"Jaehyun, maaf." Taeyong balas memeluknya setelah mulai bisa bernafas teratur, balas mendekapnya begitu erat dengan gemetar badan yang belum hilang.
"Gapapa, Taeyong. Gapapa." Jaehyun kecup puncak kepala Taeyong, lama, "Mau tidur? Atau- ada yang bisa aku lakuin, ga?"
Taeyong menggelengkan kepala.
"Just hug me," bisik gadis itu, "And keep—calling my name."
—
Mungkin, buah dari menutup, menyegel masalah, tanpa dikeluarkan dan diselesaikan akan terus berbuah demikian. Meski, dia kira sudah sirna karena tidak tertangkap mata. Meski, dia kira dia siap untuk menyicipi danau air hangat yang sama dengan harapan mendapatkan dua emosi yang signifikan berbeda. Namun, dia lupa—lari tidak akan bawa dia kemana-mana, justru berputar pada satu pusat magnet yang begitu kuat, dia tidak akan bisa meraih pintu keluar yang ada di depan mata.
Taeyong merasa bersalah. Tidak ada yang bisa dia rasakan selain takut, juga kecewa. Sesal begitu kental sampai kepalanya pening luar biasa, namun dia bersyukur Jaehyun masih mau dia dekap erat-erat setelah apa yang barusan terjadi.
Taeyong tahu, dia sadar betul kalau Jaehyun, lelaki yang kini berada di sampingnya, kontras berbeda dengan lelaki yang ada di masa lalunya.
Semua fakta yang ada dan dia tahu benarnya, terhapus begitu saja dan tergantikan dengan selintas ingatan yang paling dia benci untuk akui hadirnya.
Malam itu, malam terkutuk sepanjang hidupnya.
Badannya terpelanting di atas kasur, kakinya ditarik dan langsung dibuka lebar-lebar terlepas dia sudah berontak sekuat tenaga.
"Apa sih? Omongin dulu. You have not even listen to my side of story."
"Emang ngaruh? Emang habis itu ada bedanya? Lo tetep pergi, kan?"
Taeyong ingat, rasa jeans pendek yang ditarik paksa sampai mengguratkan luka pada pahanya.
"Gue gapeduli, Yong. Anjing. Kenapa sih gapernah dengerin gue? Sesusah itu buat ga kaya lonte?"
"Lo yang anjing! Gue pergi rapat, Jongin."
"Lo— lo? Panggil gue apa barusan?"
Taeyong ingat, sesakit apa juga vaginanya setelah dipaksa berhubungan terlepas dia tidak merasa punya hasrat yang terpompa. Basah karena reaksi biologis semata, untuk bantu dia menghilangkan sakit yang mendera meski tidak seberapa.
Malam yang jadi awal juga akhir deritanya, dimana keesokan malamnya juga dia dapati Jongin bersama orang lain tengah lempar desah penuh nikmat.
Ah, dia benci untuk ungkit detailnya bagaimana. Dia rasakan sesak seakan oksigen menolak untuk sekedar menyapa.
Terlepas dari pengalaman menjijikan itu, dia sadar seratus persen kalau Jaehyun bukanlah duplikat dari masa lalunya.
Lelaki itu tidak pernah memaksakan hendaknya semata-mata karena mau. Padahal, dia juga selalu merasa birahi tiap kali Jaehyun di sisi—namun, badannya masih belum siap, dia masih belum berani, dan lagi mereka berakhir saling peluk begini.
"Aku sepongin deh, Je." Ah, Taeyong merasa bersalah sampai dia tidak berani menatap wajah Jaehyun sama sekali.
Tapi, balasan Jaehyun hanya helaan nafas, "Gausah maksain, Taeyong. Udah, istirahat aja."
Jaehyun paham, Jaehyun mengerti.
Dekapnya hangat, dan betul-betul mampu menghadirkan tenang sampai nyeri dalam dada Taeyong berangsur-angsur sirna.
Banyak, banyak ketakutan yang kemudian muncul membuntiti rentetan pikirannya yang menggila buka main, seperti; sampai kapan batas toleransi Jaehyun terhadap dirinya, sampai kapan Jaehyun bisa bersabar dan paham kondisinya, sampai kapan Jaehyun bisa betah di sisinya, kapan Jaehyun akan berakhir tinggalkan dirinya.
Jika pun semuanya terjadi, bukankah memang sudah sepantasnya.
"Atau kamu mau makan? Mau jalan nyari cemilan, ga?"
Jaehyun- is all she asks for. Oh, dear God.
"Gamau. Mau sama kamu aja."
Jemari Jaehyun mainkan ujung rambut Taeyong.
"Kamu ga gerah, aku pelukin terus kaya gini?"
Taeyong tertawa, "Engga." Taeyong, tertawa.
—
hi ho!
makasi sudah baca cupid s1 dan sekarang kita bakal nyambut s2 huohohoh
talking abt s2, the shift from gue-lo to aku-kamu means to define their intimacy. i hope you guys dont mind>< tp kalo many of you against it and want to stick to 'gue-lo' aja, the i'll follow as what you say!
aku mau sharing dikiit tentang cupid sekalian mau nanya, menurut kalian ini tuh alurnya keitung cepet ga si WKWK cus it supposed to be slow pace, slow-burn tp akunya ga sabaran🧍🏼♂️
sebenernya, plot asli cupid punya konflik yang jauh lebih alot cuma aku rasa nanti karakternya jadi brengsek semua maka aku tone down sedikiit.
kalo ada yang mau ngintip plot aslinya gimana, nanti kayanya bakal aku jadiin special chapter aja ya skwk tpp kalo kalian mau aja si🚶🏻♂️🚶🏻♂️
again, thank you so much for staying and reading the whole storyy! kalo kalian sungkan ngasi komen di sini, boleh komen ke cc aku ajah xixiix
warm hugs!♡
-jeya
YOU ARE READING
CUPID'S | JAEYONG
Fanfiction[Genderswitch] [Romance] [Mature] "Where the arrow shots, there the love blooms" ••• Cupid Taeyong is on act but she took the nickname of being Aphrodite's heir quite too far. As, Psyche was supposed to be coupled with a targeted one, the same as ho...
intro: spring
Start from the beginning
