Chapter 5: Sosok Menyeramkan

Start from the beginning
                                    

"Aku gak apa-apa. Maaf, aku kurang fokus." Anna memilih menengadahkan kepalanya dan matanya membulat sempurna begitu tahu siapa yang ditabraknya. Dimas, teman sekelas Juan.

Matanya langsung kembali terarah ke bawah, karena matanya tak sengaja berpapasan dengan mata Juan yang kini sedang menatapnya dengan tatapan tajam dan mematikan.

"Loh, kamu anak baru itu, kan? Namamu Anna, bukan? Akhirnya ketemu juga sama orang yang kemarin diam-diam ngintip aku di ruang musik. Kenalin, namaku Dimas, kakak kelasmu." Dimas tersenyum sumringah dan langsung mengulurkan tangannya untuk mengajak Anna berkenalan, namun Anna tak berani membalas karena ada Juan di samping Dimas.

"Maaf, kak. Aku permisi dulu." Anna segera berlari kembali ke kelas dan meninggalkan Dimas beserta pertanyaannya yang belum sempat ia jawab. Anna takut dengan kakaknya yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi, dan ia sadar jika ia harus segera pergi dari hadapan mereka.

 Anna takut dengan kakaknya yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi, dan ia sadar jika ia harus segera pergi dari hadapan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Loh? Kamu udah balik? Tadi aku nyari kamu tapi gak ketemu. Kamu gak apa-apa, kan?" Ucap Anna pada Tio yang ternyata sudah duduk manis di bangkunya.

"Berisik! Gak usah sok peduli lo! Lo mending gak usah deket-deket gue, gue takut kena sial!" Mendengar jawaban tajam yang terlontar dari bibir Tio membuat Anna hanya bisa tersenyum kecut. Anna pun memilih diam dan duduk di bangkunya. Setidaknya ia merasa lega setelah mengetahui jika temannya itu baik-baik saja.

Hingga jam pelajaran terakhir berakhir, kelas berjalan dengan kondusif. Anna pun langsung memasukkan buku dan peralatan tulisnya ke dalam tas, lalu berjalan ke arah rumahnya sambil menundukkan kepalanya. Ia sama sekali tak berinteraksi lagi dengan teman-temannya, takut jika dirinya menjadi pembawa sial bagi mereka.

Baru saja Anna hendak melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, sosok Juan yang tiba-tiba saja muncul dari arah samping rumahnya itu langsung mencengkeram dan menarik tangan adiknya dengan kuat.

"Kak?! Sakit!" Anna berteriak dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan Juan, namun tenaganya sama sekali tak mampu mengimbangi kekuatan kakaknya. Sambil meringis menahan sakit, ia terpaksa mengikuti kemana Juan membawanya, hingga keduanya berakhir di dalam sebuah gudang yang terletak di samping halaman rumahnya.

"Gue nemu tempat bagus buat lo. Soalnya lo kalo didiemin makin lama makin ngelunjak!"

"Maksudnya apa, kak? Aku ada salah apa? Tadi aku juga gak ngegodain teman kak Juan. Aku udah nepatinㅡ"

Plak!

"Lo gue kurung di sini! Muak banget gue liat wajah lo itu!"

Juan menampar adik kandungnya sendiri dengan tamparan yang cukup keras. Bersamaan dengan hal itu, bulir-bulir airmata Anna mulai jatuh membasahi pipinya. Sejak dulu ia tak tahu apa alasan kakaknya itu begitu membenci dirinya. Ingin rasanya ia bertanya, namun Juan tak pernah mau jujur padanya.

JAYDEN, 18:23Where stories live. Discover now