[07] Helyah dan Mario

72 6 0
                                    

Fey melambaikan tangannya pada Helyah. Dia lihat Helyah sedang berbincang dengan seorang pria perawakan tinggi dan juga terlihat atletis sekali. Fey berjalan mendekat ke arah mereka dengan senyumannya.

"Maaf menunggu lama," ucap Fey seraya memberikan sebuah bekal.

Helyah menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "Tidak kok. Aku baru saja dapat teman baru." Helyah kemudian melirik ke arah pria yang duduk di seberangnya.

"Fey, kenalkan ini Mario, dan Mario ini sahabatku Fey. Dia tinggal denganku," ungkap Helyah. Fey dan Mario pun saling merunduk rendah seraya tersenyum.

"Oh ya sepertinya kalian akan makan siang yah. Maaf kalau aku mengganggu," kata Mario dengan sopan, tapi Fey seperti merasakan hal yang aneh dari pria itu. "Aku akan ke perpus dulu. Sampai jumpa nanti Helyah," ungkap Mario beranjak dari kursinya dan melambaikan tangannya pada Helyah.

Fey tersenyum semringah ke arah Helyah. Dia lihat Helyah pun tersenyum lebar seraya memperhatikan kepergian pria bernama Mario itu. Terlihat sekali kalau sahabatnya itu sedang tertarik pada seorang pria tampan tadi.

"Cie, dilihatin mulu orangnya!" ledek Fey seraya menyikut Helyah yang masih tersenyum lebar.

"Dia tampan bukan?" tanya Helyah dan Fey pun mengangguk pelan.

"Dia menawarkan pulang bareng. Aku tidak bisa menolaknya karena dia tampan dan pertama kalinya, ada seorang pria yang membuatku berdegup seperti ini." Fey melihat Helyah memegangi dadanya seraya tersenyum.

"Lalu bagaimana dengan mobilmu?"

"Kau yang bawa," jawab Helyah singkat dan cukup Fey merasa tuli dengan apa yang Helyah katakan padanya.

"Aku?" Fey menunjuk wajahnya sendiri. "Aku tidak mau!"

"Bukankah kau pernah mengemudi?"

"Itu dulu Helyah. Aku sudah tidak pernah naik mobil lagi."

"Tapi kan setidaknya kamu bisa."

"Ya ampun, kalau mobilmu rusak aku akan kena omelan ayahmu."

"Tidak apa, itu bisa aku urus," ucap Helyah membuat Fey geram.

Helyah melirik ke arah Fey. Dia lihat Fey mengerucutkan bibirnya kesal. Dengan sigap Helyah pun memeluk Fey erat. "Please, tolong aku kali ini saja. Kau tahu kan aku tidak pernah dekat dengan pria manapun karena ayah. Ini pertama kalinya, karena aku pikir Mario ini berbeda dengan yang lain. Dia pasti berani menghadapi ayahku itu."

Fey menghela napasnya perlahan. Apa boleh buat. Dia harus menolong orang yang juga sudah menolong kehidupannya.

"Baiklah, tapi aku tidak tanggung jawab kalau mobilmu benar-benar rusak karena menabrak sesuatu."

"Oke! Yeay! Kau memang yang terbaik Fey! Aku akan mentraktirmu makanan yang kau suka!" kata Helyah dengan semangat seraya memeluk Fey dari samping.

"Hahaha! Benar ya! Aku pegang janjimu!" Lalu Helyah mengangguk dengan antusias. "Yasudah ayo kita makan. Aku memasak ini karena kau semalam mengeluh sakit gigi," kata Fey seraya membuka bekal yang dia bawa.

***

Hampir 30 menit sudah Fey berusaha mengeluarkan mobil Helyah dari area parkiran. Sialnya. Dia benar-benar tak bisa menggunakan kendaraan itu dengan benar. Sejak tadi Fey sudah berusaha menghubungi Helyah, tapi ternyata HP Helyah tidak aktif. Memang Helyah pernah mengatakan bahwa saat dia sedang di kelas HP akan dia matikan. Wanita itu memang sedikit gila belajar, tapi Fey harus bagaimana dengan nasibnya ini.

Fey pun mencoba memundurkan mobil milik Helyah perlahan, tapi tiba-tiba dia mendengar suara aneh di belakang. Oh tidak! Fey langsung histeris. Otaknya langsung berpikir kalau kemungkinan dia menabrak seseorang. Bagaimana kalau itu sungguh terjadi.

