intro: spring

Mulai dari awal
                                        

"Ada deh," balas Taeyong usil, "Eh tolong dong, pesenan gue." Lalu dia berdecak, berlagak bagai pelanggan menyebalkan. Tangannya yang menjulur kemudian diraih Jaehyun, dan diarahkan pada minumannya yang sudah jadi.

Dengan mandiri, Taeyong keluar dan duduk di salah satu kursi yang tersedia, lalu menunggu Jaehyun sampai shift Jaehyun selesai.

Sebenarnya, ini sudah terhitung rutinitas. Setiap pukul tiga, Taeyong akan ke Allo. Shift Jaehyun selesai pukul lima, kemudian digantikan pegawai lain. Pulang dari kafe, mereka menuju Apartemen Jaehyun untuk main.

Main, dalam artian bermain secara harfiah.

Kemarin mereka main kartu! Sampai pukul sepuluh malam karena Taeyong kalah terus. Selain itu, Taeyong juga diajak main game! Jaehyun punya play station dan lagi, Taeyong jadi pulang larut karena tidak terima Jaehyun menang telak. Terkadang, mereka hanya makan malam bersama dan bersantai berdua, dimana Jaehyun akan baca buku di ruang tengah dan dia akan baring di paha Jaehyun seraya usili lelaki itu.

Kalau dipikir-pikir, agaknya hebat juga mereka menahan diri untuk tidak sentuh satu sama lain lebih jauh—terlebih, Jaehyun selalu sadar akan batasan dan Taeyong tidak sungkan untuk beri tahu kalau ada garis yang Jaehyun tidak bisa lintasi sebelum warasnya bisa terampas hilang.

Setelah beli makan malam dan makan di Apartemen Jaehyun, mereka berdua duduk di balkon dengan sekaleng soda, menatap langit tanpa ada yang bicara.

Rasanya tenang. Genggaman tangan mereka hanya pemanis yang buat dada berdebar.

"Taeyong."

"Hm?"

"Gapapa," kata Jaehyu, "Manggil aja."

Taeyong selalu yang ambil langkah lebih dulu, seperti sekarang; dimana dia bangkit dari tempatnya dan pindah, duduk di atas pangkuan Jaehyun.

Dia sandarkan kepalanya pada bahu Jaehyun, dimana dia dapatkan dekapan hangat, serta jantung mereka yang menyeru saling sahut.

"Jaehyun."

"Hm?"

"Kamu—" Taeyong menelan salivanya bulat-bulat, "—ko bisa tahan buat ga nyentuh aku?"

Jemarinya bergerak, menari di atas perut kokoh Jaehyun.

"Ya kan kamunya belum mau," jawab Jaehyun, seraya sisir surainya, "Kalo ditanya kok bisa, ya bisa aja," lanjutnya.

"Aku gabisa."

Taeyong pejamkan matanya dan genggam tangan Jaehyun yang tengah melingkar di perutnya.

"Aku suka kepikiran, sampe kebayang sendiri."

Jantungnya memacu kencang, kuat, sampai nyeri.

"Kalo itu sih, aku juga."

Dia juga bisa dengar debaran dada Jaehyun kian nyaring mengadu telinganya, meski tersamarkan oleh Jaehyun yang tengah hela nafas panjang.

"Kalo—" Taeyong kian meringkuk, "—kalo aku bilang, aku pengen... kamu- mau ga?"

Wajah Jaehyun menyelinap, memaksakan agar wajah Taeyong menengadah, sehingga mudah untuk dia cium bibir Taeyong.

Tanpa Jaehyun sadar pun, ternyata dia tengah remas rambut Jaehyun sampai gadis itu mengerang diantara ciuman mereka.

Lumatan Jaehyun buat dia melenguh, tangan mengepal kuat, mata terpejam erat. Nafasnya berantakan, bibirnya hanya bisa membuka pasrah dan biarkan lidah Jaehyun masuk menjilat lidahnya.

CUPID'S | JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang