Rayhan menatap gue, yang langsung gue hindari dengan menatap ke arah lain. Melihat reaksi gue, Rayhan kemudian tersenyum sedih. Ia berjalan menghampiri ranjang dan mendekat. "Aku pulang dulu ya Git, besok aku akan ke sini lagi," pamitnya.

"Nggak perlu repot-repot Bang, Jun besok nggak ada mata kuliah dan Gatra juga cuma ada ekskul, kami lebih dari cukup untuk jagain Kak Git. Ditambah Bang Aga juga pastinya." Lagi-lagi Jun kembali bersikap kasar, Gatra yang melihat hal itu menyeringai dalam diam.

Rayhan tidak merespon perkataan Jun, ia hanya menjulurkan tangannya untuk menepuk kepala gue dengan lembut dan mengelus punggung tangan gue pelan. "Semoga cepet sembuh, Git," ujarnya tulus. Gue hanya mengangguk kikuk melihat bagaimana Jun dan Gatra yang memelototi tingkah Rayhan barusan.

Pintu pun tertutup, sosok Rayhan menghilang di baliknya. Jun dan Gatra memandang gue dengan tatapan aneh. "Itu bukan selingkuhan Kakak kan?" tanya Gatra tanpa basa-basi. Semenjak gue mengenal calon adik ipar yang kedua ini, ia sama sekali tidak peduli dengan hal lain selain game. Pertanyaan yang ia lontarkan barusan terasa cukup mengejutkan.

"Um, bukan," jawab gue sekenanya.

"Um? Kenapa Kakak ragu kayak gitu? Terus kenapa itu orang pegang-pegang Kakak kayak tadi? Aku liatnya aja kesel, apalagi Bang Aga!" Jun merapalkan kalimatnya dengan cepat, mencecar dan menghakimi, ia terlihat begitu marah.

"Kalian ke sini disuruh Aga?"

"Kok malah nanya balik?" Jun terheran. "Aku lagi nanya Kakak loh!" protesnya tak terima.

Gatra dan Leo memerhatikan dalam diam, Leo memasang mimik sedih melihat perdebatan dua orang yang disayanginya. "Kalian ini kenapa sih?"

"Jawab pertanyaan Kakak Jun," ucap gue penuh penekanan, meminta penjelasan.

"Bang Aga nggak nyuruh, tadi siang Bang Aga ke sekolah Gatra, anter tugas yang ketinggalan di mobilnya pas anter Gatra tadi pagi, terus Bang Aga bawa Gatra untuk makan siang di luar, hokben seberang sekolah lebih tepatnya. Kami berdua lagi makan siang bareng saat Bang Aga dapet telepon kalau Kakak masuk rumah sakit," jelas Gatra panjang lebar.

"Jadi begitu ..." ucap gue pelan. Ternyata kehadiran mereka bertiga hanyalah inisiatif mereka sendiri.

"Kenapa Bang Aga malah nyuruh temennya buat ke sini?" tanya Jun terheran. Gue mengangkat kedua bahu mengindikasikan bahwa gue juga tidak mengetahui alasannya.

"Emang Bang Aga belum ke sini?" tanya Gatra, kini alisnya mulai berkerut.

Gue menggeleng pelan, menunduk menggenggam selimut yang menutupi tubuh, mencoba menahan air mata yang mendesak keluar. Gue tidak boleh terlihat cengeng, terlebih di hadapan ketiga anak ini.

Gatra memasang ekspresi terkejut yang amat sangat. "Bang Aga sampai buru-buru keluar dari restoran, nggak makan makanannya sama sekali. Nggak mungkin Bang Aga belum ke sini!" ujarnya keheranan.

"Tapi kenyataannya Abang kalian emang belum ke sini..." ucap gue parau, emosi yang berkecamuk dengan intens membuat suara gue sulit untuk keluar dengan benar, tenggorokan gue seolah tercekat dan sulit mengeluarkan kata. Seolah menyadari kesedihan yang gue rasa, Leo mendekat dan memeluk gue dengan erat.

