*
*
*

" Apa kita perlu datang ke pertemuan itu?"



Jaemin yang tengah membaca buku itupun menurunkan pandangannya ke Renjun yang kepalanya bersandar di dadanya itu.


" Aku tidak bisa minum alkohol." Jawabnya. Renjun mendongak membuat mata keduanya saling bertatapan.



" Benarkah?" Tanya Renjun dengan raut penasaran. Jaemin mengangguk lalu mengusak rambut halus Renjun dengan tangan yang sebelumnya melingkar di perut sang istri.



" Alkohol hanya akan membuat darahku semakin membusuk." Ujarnya. Renjun tersenyum masam.



" Alkohol bukanlah bawang putih."


Kali ini tangan besar itu mencubit pipi Renjun yang menirus.



" Aku hanya bercanda. Tapi aku benar-benar tidak meminum alkohol."


Renjun menyingkirkan tangan Jaemin dari pipinya.




" Arraseo. Aku tidak akan memaksamu untuk meminumnya."



" Mungkin manusia-manusia itu akan menganggap kita junior sombong yang tak menghargai undangan seniornya." Ujar Jaemin yang sudah kembali membaca isi buku tebal tentang hukum perdata itu.




" Memangnya kita harus peduli?" Tanya Renjun malas.




" Tentu saja kita tidak. Tapi mungkin di tahun-tahun berikutnya saat kita kuliah lagi, kita akan berada disana dan melihat apa yang mereka lakukan."



*
*
*


" Kenapa kita tidak memesan makanan saja? Aku bahkan mengumpulkan semua brosur-brosur ini." Ujar Renjun sembari mengacungkan brosur-brosur yang tadi di ambilnya di lobi.



Jaemin yang sedang berjongkok memilah milah isi kulkasnya pun menoleh ke arah Renjun yang duduk beruncang-uncang kaki di meja makan.



" Kamu tidak suka masakan buatanku?" Tanya Jaemin. Renjun keget lalu buru-buru menggeleng. Brosur itu dengan cepat di lemparnya ke meja.



" Ya! Bukan begitu. Tapi aku benar-benar merasa tak enak hati melihatmu memasak makanan untuk kita berdua."



" Kan tidak sering." Jawabnya.



" Tetap saja. Membuat seorang Raja memasak itu sangatlah tidak sopan."



Jaemin tertawa pelan lalu kembali mengalihkan tatapannya ke isi kulkas yang terisi penuh. Mengambil bungkusan berisi tahu dan kacang panjang dan menaruhnya di sebelahnya.



" Sejujurnya saat aku menjadi vampir liar, aku seringkali tinggal di tempat yang kumuh dan terkadang aku memasak. Secara kebetulan aku belajar memasak dari seorang rogue. Dan memasak itu menyenangkan, Renjunah." Ujarnya kembali memilih beberapa jenis daging dan akhirnya menarik bacon dan menaruhnya di lantai di antara beberapa bahan yang sudah terlebih dahulu di ambilnya.




Di tempatnya Renjun terdiam.



" Entah kenapa aku mengajakmu untuk hidup seperti ini. Terkadang aku merasa bersalah karna membuat ratuku harus hidup di ruangan sempit seperti ini." Tangannya yang semula sibuk memilih itu kini terhenti. Tiba-tiba saja perasaannya memburuk.



" Jaemin-ah. Kita sudah sering membahasnya. Kabin perburuan jauh lebih kecil dan kamu melihatnya, aku tidak pernah mengeluh."



Jaemin mengangguk. Renjun benar, namun entah mengapa akhir-akhir ini ia jadi sedikit sentimentil.




Setelah selesai memilah bahan yang akan ia masak, Jaemin menaruh bahan-bahan itu di meja di sebelah Renjun. Pasangannya itu menatapnya lekat membuat Jaemin balas menatapnya lalu tersenyum.



" Ku harap kamu bahagia bersamaku." Ujarnya.



" Aku bahagia, Jaemin." Jawab Renjun. Jaemin membungkuk lalu mencium kening Renjun membuat sang pasangan tersipu.



" Aku akan memasak masakan yang lezat untukmu." Ujarnya.



" Aku menantikannya."



Tbc..


San

Wooyoung

Vampire | Jaemren ✔Where stories live. Discover now