She said, "gue mau, Jazi."

37 1 0
                                    

Dua jam berlalu, tetapi Jazi masih sibuk sendiri dengan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua jam berlalu, tetapi Jazi masih sibuk sendiri dengan ponselnya. Eksistensi Janendra dan Petra tak dihiraukan sama sekali. Mau main PS sampai baku hantam, mau makan batagor Bang John sampai tiga piring, atau apapun itu terserah mereka saja karena Jazi sedang dalam mode bodo amat. Pokoknya hari ini pemuda itu cuma mendedikasikan hidup untuk mencari referensi motor keluaran terbaru yang cocok dan pas untuk membonceng Vale.

"Beli motor di shopee bisa nggak ya?" ujarnya bimbang. Sebenarnya niat Jazi cuma bicara sendiri, tapi suaranya terlontar cukup keras hingga tanpa sengaja menarik perhatian Janendra dan Petra.

"Bisalah beli motor-motoran palsu."

"Gue lagi serius, Pet."

"Nggak tau juga sih sebenernya hehe."

Petra yang memang niatnya menjawab ngawur langsung nyengir kuda setelah mendapat tatapan sengit dari sahabat tercinta. Karena kepo tak bisa dinego, Petra langsung menempel ke Jazi lalu ikut menengok ke arah layar ponsel lelaki itu.

"Aji, lo mau ngapain beli motor baru?!" pekiknya kaget, bahkan sampai melotot kayak mata genderuwo.

"Vale nggak suka naik motor gue."

"Terus lo mau beli motor baru demi dia?"

"Iya." Jazi menjawab cepat. Enteng sekali mulutnya berbicara, seolah beli motor baru sama gampangnya dengan membeli batagor Bang John.

Janendra langsung tepuk-tepuk tangan meriah. Ia patut berbangga hati melihat perjuangan sang sahabat--yang dulunya juga brengsek seperti dia. Sekarang mereka sudah bisa percaya kalau Jazi benar-benar tulus jatuh cinta. Terhitung satu bulan berlalu, tapi tampaknya perasaan lelaki itu untuk seorang gadis bernama Valentina Kezha masih belum berubah.

"Gue salut sama perjuangan lo sobat!" Janendra memuji setulus hati, pun ikut melihat-lihat model motor yang saat ini sedang hits di kalangan anak muda. "Tapi nanti bayarnya pakai apa? Motor lo yang sekarang mau dijual aja?"

Jazi nyengir kuda, kemudian geleng-geleng kepala. Sudah pasti ada yang enggak beres dengan idenya. "Shopee paylater hehe."

"Anjing!" Serentak Janendra dan Petra mengumpat. Sahabat mereka benar-benar sudah gila karena cinta. "Udah gila lo, Ji?!"

"Gila karena Vale? Iya sih ngehehe."

"Demi tuhan gue nggak habis pikir," ucap Petra yang sampai syok luar biasa. Sepasang matanya melempar tatap jengah ke arah Jazi yang santai-santai saja tak merasa berdosa.

"Kenapa sih? Namanya juga orang lagi jatuh cinta, ngertiin dong!" Jazi berdrama seolah jadi manusia paling nggak dingertiin sedunia, wajahnya sengaja dibuat-buat manyun. Namun setelah melihat jam dinding menunjukkan pukul sepuluh, ia segera beranjak dari tempat duduk.

Waktunya untuk menjemput gadis pujaan hati pulang kerja. Namun sekarang masalahnya satu, tak ada motor yang bisa ia pinjam. Motor Janendra dan Petra pun sama saja seperti miliknya. Sekarang Jazi menyesal, kenapa dulu saat ditanya Ayah mau motor apa malah banyak gaya kepengen motor gede segala dan kenapa tidak minta dibelikan honda beat saja.

Lazuari | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang