0.1

70 10 0
                                    

"Kau yakin yang itu?"

"Ya, aku tidak pernah salah. Sudah jelas jika yang itu."

"Aku sungguh tidak percaya."




Lagi-lagi.

Lagi-lagi mereka membicarakan ku di belakang sambil berbisik-bisik(yang nyatanya masih bisa ku dengar).

Segera ku percepat langkah kaki ku agar cepat sampai di kelasku. Aku tidak tahan. Selalu saja awal pagi di sekolah ku seperti ini. Kapan aku bisa tenang?

"Dia sangat jelek, bukan?"

"Aku setuju denganmu."

Cobaan apa lagi ini ya tuhan. Aku hanya ingin memasuki kelasku dengan tenang tapi kenapa mereka malah dengan seenaknya mengataiku? Ku mohon, aku baru saja datang.

Ingin rasanya aku berputar balik lalu pergi dari sana, namun sayangnya bell sekolah tidak berpihak padaku.

°

Istirahat makan siang telah tiba. Gadis berambut hitam sebahu itu mengambil tempat makannya lalu bergegas pergi keluar kelas. Menghiraukan banyak tatapan mata yang tertuju padanya.

Sepanjang lorong ia berjalan sambil menunduk. Sesekali mencengkram erat kotak makannya ketika mendengar perkataan tidak enak dari orang-orang di sekitarnya.

Ia terlalu fokus menatap langkah kakinya hingga berakhir tubuhnya menabrak seseorang.

Hampir saja ia terjatuh ke belakang, namun ia beruntung karena reflek yang di berikan orang di depannya begitu adacepat.

Awalnya gadis itu mengabaikan orang di depannya dan sibuk merapikan seragamnya serta mengambil kotak makannya yang tadi tak sengaja terlempar.

"Kau tidak apa-apa?"

Tubuhnya membeku tatkala mendengar suara yang familiar di kepalanya. Ia berhenti membereskan makanannya yang tumpah lalu segera menoleh ke sang empu nama.

'Dia di sana,' batinnya.

Seorang lelaki berambut coklat berdiri gagah di depannya dengan ekspresi wajah yang tampak menampilkan rasa khawatir.

Gadis bersurai hitam itu nampak ingin menjawabnya namun terurung tatkala melihat seseorang yang berada di samping lelaki tersebut. Akhirnya ia memilih untuk mengangguk saja.

"Kau yakin? Aku–" Lelaki berambut cokelat itu berjalan mendekati sang gadis di depannya. Namun terhenti saat merasakan tangannya di tarik ke belakang.

"Oikawa-san kita harus segera kembali ke kelas," ujar gadis lain dengan surai merah mudanya. Sesekali ia menatap sinis sambil menaikkan dagu pada gadis di depannya. Hal itu tentu saja membuat pihak lain merasa terpojokkan, belum lagi tatapan dari beberapa orang lainnya yang ada di sana.

"A-ah kau benar, Sakura-chan. Kalau begitu ayo," ujar Oikawa. Dia menoleh sekilas ke arah Sakura sebelum menatap kembali pada gadis bersurai hitam di depannya. Sungguh, ia tidak bisa memalingkan wajah jika sudah berhadapan dengannya.

Oikawa tersenyum. "Lain kali berhati-hatilah, [name]." ujarnya sambil melewati [name]. Tak lupa ia menepuk pelan bahu gadis itu.

Ia kembali berjalan berdampingan bersama Sakura sembari berbincang-bincang kecil.

Melihat pemandangan di depannya membuat [name] terdiam. Kedua netra coklat gelapnya terfokus pada dua insan yang kini tengah saling bertukar tawa. 'Serasi juga cocok,' batinnya.

Kedua telinganya mendadak tuli. Ia tidak bisa mendengar apa yang orang-orang di sekitarnya katakan.

Hingga beberapa detik kemudian [name] menunduk. Menatap tempat makannya yang isinya kini sudah berantakan.


"Sebenarnya si jelek itu sedang memikirkan apa sampai sefokus itu?"

"Sepertinya dia iri dengan Kirei-san."

"Benar-benar tidak sadar posisi."












'Aku berharap detik ini aku mati saja.'









15 December 2022
©Levon_Blade94

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 15, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ex :: Oikawa TooruWhere stories live. Discover now