"Oh matilah kau Fey! Bukan mobil yang rusak, tapi manusia yang rusak," rutuknya.

Fey segera keluar dari mobil Helyah. Dia pun melangkah takut ke arah belakang mobil. Bibirnya pun mulai komat kamit tak keruan. Matanya terpejam dengan tangan yang dia tautkan satu sama lain. Berharap tidak ada sesuatu yang terjadi.

Saat sudah di belakang. Helyah pun membuka matanya. Dia lihat vespa seseorang yang ternyata jatuh, tak sengaja dia tabrak. Fey menghela napasnya sejenak. Setidaknya bukan manusia yang dia tabrak.

Motor vespa itu pun, Fey angkat perlahan hingga berdiri. Uh berat sekali," keluh Fey dalam hati. Tangannya pun tiba-tiba terasa kebas.

Fey hampir melepasnya kalau saja tidak ada orang yang tiba-tiba membantunya. Fey melirik ke arah orang yang menolongnya. Matanya terpukau saat melihat siapa yang menolongnya. Rambut laki-laki itu sedikit gondrong, tapi matanya begitu mampu membuat Fey merasa lemah dengan sekali satu tatapan saja. Oh, rasanya Fey ingin pingsan saat itu juga.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya laki-laki itu. Fey pun langsung melepas pegangannya pada motor vespa tersebut, karena laki-laki itu sudah mengambil alih pekerjaannya.

"Oh iyah aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah menolongku," ucap Fey salah tingkah.

Laki-laki itu pun menegakkan motor vespa berwarna merah yang dia pegang. "Apa itu motormu?" tanya Fey sedikit merasa bersalah. Yah meski dilihat-lihat motor itu baik-baik saja sih. Tak ada yang rusak bahkan lecet.

"Iya ini motorku." Aku laki-laki itu.

"Oh maaf, jika ada yang rusak kau bisa menghubungi nomorku. Aku akan bertanggung jawab," ucap Fey meski sedikit ragu, karena dia tidak punya uang. Akan tetapi Fey bisa bicara dengan Helyah karena Helyah sudah menjaminnya.

Ini semua kan karena Helyah, kalau Helyah tidak menyuruhnya membawa mobil. Pasti tidak akan begini.

"Tidak apa-apa. Jagoanku selalu baik-baik saja. Dia tak pernah merepotkanku," ucap laki-laki itu begitu pede sekali.

"Hmm baiklah," ungkap Fey kemudian kembali masuk ke dalam mobil Helyah. Fey menyalakan mobil Helyah kembali. Dia mencoba-coba lagi usahanya tadi, tapi kaca mobilnya diketuk dengan pria yang tadi Fey kenal.

"Apa ada masalah?" tanya laki-laki itu saat Fey menurunkan kaca mobil.

"Hemm sebenarnya ini mobil milik sahabatku. Dia memintaku untuk membawanya ke rumah, tapi..." Fey merasa malu sekali ingin mengatakannya.

"Kau tak bisa mengendarainya?" tebak laki-laki itu tepat sekali.

Fey mengangguk pelan dengan wajah memelas.

"Aku bisa bantu jika kau mau," kata laki-laki berambut gondrong itu. Fey yakin sekali kalau laki-laki itu mungkin sudah pada semester terakhir. Terlihat dari dia menumbuhkan rambutnya dengan asal-asalan.

"Hemm apa tidak merepotkan?" tanya Fey meyakinkan.

"Aku pikir tidak. Jika ada bayarannya." Laki-laki itu membuat Fey tersenyum. Fey pun ingat kalau uangnya tadi masih ada sisa. Dia bisa mengajak laki-laki itu jika hanya jajanan pinggir jalan.

"Bagaimana jika sate padang di pertigaan dekat rumah sahabatku," tawar Fey. Laki-laki itu pun tersenyum manis. Ohh kedua kalinya Fey merasa terpesona dengan wajah laki-laki gondrong ini.

"Setuju," kata pria itu. Fey pun keluar dari kursi kemudinya. Dia berlari kecil memutari mobil Helyah dan membuka pintu samping kemudi.

"Jadi di mana?" tanya pria itu.

"Komplek Griya Malik, deket Mall Margareta."

"Oke."

***

Jatuh Cinta Pada Pria Lebih TuaWhere stories live. Discover now