"Demamnya masih tinggi, aku harus membuat suhunya turun lebih dulu."

"Biar kubantu."

Di waktu selanjutnya Midoriya terbangun lagi adalah saat hari sudah siang. Cahaya bersinar begitu cerah di luar, tapi kamarnya redup karena jendela dan tirai tidak dibuka, cahaya terang hanya akan mengganggu tidurnya.

Kirishima duduk berjaga di dekatnya, menyadari gadis itu bangun. "Apa masih pusing?"

"Um... tapi sudah sedikit lebih baik." Midoriya merasa kerongkongannya begitu kering. "Boleh ambilkan aku air...?"

"Tentu." Kirishima menuang air ke cangkir di nampan yang ada di dekatnya. Dia membantu Midoriya duduk dengan mengangkat punggungnya untuk bisa minum. Gadis itu kembali berbaring setelah menenggak setengah cangkir.

"Apa kau berjaga di sini sejak tadi?"

"Ya, Sumire masih sibuk jadi aku tetap di sini."

"Aku akan baik-baik saja... kau juga perlu istirahat."

"Sama sekali tidak perlu khawatir soal diriku, tubuhku terlalu sehat. Bahkan jika terkena angin malam seharian itu takkan berpengaruh."

Midoriya tersenyum kecil. "Kalau begitu terima kasih, maaf aku banyak merepotkanmu..."

"Tidak, itu sudah tugasku."

Setelah Midoriya kembali tidur, sorenya Sumire datang membawakan bubur dan obat.

"Apa aku bisa meninggalkannya padamu sebentar?" Tanya Kirishima. "Sedikit ada urusan, aku akan kembali malam nanti."

"Ya, tidak masalah."

Jenderal itu pun pergi dari kediaman timur. Tempat tujuannya tidak lain adalah bangunan pusat. Dia berkeliling sejenak hingga akhirnya dia melihat orang yang dicari.

Bakugou tengah berkutat dengan tumpukan gulungan ketika mendengar pintu ruangannya yang setengah terbuka diketuk. Kirishima berdiri di ambang pintu dengan tersenyum kecil.

"Permisi, Yang Mulia." Ujarnya seraya memasuki ruangan.

Putra mahkota itu kembali sibuk dengan pekerjaannya. "Mengambil barang?"

"Uhm ya... sedikit beberes juga."

Kirishima berjalan ke meja Midoriya. Meski bukan tujuan awal, tapi dia pura-pura membereskan meja saja. Sesekali dia melirik ke arah Bakugou, yang nampak cuek dengan keberadaannya.

Jenderal itu jadi cemas. Dia bingung apa Bakugou memang tak peduli soal kondisi Midoriya, atau memang tak ingin membahasnya saja.

Selagi mengulur waktu di ruangan itu, Kirishima berharap Bakugou akan berceletuk menanyakan soal Midoriya. Tapi sampai dia sudah kehabisan gelagat sibuk, Bakugou tak kunjung terlihat akan bicara.

"Apa aku pancing saja?" Pikirnya.

Akhirnya karena tak ingin kedatangannya sia-sia, Kirishima pun memberanikan diri.

"Nona beristirahat dengan baik di timur."

"Hm, baguslah."

Ugh, Kirishima mati kutu pada respon datar itu.

"Yang Mulia, maaf jika saya lancang, tapi saya tahu ada masalah yang terjadi di antara kalian." Dia akhirnya memutuskan untuk langsung mengatakan intinya. "Saya tak tahu detailnya, tapi dari penjelasan singkat Nona soal luka di pergelangan tangannya, saya paham."

Kirishima berbalik menatap pada Bakugou di kursinya. "Anda terbakar emosi cemburu, bukan?"

Bakugou hanya diam, tapi melihat gerakan menulisnya yang juga terhenti, dan putra mahkota itu tidak menatapnya tajam, Kirishima tahu jika Bakugou tak membantahnya.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora