama, juga rok berjenis A-Line Skirt warna merah bata, membuat penampilan perempuan kelahiran bulan Juni itu tampak anggun sekali. Kontradiktif dengan sikapnya yang terkesan dingin dan tak acuh.

Eksistensi Faradina sungguh mampu menciutkan nyali siapapun. Dia yang tampak dominan dapat mengendorkan rasa percaya diri para kaum hawa yang lain. Kecuali Naela. Memang, dulu sempat Naela menaruh rasa kagum pada perempuan itu. Terlebih visualnya yang digadang-gadang mirip Irene Red Velvet, tentu menyebabkan keberadaanya tak luput dari perhatian banyak orang. Belum lagi kecakapannya yang menakjubkan seolah memberitahu jika Tuhan tengah merasa bahagia saat menciptakan seorang perempuan bernama 'Faradina Evanesti'. Dia benar-benar icon kampus yang pas. Tak ayal sejak jaman maba fotonya sudah terpampang di laman promosi kampus.

Namun, hari ini Naela menarik paksa rasa itu. Ia tukar dengan perasaan was-was sebagai bentuk perlindungan untuk dirinya sendiri. Dengan segenap ketegaran yang ia miliki, sama sekali Naela tak mau menundukkan pandangan. Meski rasa khawatir mulai menggerogoti batinnya secara perlahan.

"Oke temen-temen," Fara mulai bersuara. Berniat mengembalikan perhatian. Walau sebelumnya, atensi semua orang sudah terpaku padanya.

"Abi akan mengungkapkan pendapatnya."

Detik itu juga, tubuh Naela mendadak panas dingin. Lebih-lebih ketika Bayu beranjak lantas berdiri menyamakan posisi dengan Faradina. Bagi banyak orang, eksistensi dua manusia dengan pesona luar biasa di tengah-tengah lingkaran merupakan sesuatu yang sangat menyegarkan mata. Tetapi Bagi Naela, mereka bagai bumerang tak kasat mata yang kapan saja bisa menyerang pendiriannya.

"Oke, langsung aja yaa?" ucap Bayu. "Sebelumnya, terimakasih banyak saya ucapkan pada teman-teman DPM, karena telah memberi kesempatan untuk saya menjadi bagian dari kandidat presiden mahasiswa. Saya yakin kalian mencantumkan nama saya setelah melalui proses perundingan yang tidak sebentar."

Tidak ada yang menyanggah. Semua orang khidmat mendengarkan penuturan Bayu. Walau Naela mendapati beberapa gadis menatap pemuda itu dengan sorot mata mendamba. Dalam hati ia mencebik sambil terus melirik bengis. Berharap salah satu dari mereka sadar kemudian kembali fokus pada musyawarah.

"Tapi, dengan berat hati saya harus menyampaikan hal ini ..." Naela kontan mendongak kala mendengar ucapan itu. Ia tahu akan terjadi penolakan lagi. Namun ketika hal yang ia khawatirkan sungguh terjadi, rasanya membuat batin gadis itu seperti dihantam ujung tombak yang tajam. Meluluhlantakkan pendirian yang ia yakini akan menjadi tameng yang kuat.

"Saya tidak bisa maju sebagai presma. Alasannya sudah saya sampaikan pada ketua DPM." Bayu melirik singkat ke arah Fara. Pemuda itu lantas menggigit bibir bawahnya sebentar, hanya untuk menutupi rasa gugup yang tiba-tiba terasa.

"Alasan Abi cukup privasi, temen-temen." Kata Fara, mengambil alih atensi. "Bukan berarti Abi punya privilege sendiri. Tapi memang alasannya nggak bisa aku sampaikan terang-terangan di sini. Mungkin nanti hanya akan aku sampaikan pada pihak internal. Jadi tolong pengertian dari kalian semua yaa?"

"Iya, nggak papa kok Bayu ... semangat yaaa!!" ujar seorang perempuan yang mengenakan almamater.

"Iya bener itu. Masih ada Naela kok," kata seorang lagi, namun diselingi kerlingan mata. Membuat Naela jengah setengah mati.

"Naela," panggil Fara. Raut wajahnya benar-benar terlihat serius. "Karena hanya sisa kamu, dengan berat hati aku nggak bisa lagi menerima pengunduran diri."

"Wakil Rektor 3 beneran ngasih waktu cuma dua Minggu untuk kemudian dilaksanakan pelantikan BEM. Sebelum BEM yang lama melakukan sesuatu, yang justru akan semakin memperkeruh keadaan."

CATATAN PRESMAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum