Birthday boy

19 1 0
                                    

Sembilan belas tahun yang lalu, di jam tiga pagi seorang bayi laki-laki terlahir dengan selamat dan sehat ke bumi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sembilan belas tahun yang lalu, di jam tiga pagi seorang bayi laki-laki terlahir dengan selamat dan sehat ke bumi. Pekik tangisnya begitu nyaring melengking, sampai menggema ke seluruh lorong rumah sakit. Siapapun yang mendengar sontak mengucap syukur, serta menyambut hadirnya dengan penuh suka cita. Dari suara pertamanya, Ayah dan Ibu yakin putra mereka akan tumbuh menjadi anak laki-laki yang hebat dan tangguh.

Jazi El Lazuari, begitu Ayah memberinya nama. Saat pertama kali dengar, Ibu agak protes lantaran terdengar seperti nama orang asing dan sulit dieja. Ibu mau anaknya punya nama singkat tapi penuh makna seperti Habibil atau Ghifari misalnya. Tapi Ayah sudah terlanjur jatuh hati dengan nama pemberiannya sejak awal. Lalu setelah dua hari berunding, akhirnya semua sepakat bahwa nama Jazi El Lazuari akan dipakai sebagai identitas sang putra seumur hidup.

Dan alternatifnya biar enggak susah kalau mau manggil, Ibu punya panggilan khusus untuk anak semata wayangnya yang terdengar lebih manja--Aji. Lebih seringnya sih dipanggil: Aji putra Ibu yang baik hati. Itu juga yang menjadi alasan kenapa Janendra dan Petra memanggilnya Aji dalam keseharian, gara-gara pernah menguping ketika lelaki itu teleponan dengan Ibundanya.

"Kamu kapan mau pulang loh, Ji? Ibu kesepian di rumah nggak ada temen ngobrol." Ibu dan Ayah hari ini mengunjungi kontrakan kecil milik putra kesayangannya. Beliau membawa sebuah kue ulang tahun dan beberapa barang bagus sebagai kado untuk perayaan kecil-kecilan hari lahir sang putra semata wayang.

"Halah Ibu bohong, di rumah kan ada banyak Mbak. Pasti Ibu sering ngegosip sama mereka, kan?" jawab Jazi enteng sembari melahap kue tart lucu rasa greentea. Kuenya sudah Ibu potong-potong menjadi beberapa bagian, jobdesk Jazi mah tinggal makan doang.

"Ihh, kamu kok tau-tau aja kebiasaan Ibu!"

"Ya taulah, Aji kan putra Ibu."

Ayah terkekeh karena ucapan anaknya seratus persen benar. Beliau memperhatikan keadaan sekitar rumah, semua barang tersusun rapi tanpa cacat cela. Meski kontrakan tempat anaknya menetap terbilang kecil, tapi tetap nyaman untuk ditinggali. Dulu Ayah orang yang paling protes saat anaknya bilang ingin tinggal sendiri di kontrakan biasa. Sekarang Ayah sudah jadi orang paling ikhlas, beliau membiarkan anak kesayangannya hidup seorang diri demi mencari jati diri dan tumbuh menjadi anak lelaki yang lebih tangguh lagi.

"Yah, Aji mau minta maaf dulu nih sebelum Ayah murka kalau nanti tiba-tiba ada yang nagih hutang ke rumah," ucap Jazi tiba-tiba, sontak menghentikan pergerakan Ayah yang sedang mengecek seisi kontrakan. "Kemaren Aji beli barang mahal, tapi ngutang pakai nama Ayah hehe."

"Beli apa kamu?"

"Motor baru."

"Motor apa?"

"Vespa matic."

Ayah menghela nafas kemudian menghampiri Jazi yang begitu menikmati kue ulang tahun, tanpa aba-aba tangan Ayah menjitak kepalanya. "Hadeh, nyusahin aja nih anak kerjaannya! Lagian motormu udah Ayah beliin yang paling keren, kenapa malah beli baru lagi? Mendingan beli mobil sana, jangan motoran terus. Bisa item kulitmu kebakar matahari!"

Lazuari | JenoWhere stories live. Discover now