Say It Ditto - 01🐇

28 5 2
                                    

''Seolah hanya aku yang berharap.''

•••

Bayu menerpa anak rambut yang menutupi wajahnya, dengan lemah ia pun menarik si anak rambut ke belakang telinga. Gadis itu memeluk buku-buku tebal dalam dekapan, sementara pemilik buku itu memimpin barisan dan berada paling depan. Dalam hati si gadis meringis dan berharap bahwa sekelompok siswi di hadapannya hanyalah angin yang akan berlalu usai meniup anak rambutnya, namun dalam sadarnya ia tahu bahwa semuanya adalah fakta.

''Haesoo-ya, tolong bawa buku itu ke kelasku. Aku harus menemui seseorang dulu.'' Gadis dengan sorot mata tajam itu berbalik badan, menarik ujung bibirnya tinggi-tinggi dan menatap Haesoo yang tengah membawakan bukunya.

''I-iya.'' Haesoo yang lemah pun tak sanggup menatap wajahnya lama-lama.

Gadis itu semakin menyipitkan mata dan tersenyum. Ia menepuk pelan puncak kepala Haesoo dan memintanya untuk lekas menuju kelas. Namun, saat gadis berambut panjang nan lurus itu berjalan melewati si pemilik salah satu buku tebal, ia langsung tersungkur jatuh ke lantai karena menyandung sesuatu. Tawa renyah dari gadis-gadis itu pun keluar begitu saja.

''Kau lemah sekali, Haesoo. Pantas saja tidak ada yang mau menjadi pasanganmu di jam olah raga,'' celetuk Cherry, gadis berambut ikal panjang yang memimpin gadis-gadis jahat. Ia yang menjulurkan kakinya hingga membuat Haesoo jatuh dan tangan kanannya tertimpa buku-buku tebal.

Haesoo meringis menahan air mata. Buku-buku tebal itu jatuh tepat di atas lengan kanannya. Ia tak tahu harus berekspresi bagaimana, dan hanya diam saja sembari mencoba mengambil kembali buku-buku itu dengan tangan kiri.

Gadis dengan rambut pendek mulai ikut mendekat. Ia membawa air mineral dan menumpahkannya di atas kepala Haesoo sembari berkata, ''Bukankah sudah sangat jelas kalau anak buangan sepertinya pantas diperlakukan seperti ini?''

Tawa kembali menggema di koridor lantai bawah gedung utama. Tak ada yang peduli dan ingin membantu Haesoo dari tangan tiga gadis tersebut. Mereka memilih bungkam, agar tak menjadi target selanjutnya jika mereka ikut campur.

''Mulutmu itu jahat sekali, Sora! Hahaha, kau pantas mendapat medali sebagai penyiram tanaman terbaik.'' Yena ikut menimpali.

Haesoo mulai menitikkan air mata. Gadis malang itu tak tahan lagi untuk membendung rasa sakitnya. Ia tetap memungut buku-buku itu dan berusaha untuk berdiri. Tak ada rasa percaya diri untuknya mengangkat kepala sedikit pun. Terus menunduk dan tak membiarkan orang lain melihat dirinya yang seperti pecundang.

''Kim Cherry, ayo pergi! Aku alergi anak cengeng. Hahaha.'' Sora hendak menarik tangan Cherry, saat tiba-tiba saja sebuah bola voli mendarat tepat di kepala Cherry.

Semua orang terkejut dan tampak takut melihat ekspresi wajah Cherry, tak terkecuali Haesoo. Orang-orang yang semula tak peduli dengan kelakuan bejat Cherry pada Haesoo, kini justru tampak memusatkan pandangan hanya pada Kim Cherry.

''Manusia bodoh mana yang bermain bola di sini?! Kenapa tak pergi ke lapangan saja?!'' Cherry berteriak kencang dan membuat orang-orang semakin merinding.

''Bagaimana? Apa mungkin akan ada anak buangan lagi di sekolah ini?''

''Aku tak bisa membayangkan nasib orang yang telah melempar bola itu.''

''Bagaimana kalau Cherry dan teman-temannya akan membuat keributan baru?''

''Argh, aku tak melihat apa-apa!"

Orang-orang berbisik dan mengkhawatirkan si pelempar bola. Hingga akhirnya seorang anak laki-laki datang dan tersenyum segan pada Cherry. Dengan santai ia memungut kembali bola itu dan menatap Cherry.

''Maafkan aku, sepertinya myopia-ku semakin parah,'' ujarnya dengan mengucek sebelah mata.

Hal itu membuat semua orang lega dan kembali menjauh dari radar Cherry dan teman-temannya. Mereka semua tahu bahwa Cherry tak akan melukainya barang sehelai rambut pun.

Cherry melepas keterkejutannya dan merapikan diri. ''Ah, Nam Hyun-ah? Aku tak apa-apa, lain kali kau harus melihat sekitar.''

Hyunsuk tampak tak enak dan menggaruk tengkuk lehernya. Ia kembali meminta maaf sembari melirik gadis yang memeluk buku-buku tebal di belakang Cherry. Haesoo pun tampak melirik sekilas wajah anak laki-laki itu, dan dengan cepat menunduk kembali.

''Nam Hyunsuk! Kau harus tanggung jawab!'' Yena melotot menatap Hyunsuk.

''Ah, apa ada yang bisa kubantu? Aku tak tahu harus bertanggung jawab seperti apa.'' Hyunsuk tampak sangat polos dan mengatakannya begitu saja.

''A-ah, Jo Yena! Jangan sembarangan berbicara! Aku tak meminta apa pun.'' Cherry dengan malu-malu mengatakan hal itu pada sahabatnya. ''Lagi pula Nam Hyun tak sengaja melakukannya.''

Haesoo mengernyitkan kening dalam menunduknya. 'Lagi-lagi lemah pada seorang namja?' batinnya, tak mengerti dengan sikap Cherry.

''Kalau begitu, apa kalian mau menghabiskan waktu makan siang bersamaku? Pergi ke kedai tteokpokki sepulang sekolah. Semuanya aku yang bayar.'' Hyunsuk mengangkat alis dan menatap Cherry.

Gadis yang tengah ditunggu jawabannya itu hanya mengulum bibir dan terdiam. Ia tengah berbunga-bunga oleh ajakan Hyunsuk. Lantas Yena menyahut dengan lantang, bahwa mereka akan melakukannya. Cherry menoleh sebentar dan tersenyum kegirangan. Ia lantas mengiyakan ajakan Hyunsuk untuk makan dan pergi bersama-sama.

Anak laki-laki itu tersenyum dan dengan terang menatap Haesoo sembari menunjukkan ekspresi datarnya.

''Tapi kalian tak boleh membawa anak itu!'' ujarnya, menatap Haesoo dengan tatapan penuh dengki.

Haesoo sedikit terkejut dan sempat menatap Hyunsuk, namun dengan cepat ia kembali menunduk. Sementara tiga gadis itu menoleh ke Haesoo dan memutar bola mata dengan malas.

''Memangnya siapa yang mau membawanya? Sangat tidak masuk akal.'' Sora menunjukkan ekspresi jijiknya dengan menjulurkan lidah keluar.

Cherry tersenyum dan hanya mengangguk mengiyakan permintaan Hyunsuk.

''Baiklah, sampai jumpa nanti!" Ia berbalik badan dan melambaikan tangannya, pergi dengan membawa kembali bola volinya.

•••
Lmg, 28 Desember 2022
Ig: @anotherripee__

Song from HeavenHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin