9. Let's End This

Start from the beginning
                                    

Di sepanjang koridor, Renjun terus berdoa agar dirinya tak bertemu sang Appa. Namun matanya tak lepas menghadap ke kiri, dimana ruangan itu berada. 'Masih disitu ternyata.' Batin Renjun.
---

"Aku dan Renjun pulang." Ujar Haruto, begitu pertama kali memasuki rumah.

'Siaga satu.' Batin Haruto, begitu melihat Eomma dan ketiga kakaknya yang sudah stand by diruang tamu.

"Habis dari mana aja?" Pertanyaan pertama dari Eommanya.

"Gak liat ini jam berapa?" Yang kedua dari kakak pertamanya, Xiaojun.

"Kenapa gak usah pulang aja sekalian?" Dan si kompor Nakamoto Jaemin, kakak ketiganya.

Baru saja Haruto membuka mulut ingin menjawab. Kakak keduanya yang sudah dulu masuk, meninggalkan dirinya sendirian. 'Contoh anak Anj--' batin Haruto tertahan, karena pertanyaan yang di lontarkan ibunya.

"Noona kamu kenapa?" Tanya Winwin, menatap anaknya yang saat ini ada di hadapannya, diiringi tatapan ketiga anaknya, kepada adik bungsunya itu.

"Oh itu, tadi Noona ke toilet sendirian. Terus dia mikir yang enggak-enggak, hantu misalnya. Alhasil kayak gitu deh." Jawab Haruto, menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

"Kamu serius?" Tanya Winwin, menatap khawatir akan tingkah laku anak perempuannya tadi.

Haruto menautkan kedua alisnya, sebelum menganggukkan kepalanya. "Aku yakin kok, Eomma. Tadi aku juga sempet tanya sama Noona." Ujar Haruto, yang langsung dihadiahi tatapan tidak percaya oleh kakak ketiganya, Jaemin yang merupakan kembaran dari Renjun.

"Sumpah, aku gak bohong. Kalian bisa tanya langsung aja sama anaknya. Masih hidup kok, masih bisa bernafas dan berjalan dengan baik dan benar, sesuai operasional prosedur manusia." Sahut Haruto yang sangat ngawur, karena panik dengan tatapan ketiga Noonanya, berserta Sang Eomma.

"Yasudah kalau gitu. Kalian berempat balik ke kamar kalian masing-masing! Jangan tidur larut! Ingat! Besok sekolah!" Peringat Winwin, lalu pergi meninggalkan keempat anaknya.

"Kau sedang tidak berbohong kan?" Tanya Jaemin, menatap adiknya penuh dengan selidik, dan langsung dibalas decakan kesal oleh adiknya.

"Ck! Terserah kalian saja!" Kesal Haruto, lalu pergi meninggalkan ketiga kakaknya.
***

*ceklek* suara pintu terbuka, menyadarkan Winwin yang melamun di sofa ruang keluarga, menunggu suaminya pulang. Ia pun segera menghampiri asal suara, begitu mendengarnya.

Senyumannya mengembang terpatri di wajahnya, ketika ia melihat melihat suaminya telah pulang. Sudah lama sekali dirinya sangat merindukan laki-laki yang berstatus sebagai suaminya ini.

Tanpa di tunggu, Winwin langsung menghampiri suaminya. Membukakan jas, dasi serta mengambil alih tas suaminya. "Kau sudah makan?" Tanya Winwin, yang langsung dibalas gelengan kepala oleh suaminya.

Senyum Winwin tambah merekah, setelah mendengar jawaban itu. Bagaimana tidak? Setiap pulang, suaminya ini selalu sudah makanz dan berakhir makan malam yang telah ia hangatkan pun terbuang.

Namun Winwin ini tidak pernah lelah untuk menyisihkan makan malam untuk suaminya. Berharap suatu hari nanti, suaminya pasti akan makan malam lagi, bersama dengan dirinya.

"Aku sudah menyiapkan makan malam untuk dirimu. Kau ingin langsung makan atau mandi terlebih dahulu? Aku juga sudah menyiapkan air hangat untuk dirimu." Ujar Winwin, mengikuti suaminya yang terus berjalan.

"Aku ingin mandi dulu." Balas Yuta sekenanya, lalu masuk kedalam kamar mereka. Iya! Kamar Yuta dan juga Winwin, tempat berbagi kehangatan dan juga rindu.

"Suami kamu itu tengah lelah, Win! Jadi wajar saja kalau dirinya cuek!" Gumam Winwin, menyangkal fikiran negative yang bersangkar di kepalanya.

Selagi suaminya mandi, ia menyiapkan baju tidur untuk suaminya. Setelahnya, ia juga menyiapkan susu coklat hangat dan strawberry untuk suaminya, dan untuk dirinya juga.

"Sudah selesai?" Tanya Winwin, ketika melihat suaminya yang datang, dan langsung duduk di bangku meja makan.

Setelah menyiapkan makan untuk suaminya, serta susu untuk suaminya dan juga dirinya, ia langsung mengambil tempat di samping suaminya.

"Kau tidak makan?" Tanya Yuta, kepada istrinya, yang saat ini tengah menatap dirinya.

Winwin tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Maaf, tapi aku sudah makan bareng anak-anak tadi." Ujar Winwin, yang masih memperhatikan suaminya yang tengah makan.

Yuta menghela nafasnya, memberhentikan kegiatan makannya lalu menatap istrinya dengan intens.
Sementara Winwin yang tiba-tiba diperlakukan seperti ini pun diam, meneguk salivahnya kasar, begitu netranya bersitubruk dengan suaminya.

"Dong Winwin, ayo kita cerai." Ujar Yuta.

NAKAMOTO FAMILY 3Where stories live. Discover now