2. Dulu Gendut Sekarang Glow Up

1.2K 305 19
                                    

Tujuh tahun enggak ketemu sama Emak, Kinan enggak menyangka kalau Emaknya sudah gila. Kenapa Mbak Wita enggak bilang kalau otak Emak agak terganggu, sih? Kalau tahu sejak awal kan, Kinan enggak bakal buang uangnya buat investasi bodong, tapi dikasih ke emaknya biar bisa dibuat biaya berobat.

"Mak, dari pada ke rumahnya Jarwo, mending kita ke rumah sakit aja." Kinan menarik lengan sang Emak. Kinan memasang wajah penuh rasa simpati. "Ada yang enggak waras sama otak Emak."

"Kamu tuh yang ndak waras gara-gara kena tipu!" lagi-lagi Emak menonyor kepala Kinan. Geregetan. "Duit hasil kerja tujuh tahun kok dibuang ke tong sampah. Kalau bukan anak kandung, udah Emak usir kamu."

"Mak! Dikira enggak sakit apa!" Kinan meringis sambil mengusap-usap kepalanya. Emak ini, udah tua tapi tenaganya masih kayak badak.

"Ya makanya kamu nurut dulu. Sampai sana baru protes Emak gila apa enggak!"

Tak bisa melawan, Kinan hanya pasrah saat sang Emak menyeretnya ke luar rumah. Kakak perempuanya, Wita, yang sedang menggendong anaknya menatap Kinan dengan sorot mata berkobar-kobar. Dia bahkan mengepalkan kedua tangannya ke udara. Seolah sedang menyemangati Kinan yang hendak pergi ke medan perang.

"Fighting Tante Kinan! Aku yakin masa depanmu akan secerah jidat Song Joong Ki!"

Sial!

Perasaan Kinan enggak enak, sumpah! Gimana kalau sudah sampai di sana, Kinan malah dijual? Emak pasti menganggap Kinan yang pengangguran ini cuma beban.

***

Kinan dan Emak berjalan melewati gang demi gang. Orang-orang yang berpapasan menatap Kinan dengan sorot kasihan. Beberapa menertawakan terang-terangan. Bagaimana enggak? Kinan sekarang hanya memakai kaus oblong kebesaran dan celana training, tak lupa sandal swallow buluk yang sudah tipis. Kanan kiri warnanya beda lagi kayak kebo sapi. Ditambah lagi, Emak mencengkeram ujung baju Kinan kayak lagi narik anak bandel.

Dari pada anak manusia, penampilan Kinan sekarang lebih mirip sama kuntilanak yang belum keramas. Masih untung kaki Kinan enggak melayang-layang.

Padahal Emakk bilang mau bawa Kinan ke tempat calon suami. Bukannya Kinan didandai dulu biar wangi berseri seperti bunga matahari, Emak malah menyeretnya seolah Kinan gembala sapi.

Biarlah. Toh, bukan Kinan yang malu atau rugi. Kalau Kinan dibuang sama keluarga calon suaminya kan, Kinan jadi bisa ketawa haha hihi.

"Nah, kita dah sampai!" Emak melepaskan cengkeramannya sambil tersenyum puas. Dia bahkan merentangkan kedua tangan ala-ala sales yang sedang menunjukkan hadiah mobil. "Tadaa! Ini calon rumah masa depan kamu!"

Sementara itu, Kinan membulatkan mata. Mulutnya terbuka tak percaya. Di depannya kini, ada semacam gapura besar yang terbuat dari batu bata merah, mirip kayak di lokasi makam wali. Di sisi kanan dan kiri gerbang dijaga sama prajurit yang pakai baju semacam beskap dan kain jarik. Tak lupa dengan blangkon di kepala dan tombak kayu.

Menengok ke dalam, ada jalan memanjang yang di sisi kanan dan kirinya ada patung batu yang biasa ada di jalanan Bali dan kendi-kendi merah. Sebuah rumah joglo yang besar dan megah berdiri di tengah-tengah dengan pongah. Di atasnya, ada sebuah simbol aneh, mirip dengan simbol Majapahit, bertuliskan aksara jawa yang Kinan enggak paham artinya.

Hah?

Ini ceritanya Kinan tiba-tiba isekai ke jaman Majapahit apa gimana sih?

Kenapa genre-nya berubah jadi historical?

"Ayo kita masuk dan ketemu sama calon suamimu." Emak tersenyum, lebar sekali sampai Kinan khawatir bibirnya akan sobek. Kedua pengwal itu membiarkan Emak masuk. Seolah Emak emang udah terbiasa main ke sini.

Nikah Sama Raden Mas! (TAMAT, Fizzo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang