Meski tidak lama kemudian, Jaehyun lepaskan ciuman mereka dan kecup hidungnya.

"Were you saying it because you're jealous, Taeyong?"

Ugh.

Taeyong memutar matanya malas, bibirnya mengerucut kesal.

"Can you blame me, though?"

Jaehyun terkekeh singkat, lalu lanjut memautkan bibirnya pada Taeyong yang masin sigap menerima ciuman; bibir Taeyong masih menganga tipis, masih berikan ruang untuk Jaehyun masuk menginvasi.

Desahan Taeyong semakin kentara, pegangannya sebelah pada punggung Jaehyun dan sebelah lagi meremat pegangan kursi, seraya kepala menengadah tinggi untuk tuntun Jaehyun menikmati tiap inci tubuhnya tanpa ada bagian yang terlewati.

Tangan Jaehyun bergerak untuk gendong badan Taeyong bagai koala, dimana Taeyong peluk leher Jaehyun erat-erat dan kembali benamkan wajah pada wajah Jaehyun, untuk kembali lumat bibir lelaki itu, dengan ritme lebih tidak sabaran lagi seiring adrenalin terpompa tinggi tiap detik.

Taeyong dibaringkan di atas kasur. Bukan pertama kali dia berada di tempat tidur Jaehyun, namun bisa dikatakan ini adlaah kali pertama dia ada di sana dengan kondisi dirundung nafsu.

Taeyong remat rambut Jaehyun kencang, terutama saat tangan Jaehyun yang besar nan lebar masuk menyelinap di balik baju kaosnya.

Taeyong melenguh, lepas desahannya hanya karena perutnya diusap pelan, pinggangnya diremat nikmat, bibirnya dilumat memabukkan. Dua tungkai Taeyong otomatis terbuka dan Jaehyun dekatkan pusat diri mereka yang masih terbungkus rapat.

Namun, tepat saat dia rasa vaginanya berkedut cepat, berbenturan dengan benda tumpul yang buat badannya tiba-tiba terasa bagai tersengat.

Tangan Jaehyun hendak landas menangkup dadanya, jempol Jaehyun sudah mengusap puting susunya dari luar, namun Taeyong refleks menepis tangan Jaehyun agar tidak sentuh dirinya.

Jika kakinya tadi terbuka lebar, bentuk penyerahan dirinya. Tiba-tiba, respon otaknya mengirim pesan untuk tubuhnya segera meringkuk penuh proteksi.

"Taeyong?"

Satu ingatan lepas mengudara dan Taeyong gagal berfikir jernih karenanya.

Pandangan Taeyong kosong—bagi Jaehyun, gadis di bawahnya itu tidak seperti Taeyong yang biasa dia lihat.

Berkali-kali Jaehyun panggil Taeyong, namun gadis itu membeku, kian menggigil di bawah tubuhnya.

Bohong kalau Jaehyun tidak merasa panik sama sekali. Dia langsung menyisi, baring di samping Taeyong, dan coba tangkup pipi Taeyong meski ragu menggerogoti dadanya.

"Taeyong?"

"F-fuck—" Taeyong merintih, gadis itu menangis di tangannya, "Jaehyun. J-Jaehyun," lalu Taeyong sebut terus namanya berkali-kali.

Jaehyun peluk Taeyong seerat yang dia bisa, dia juga meringis melihat reaksi Taeyong yang begitu ketakutan.

Syukur, perlahan Taeyong melunak dalam dekapannya karena Jaehyun tidak tahu harus berbuat apa. Ini kali pertama dia lihat Taeyong runtuh dihadapannya.

Jaehyun selalu kira Taeyong mengundur waktu mereka untuk hubungan badan karena faktor Taeyong yang masih belum siap resmikan hubungan mereka dan juga karena Doyoung adalah sahabat yang paling Taeyong hargai keberadaannya.

Namun, dengan ini Jaehyun jadi punya satu alasan tambahan—gadis itu ketakutan, ada ingatan yang terpantik sampai yang di depan mata jadi gelap dan tiap sentuhan sensual membuat Taeyong kembali terperangkap dalam trauma.

CUPID'S | JAEYONGWhere stories live. Discover now