"Kakak lagi berantem sama Bang Aga?" simpul Jun yang sudah mulai bisa mencerna situasi dengan sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Gatra dan Leo menyimak dengan khidmat, menantikan jawaban yang keluar dari bibir gue.

"Leo, Gatra, bisa keluar dan beliin Kakak roti di bawah? Kakak laper," ucap gue yang diangguki dengan antusias oleh Leo. Mungkin berbicara tentang hal ini dengan Jun yang sudah cukup dewasa akan lebih mudah, namun Gatra dan Leo masih terlalu muda untuk mengerti.

"Leo beliin roti dan donat yang banyak, tapi Kakak jangan sedih lagi ya?" pinta Leo. Gue mengangguk menyetujui, mencoba menyunggingkan senyum.

"Tolong ya, beliin yang banyak, Leo juga pasti mau kan?" ucap gue sembari mengelus kedua pipinya. Leo mengangguk antusias, dan menarik tangan Gatra untuk segera beranjak. Gatra pasrah diseret seperti itu oleh Leo, ia hanya menatap Jun seolah memberi isyarat yang diangguki oleh Jun, kemudian mereka berdua keluar dari kamar perawatan.

"Jadi, siapa cowok tadi, kenapa Bang Aga malah nyuruh dia ke sini buat nemenin Kakak?"

Dan dengan perlahan gue mulai mencurahkan kronologinya kepada Jun, tentang siapa itu sosok Rayhan, dan juga permintaan Yiraga untuk memikirkan kembali tentang pernikahan kami. "Ini bukan sesuatu yang sepatutnya Kakak ceritakan ke kamu, ini masalah kami dan seharusnya kami yang menyelesaikan. Kakak cuma nggak mau kamu salah paham dengan situasinya, Kakak nggak selingkuh seperti yang kamu pikir."

Jun menggeram kesal. "Bang Aga bilang kayak gitu?" tanyanya dengan tidak percaya. Gue mengangguk membenarkan. "Jun nggak habis pikir, apa yang ada di otak Bang Aga!"

"Sejujurnya Kakak juga nggak tahu apa yang ada di otak Abangmu itu saat ini."

"Jangan bilang ini ke orang lain Jun, terutama orangtua dan saudara kalian. Biar Kakak dan Abang kamu yang menyelesaikan ini, Abangmu mungkin cuma butuh sedikit waktu."

Jun menunduk, memandang lantai dengan ekspresi muram. "Kakak nggak akan nyerah kayak abang kan?"  tanya Jun khawatir.

"Kakak sayang banget sama Abang kamu, kalau nyerah sekarang, mungkin Kakak bakal menyesal seumur hidup. Mungkin Kakak perlu menyakinkan Abang kamu lebih jauh, kalau dia cuma satu-satunya yang Kakak mau, dan Rayhan adalah masa lalu Kakak, yang hanya menjadi bagian dari hidup Kakak, yang membawa Kakak untuk bertemu Abang kamu."

"Bang Aga pasti nyesel kalau harus ninggalin Kakak cuma karena cowok itu, Jun yakin banget." Jun memasang wajah muram. "Jun nggak mau punya Kakak ipar lain selain Kakak."

"Meski kalian ngeselin, Kakak juga bakal kangen banget kalau harus nggak ketemu kalian dalam waktu yang lama."

Pintu kamar perawatan kembali terbuka, kini Leo masuk sembari bersenandung, membawa dua lusin donat dan satu plastik besar berisi berbagai macam roti. "Pesanan Kakak dateng!"

"Leo ngerampok siapa sampai borong roti sebanyak itu?"

Gatra kemudian masuk ke dalam ruangan, menarik seseorang di belakangnya yang berdiri kikuk. "Bang Aga ada di kafe bawah tadi, lumayan kan jadi nggak ngeluarin duit beli donatnya."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Nikah?Where stories live. Discover now