Reizen X : Part 4

Start from the beginning
                                    

Angin berhembus pelan kearahku. Zurgré sudah mulai menggunakan Elemetalnya. Beberapa robekan baru bermunculan di jubah si perwakilan bertudung. Sementara Zurgré sendiri mulai memulihkan luka - luka kecilnya dan dia tampak menikmati angin yang dibuatnya.

Kadang - kadang aku bertanya apakah Zurgré bisa membuat angin setajam pisau? Mungkin saja. Dia sudah lama mengetahui kekuatannya dan sudah belajar bagaimana menggunakan kekuatannya sebaik mungkin. Sementara si perwakilan bertudung tidak - belum - menggunakan kekuatan Elemetalnya. Aku yakin dia pasti punya kekuatan Elemetal entah apa itu.

Pertarungan sengit terus berlangsung sampai beberapa menit kedepan. Setiap pedang mereka bertemu, penonton berteriak ' Oh!' atau ' Waa!'. Hal itu terus berlangsung sampai sekitar setengah jam kemudian. Biasanya, semakin lama orang berduel, semakin terlihat bentuk serangan - serangan mereka karena sudah kelelahan. Tapi tidak dengan mereka berdua. Semakin lama, serangan mereka makin cepat hingga tidak terlihat. Mereka saling meliuk untuk menghindari serangan demi serangan yang dilancarkan oleh masing – masing pihak.

Lima puluh menit berlalu tanpa terlihat salah satu dari mereka akan menyerah. Para penonton yang menonton duel ini juga ikut tegang menunggu siapa yang akan memenangkan duel sengit ini. Para penonton - termasuk aku - tidak bisa menebak siapa yang akan memenangi duel panjang ini.

Tepat saat duel memasuki waktu satu jam, tiba - tiba keduanya berhenti. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh Zurgré walaupun nafasnya belum terlalu tersengal - sengal. Sementara si perwakilan bertudung belum terlihat berkeringat sama sekali dan nafasnya masih sangat teratur.

Mahluk macam apa dia? Setelah satu jam bergerak terus tanpa berhenti dia masih tetap tidak berkeringat ataupun kehabisan nafas.

Pada menit itu mereka berhenti dan pada detik berikutnya mereka sudah kembali saring menyerang. Perlahan - lahan, pusaran angin di arena semakin lama semakin besar. Zurgré semakin terang - terangan memakai kekuatan Elemetalnya. Walaupun sebenarnya mengeluarkan kekuatan Elemetal itu sangat menguras energi.

Dan secara pribadi, menurutku itu bukan pilihan bijak untuk menggunakan kekuatan Elemetal dalam duel panjang seperti ini. Pada serangan berikutnya, Zurgré mengeluarkan angin yang besar - dan tajam- hingga membuat sebagian besar para penonton menutup mata karena debu yang berterbangan masuk ke mata mereka. Tapi aku tidak. Aku dengan sangat jelas melihat melalui mataku saat tudung si perwakilan itu tersibak.

Aku membeku saat melihat siapa dia sebenarnya. Rambut hitam legam panjang diikat ekor kuda dengan wajah berbentuk lonjong berkulit putih yang sangat pucat dan tulang pipi yang tinggi hingga menyerupai mayat hidup. Itu merupakan hal yang biasa.

Yang tidak biasa adalah mata yang berwarna merah darah dengan tatapan dingin yang sangat menusuk. Mata itu diliputi rasa dendam yang terlihat sangat jelas. Dan hal yang paling membedakan dia dari kebanyakan orang adalah telinganya. Telinga khas kaum Nadliský ; terlinga yang sedikit runcing. Ya. Dia seorang Nadlis. Bagiku, tanpa melihat telinga khasnya, hanya menatap langsung matanya aku tahu kalau dia sama denganku, kaum Nadliský.

Saat mengetahui siapa si perwakilan bertudung - eh, sekarang dia tidak bertudung lagi - ingatanku melayang ke masa lalu yang diceritakan Téchoun. Dan saat ingatanku melayang, mataku mencari - cari Téchoun dan Gin diantara para penonton yang sudah mulai membuka matanya. Aku menemukan mereka berdua duduk dibangku terbawah di sebelah kanan arena yang langsung berhadapan dengan perwakilan Duke Asker.

Aku yakin Téchoun melihat dengan jelas siapa sebenarnya perwakilan Duke Asker. Karena, dia juga membeku sepertiku. Pertama - tama dia hanya berwajah kaget, kemudian perlahan - lahan wajahnya mengeras. Lebih keras dari pada saat pertama kali mengetahui jati diriku yang seorang Nadlis. Sementara itu, di mata Téchoun, terpatri jelas rasa kebencian yang mendalam saat menatap Nadlis itu.

Pandanganku beralih dari Téchoun ke Zurgré. Dia juga terdiam. Tapi tidak terlalu menunjukkan keterkejutannya diwajahnya. Wajahnya datar begitu saja menatap perwakilan Duke Asker. Sementara si perwakilan Duke Asker juga hanya terdiam melihat tudungnya tersibak. Dan para penonton sendiri kebanyakan benar - benar terkejut saat mengetahui siapa sebenarnya perwakilan Duke Asker yang misterius itu.

Setelah pulih dari keterkejutan, mereka mulai berbisik - bisik membicarakan Duke Asker. Aku menangkap beberapa bisik - bisik mereka. Seperti ; Duke Asker terlalu berambisi merebut tahta, Duke Asker tidak pantas mendapatkan tahta, kami tidak sudi punya pemimpin seperti Duke Asker, Yang Mulia Pangeran jauh lebih baik dari pada Duke Asker dan banyak lagi celaan yang ditujukan untuk Duke Asker dan dukungan untuk Kítrino mendapatkan kembali haknya untuk meneruskan tahta. Dan aku setuju pada pendapat mereka tadi.

" Sepertinya kau tidak kaget melihatku." Suara lirih si perwakilan Duke Asker mengalihkan pandanganku kembali ke arena.

" Tidak. Aku sudah sering bertemu kaum kalian." Jawab Zurgré acuh tak acuh.

" Ah, temanmu itu seorang Vobloeden. Berbeda dengan kami kebanyakan. Atau kau tidak tahu kalau dia seorang Vobloeden?"

Apakah dia sedang membicarakanku? Hm, sepertinya begitu.

Aku memang sudah menduga dia tahu identitasku dari cara dia menatapku yang aneh. Tapi tidak kukira dia mengetahui kalau aku dan Zurgré berteman.

" Aku tidak peduli apakah dia seorang Vobloeden apa tidak ataupun Nadlis atau tidak. Itu bukan urusanku dan juga bukan urusanmu."

“ Memang bukan urusanku ataupun urusanmu. Itu urusan beliau mau berteman dengan siapapun yang dia inginkan. Aku tidak punya wewenang untuk melarangnya berteman. Walaupun temannya itu adalah pembunuh kaumnya sendiri. Entah dia tahu atau tidak.”

“ Pembunuh? Siapa yang kau bi-" Sebelum Zurgré bisa menyelesaikan kalimatnya, perwakilan Duke Asker itu sudah kembali melancarkan serangannya.

Dengan reaksi cepat Zurgré langsung menangkis serangannya. Seharusnya tangkisan pedang Zurgré itu sudah sempurna tanpa celah kalau tidak – aku tidak tahu bagaimana itu terjadi – pedang Nadlis itu tiba – tiba memanjang dan bercabang hingga menyerupai ranting kayu. Ujung – ujung dari cabang pedang Nadlis itu tepat menusuk lengan atas Zurgré.

Elemetal ForéaWhere stories live. Discover now