"Jangan menangis." Bakugou mengusap tangisan hening Midoriya dengan ibu jarinya.

"Maaf... saya hanya..."

"Bagaimana denganmu? Bagaimana dengan perasaanmu padaku?"

Bakugou menatapnya dengan serius. Midoriya masih melihat dengan kedua alis menukik sedih.

"Saya tidak tahu. Karena perjodohan kita... saya berpikir jika saya tak layak untuk boleh memiliki perasaan pada Anda... saya takut dan merasa tak pantas..."

"Di luar hal itu, bagaimana perasaanmu yang sebenarnya?"

"Saya... mengagumi Anda. Yang Mulia adalah sosok yang gagah, Anda kuat dan berani. Yang Mulia juga telah banyak menolong saya dalam berbagai situasi, Anda melindungi saya. Meski mungkin memang itu hal yang wajar untuk seorang calon kaisar... tapi saya merasa jika Anda memanglah seorang pribadi yang mengagumkan terlepas dari status Anda..."

Bakugou mendengus, tersenyum kecil. "Bukan pandangan yang buruk. Aku mengerti, kau masih ragu dengan perasaanmu padaku." Dia kembali mengusap air mata yang jatuh. "Apa kau memiliki seseorang di hatimu sekarang?"

"Tidak..."

"Kalau begitu," Bakugou sedikit mendekatkan wajahnya. "Aku akan pastikan hanya aku yang ada di hatimu nantinya."

Dengan mata sembab, Midoriya merasakan wajahnya yang bersemu hangat.

"Lagipula kita akan menikah nantinya, jadi sudah jelas kau tidak boleh membuka hati untuk pria lain, kan?"

Midoriya tidak bisa berkata-kata, dia hanya diam dengan wajah merona tipis.

Bakugou mengusap sisi wajah Midoriya sebelum dia mendekat dan kemudian memberikan kecupan lembut ke sudut matanya yang sembab. Midoriya yang terkejut reflek menutup rapat kedua matanya.

Selesai memberi kecupan kejutan, Bakugou melihat jika Midoriya masih memejam. Manik crimsonnya mengerling pada bibir gadis itu.

Apa dia ingin menciumnya? Ya. Bakugou mencintai Midoriya, jadi dia ingin ciuman pertama gadis itu jadi miliknya. Namun Bakugou tak ingin terlihat memaksa, juga Midoriya belum memiliki perasaan yang sama dengannya. Jadi, dia akan menunggu.

Midoriya kembali membuka matanya perlahan.

"Untuk sekarang aku sudah selesai bicara. Kembalilah beristirahat, aku akan menunggumu kembali datang ke pusat setelah sehat nanti."

Bakugou mengusap puncak kepala Midoriya dan pergi meninggalkan ruangan itu.

Selepas Bakugou pergi, Midoriya dengan wajah merona merasa segalanya menjadi sulit untuk dia pahami.

"Mungkin aku perlu berbaring lagi..." gumamnya selagi dengan kaku mendekati futonnya sebelum kemudian membungkus diri dengan selimut rapat-rapat.

.
.
.
.
.

Dua hari kemudian Midoriya bersiap kembali bekerja di kediaman pusat. Kirishima tengah membantu membawakan beberapa barang ketika dia melihat Midoriya nampak gelisah.

"Ada apa?"

Gadis itu sedikit terkejut. "Hm? Oh, tidak ada apa-apa kok..."

Kirishima tahu sesuatu terjadi ketika Bakugou datang bicara beberapa hari lalu, tapi dia belum bertanya jelasnya pada Midoriya. Tapi dia yakin yang terjadi bukan hal buruk, meski Midoriya jadi bersikap agak aneh sejak saat itu.

"Katakan saja jika ada yang bisa kubantu, jangan sungkan."

Midoriya mengangguk kecil, mereka pun berangkat ke pusat. Setibanya di sana Midoriya masuk ke ruang kerja dengan gelagat hati-hati. Kirishima jadi penasaran dengan apa yang telah terjadi.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now