"Mm... Edmund," jawab Pansy ragu.

"What? Edmund memberitahumu tentang berita ini dan sama sekali tidak memberitahuku. I'm his sister," ucap Charity menggebu-gebu, merasa tak adil jika kakaknya tak memberitahu tentang hal ini.

"Aku pikir–"

"Stop it, Pans. Aku benar-benar belum siap," Charity membaringkan tubuhnya di ranjang, sedangkan Pansy beranjak dari posisi tidurnya.

"What?"

"Aku benar-benar belum siap kalau kau menjadi kakak iparku Pansy Parkinson!" teriak Charity sembari melemparkan satu bantalnya ke wajah Pansy. Gadis ini benar-benar mengajak sahabatnya berperang.

Tak lama setelah itu, Daphne masuk dengan mata yang terkejut ketika mendapati kamarnya yang berantakan.

"Kalian berdua!" Dari sinilah ocehan Daphne dimulai.

°•°•°

Esoknya, saat makan malam berlangsung, Prof. Dumbledore memberikan pengumuman yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa Hogwarts. Ya, tentang Triwizard Tournament. Walaupun banyak yang protes karena turnamen itu hanya bisa diikuti oleh siswa berumur 17 tahun ke atas, tak sedikit pula yang masih bersemangat untuk sekedar menonton.

"Baik, tak usah berlama-lama lagi. Mari kita sambut tamu-tamu kita dari Sekolah Sihir Beauxbatons!" ujar Dumbledore yang diikuti oleh terbukanya pintu Greathall.

Para gadis yang memiliki pesona bak Veela itu berjalan beriringan dengan anggun. Tak heran semua mata menuju ke arah mereka, terutama lelaki.

"Dasar lelaki, lihat yang bening-bening saja langsung semangat!" gumam Pansy pada Charity yang duduk di sebelahnya.

Benar saja, Draco yang duduk tak jauh dari Charity juga terlihat terpesona akan kedatangan gadis-gadis Beauxbatons itu.

"Ini menyebalkan, Pans. Draco menatap mereka seakan kehilangan akal." Pansy mengikuti arah pandang Charity yang menatap Draco dengan pandangan tidak suka.

"Harga diri seorang Malfoy jatuh begitu saja," balas Pansy lalu mengalihkan pandangannya.

"Baiklah, setelah itu kita sambut tamu-tamu kita dari Sekolah Sihir Durmstrang!" lanjut Dumbledore diikuti oleh iringan suara tongkat dari siswa-siswa Durmstrang yang semuanya lelaki.

"That's Viktor Krum!" ujar Pansy sedikit berteriak.

"Aku rasa dia tidak keren sama sekali," ujar Charity tak minat. Pasalnya, lelaki Durmstrang bukanlah tipenya. Entah bagaimana bisa gadis itu buta akan cinta Draco Malfoy yang selalu mengacuhkannya.

"Ya kau benar, Kakakmu lebih keren tentu saja." Charity memutar bola matanya dengan malas.

"Edmund bahkan tersenyum padaku, Char!"

"Dia memang murah senyum. Mantan pacarnya saja ada 4,"

"Char, kau sungguh-sungguh menghancurkan imajinasiku." ujar Pansy yang hanya dibalas kekehan oleh Charity.

°•°•°

Pagi ini, Charity bangun lebih awal dan menyiapkan buku pelajaran kelas pertamanya, Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Sedangkan, Pansy dan Daphne masih mengumpulkan nyawanya.

"Kau sudah siap?" tanya Pansy dengan suara bangun tidurnya.

"Ya, aku tidak mau telat di kelas Mad Eye. Kupikir dia sedikit menyeramkan," jawab Charity yang langsung beranjak pergi ke Common Room untuk sekedar menatap jendela kaca yang mengarah langsung pada Black Lake.

Namun, tak disangka Draco juga berada di sana sembari melamun menatap api unggun yang hampir padam. Rasanya tetap sama, gadis itu selalu merasakan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya kala melihat Draco Malfoy. Dan ia yakin, rasa itu tak akan pernah berubah.

"Morning," sapa Charity sembari tersenyum. Sang empu pun menoleh, tanpa senyuman seperti biasanya.

Tak ada jawaban, Draco malah memandangi gadis itu yang sedang melihat-lihat buku yang berserakan di meja Common Room.

'Kenapa dia tambah cantik?' batin Draco dalam hati yang langsung ia sadari sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

'Tidak tidak. Kau sudah tidak waras Draco. Bisa-bisanya kau bilang kalau dia semakin cantik!' Batinnya kini berdebat. Dua detik lalu ia memuji gadis itu, dan dua detik kemudian ia berusaha menyangkal.

"Apa kabar?" kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Draco. Charity reflek menoleh pada lelaki berambut pirang platina itu.

"Never better." Jawabnya sembari tersenyum.

'Oh Merlin, kenapa dia manis sekali!' Batin lelaki itu seakan kehilangan akal sehatnya.

"What's wrong with you, Drac? Apa ada yang salah denganku?" ujar Charity membuyarkan lamunan Draco yang sedari tadi menatapnya seakan penuh intimidasi.

"Tidak, tidak ada. Mm.. ngomong-ngomong aku tidak melihatmu di Quidditch World Cup. Kau tidak datang?" Lelaki itu pandai sekali dalam mengalihkan pembicaraannya.

"Ya, aku tidak datang. Dad melarangku untuk datang," Draco hanya mengangguk paham dengan jawaban Charity.

"Kau mencariku?" tanya gadis itu sambil tersenyum jahil.

"Tidak. Tentu saja tidak." Hatinya berkata 'Iya' tetapi mulutnya berkata lain. Draco memang munafik.

"Maksudku, aku melihat ayahmu di sana. Kupikir kau ikut dengannya. Tapi, baguslah disana sangat berbahaya." ujar Draco berusaha menatap mata Charity yang berbinar seperti biasanya.

"Maksudmu?"

"Para Death Eater menyerang camp di sana. Kau tak tahu? Beritanya ada di mana-mana." Charity hanya menggeleng.

Death Eater? Menyerang camp Piala Dunia Quidditch? Dan ayahnya ada di sana?

Charity termenung, memikirkan perkataan Draco. Apa benar ayahnya masih bagian dari Death Eater?

____________________________________

akhirnya aku punya semangat buat update lagi huhu

jangan lupa vote and comment ya gaiss biar aku tetep semangat nulis FF ini😭❤️

btw, house kalian apa aja nih?
Me : Slytherin🐍💚

𝟭𝟬.𝟬𝟬𝟬 𝙝𝙤𝙪𝙧𝙨 | 𝓓.𝓜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang