Chapter 5: Sosok Menyeramkan

Start from the beginning
                                    

Anna meringis kesakitan, hatinya terasa nyeri karena kakaknya itu mungkin memang membenci kehadirannya, atau mungkin ia adalah anak yang tak diharapkan lahir di dunia.

Jayden yang sejak di sekolah tadi memang memilih diam karena berusaha mengontrol dirinya agar Anna tak mendapat masalah, kini sudah tak tahan lagi. Wajahnya kembali berubah menyeramkanㅡ bahkan terlihat 100x lebih menyeramkan dari sebelumnya. Amarahnya memuncak, dan cucuran darah berwarna merah segar terus menetes dari kedua matanya tanpa henti.

Jayden marah, ia benar-benar tak tahan melihat kekerasan yang dilakukan oleh Juan kepada adiknya sendiri. Semua barang-barang yang ada di dalam gudang itu tiba-tiba saja berhamburan, lalu perlahan-lahan sosok Jayden mulai menampakkan dirinya di hadapan Juan.

Juan terperanjat kaget melihat sosok menyeramkan yang kini berada tepat di hadapannya. Ia ingin berlari keluar dari gudang, namun kakinya tak mau menuruti kemauannya. Badannya kini bergetar hebat dan sekujur tubuhnya pun terasa dingin, dan yang bisa ia lakukan kini hanyalah merapalkan doa dalam hati sembari memejamkan matanya.

"Percuma berdoa jika perilakumu saja buruk. Tuhan tak akan mengabulkan doamu." Jayden mendorong tubuh Juan dengan kuat hingga lelaki itu terdorong ke belakang dan menabrak dinding.

"Jika saja kamu bukan kakak dari Anna, aku pasti sudah membunuhmu sekarang juga." Langkah kaki Jayden dan suara menggelegar itu bisa terdengar jelas di telinga Juan yang kini hanya bisa meringis kesakitan di sudut ruangan.

"Untuk saat ini aku tidak ingin membuat Anna terkena masalah jika kamu mengadu, maka akan ku hapus ingatanmu. Namun ingatlah satu hal ini. Jika sekali lagi kamu berani melukai gadisku, maka akan kupastikan kamu mati di tanganku dengan cara yang sangat menyakitkan." Jayden pun menjentikkan jemarinya, lalu sedetik kemudian Juan tak sadarkan diri, bersamaan dengan keluarnya darah dari hidungnya.

Anna yang sedari tadi melihat semuanya kini hanya bisa meringkuk ketakutan di sudut ruangan, tubuhnya bergetar hebat karena melihat sosok yang sepertinya selama beberapa hari ini selalu berada di sisinya.

Jayden yang menyadari hal tersebut enggan untuk berbalik badan karena tak ingin membuat Anna semakin ketakutan ketika melihat penampilannya, hingga ia memutuskan untuk membuat Anna tertidur dengan mengirimkan angin lembut.

Jayden tersenyum dan langsung membawa Anna ke kamar, lalu membaringkan gadisnya di atas ranjang empuknya. "Aku akan menemuimu di mimpi." Ucap Jayden setelah mengecup kening Anna.

"Anna..." Anna yang tengah berada di taman bunga seperti di mimpi sebelumnya itu langsung berbalik badan ketika mendengar suara seseorang memanggilnya.

Anna sebenarnya saat ini sadar jika dirinya tengah bermimpi, apalagi ia juga mengingat kejadian tadi ketika sosok tersebut muncul dengan wajah menyeramkan yang hendak melukai kakaknya.

"Apa sekarang kamu takut padaku?" Jayden berjalan mendekat dan kini keduanya saling bertatapan, hingga pada akhirnya Anna menggelengkan kepalanya beberapa saat setelahnya.

"Sekarang aku ingat, sejak kedatanganku pertama kali ke rumah itu aku sudah merasa aneh. Aku merasa ada yang mengawasiku, apalagi dengan kejadian aneh yang menimpaku di sekolah juga. Ternyata kamu, sosok yang membuatku merasa begitu bahagia meskipun hanya dalam mimpi."

Jayden tak kuasa menahan perasaan harunya karena Anna ternyata tak takut padanya, dan ia pun memeluk Anna dengan sangat erat.

Butuh ratusan tahun bagiku untuk bisa bertemu denganmu lagi, sayang. Meskipun kini dunia kita telah berbeda, namun aku yakin jika kamu adalah dia. Aku berjanji akan selalu melindungimu hingga kamu menemukan kebahagiaanmu sendiri nantinya. Bagaimanapun juga aku tak boleh egois, bukan? Kamu manusia, sedangkan aku tidak. Tapi tak apa, bisa bertemu denganmu lagi adalah hadiah paling berharga yang ku dapatkan sebelum nantinya aku harus menghilang dari hadapanmu. Tapi tenang saja, aku akan selalu berada di sisimu hingga kamu menua nanti.

Jayden mengusap airmatanya yang mengalir, lalu melepaskan pelukannya setelah ia mengutarakan semua perasaan bahagianya, meskipun hanya bisa diucapkannya dalam hati.

"Aku akan selalu berada di sisimu, Anna. Aku akan menjagamu, dan aku berjanji tidak akan melakukan hal seperti tadi lagi asal kamu mengizinkanku untuk terus berada di dekatmu dan menjadi temanmu."

Anna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Anna tak menampik jika ia sebenarnya merasa nyaman dengan kehadiran Jayden.

"Kalau begitu ayo berkenalan. Siapa namamu?"

"Aku lupa siapa namaku. Apa kamu mau memberiku nama?" Maaf karena aku belum bisa menyebutkan namaku. Nanti, ketika waktunya sudah tepat. Aku akan menceritakan semuanya, sekaligus alasanku menunggu dirimu selama ini.

🍂

JAYDEN, 18:23Where stories live. Discover now