BAB 1

23 27 17
                                    

Sebelum mulai baca, yuk vote dan mention asal kota kalian dikolom komentar 😁

**

“Lo beneran datang ke sini? Gue pikir lo cuman basa-basi aja tadi bilang mau ke sini, ada apa Cak? Tumben banget lo?” tanya Abrianna sesampainya dia di taman kampus, tempat Cakra menunggunya.

Mengambil tempat duduk di sebelah laki-laki itu, Abrianna cukup terkejut melihat kehadiran temannya yang satu ini. Selama Abrianna mengajar di kampus ini, Cakra tak pernah sekalipun mau menginjakkan kakinya di sini. Tapi hari ini, tak ada angin tak ada hujan tau-tau Cakra menghubunginya dan mengatakan kalau dia ingin mampir sebentar ke kampusnya.

“Lo masih ada jam? Ini hari selasa, biasanya lo udah balik jam segini, Bri?”

“Gue masih ada jam tambahan, satu atau dua jam lagi gue baru bisa balik.”

“Ini lo gak apa-apa ngobrol di sini bareng gue?”

“Nggak apa-apa, mahasiswa gue lagi gue suruh pada diskusi.”

“Oh yaudah, gue nggak lama kok, Bri.”

“Iya, ada apaan sih emang? Tumben banget?”

Cakra diam, tak langsung menjawab pertanyaan Abrianna dan Abrianna cukup mengerti kalau Cakra mungkin butuh waktu untuk bercerita. Mengingat, temanannya yang satu itu memang cukup langka untuk berbagi cerita kepada dia ataupun Barra. Cakra lebih memilih memendam semuanya sendiri, dan kalau Abrianna tak bertanya maka Cakra tak akan pernah mau membagikan ceritanya.

Dan ketika Cakra berkata tadi kalau dia ingin berkunjung kemari entah kenapa Abrianna merasa kalau memang ada hal yang perlu dia bagikan kepada Abrianna. Dengan Cakra yang tidak turut serta membawa Barra untuk ikut kemari Abrianna pikir cerita yang akan Cakra bagikan adalah hal yang hanya Abrianna saja yang boleh mengetahuinya, dan dengan kondisi Cakra yang Abrianna perkirakan baru saja pulang dari tempatnya bekerja, Abrianna benar-benar yakin kalau Cakra sore hari ini benar-benar sedang kalut sekali.

Dua hari yang lalu, selepas menghadiri pernikahan mantan kekasih Abrianna, Cakra di dalam mobil sempat berkata kalau dia kemungkin akan menambah tatto di tubuhnya. Abrianna sudah mengingatkan jika hal itu adalah hal yang tak perlu, dua tatto yang sudah tergambar dengan indah ditubuh Cakra itu sudah cukup bagi Abrianna tapi sang pemilik tubuh justru merasa kurang. Dan kemarin, dia benar-benar menambahkan tattonya ditemani oleh Barra. Dan hari ini Abrianna baru melihat secara langsung tatto baru Cakra yang dia buat dilengannya yang kekar, untuk saat ini Cakra sudah benar-benar menjadi bad boy sesungguhnya.

“Jangan nambah tatto lagi habis ini Cak, badan lo udah penuh semua sama tatto!” ucap Abrianna sembari terus memperhatikan tatto baru Cakra.

“Iya, ini yang terakhir. Gimana menurut lo? Keren, 'kan?” tanya Cakra dengan senyum kecil diwajahnya ketika dia memamerkan tatto dibalik kemeja yang lengannya sudah dia gulung setengah. Abrianna menghela napas, dia tahu dan sangat-sangat tahu kalau tatto itu keren, tetapi entah kenapa hal yang menurutnya keren itu justru malah membuatnya takut setengah mati. Abrianna takut jika saat ini Barra ingin membuat juga tatto ditubuhnya seperti Cakra.

“Iya, keren. Cuma udah ya cukup, bokap lo 'kan nggak suka banget liat lo tattoan gini.”

“Mulai besok gue udah nggak tinggal di rumah, Bri. Gue udah sewa unit apartemen di deket tempat gue kerja selama satu tahun.”

THAT'S WHAT I LIKEWhere stories live. Discover now