Chapter 2

528 87 5
                                    

(Name) POV

Apartemen pria yang tengah menggendong ku ini terlihat sederhana, dengan beberapa furniture lengkap yang terlihat tidak berantakan ataupun meninggalkan space kosong yang berarti. Cukup mengesankan untuk pria sepertinya. 

Pria itu kemudian mendudukkan ku di atas sofa di ruang keluarga, ruangan yang terlihat tidak kecil tapi juga tidak besar. 

"Ini obatnya~" Pria itu menyodorkan sebotol obat dan cotton bud dengan seyum lebar dan tampang watados nya. 

Aku melirik aneh pada botol ditangan nya, kenapa ia memberiku... Obat untuk sembelit? Sepertinya benar kenyataan jika pria manis— maksudku tampan ini tidak mengetahui apapun tentang obat. 

"Kau tidak sungguh memberikanku obat pencahar, kan? Yang sakit itu kakiku, bukan ususku." Ucapku menyadarkan nya. 

"Hee benerkah? Tapi Usopp bilang ini bagus untuk luka... " Ia terlihat kecewa dengan bibir yang dimajukan. 

'Uh, kenapa ia terlihat sangat menggemaskan?! Tapi tunggu, siapa pria bernama Usopp ini? Bagaimana dia bisa menyesatkan pria manis—ehem tampan ini.' batin ku tidak tega.

"Kau sungguh percaya ucapannya? Kau ini bodoh ya?"

Aku bertanya main-main dengan senyum kecil dan tatapan mengejek, namun siapa yang menyangka bahwa pria ini malah mengiyakan pertanyaan ku.

"Heee? Tapi sungguh aku pernah mengobati luka ku menggunakan ini tau!" Pria itu terlihat tidak terima, bersikeras tentang obat yang ia pegang dengan menunjukkan nya didepan wajahku. 

"Dan apa yang terjadi pada lukamu?" Tanyaku lagi. Oke, kali ini aku jadi penasaran dengan ceritanya.

"Ah lukanya membengkak dan mengeluarkan air hingga akhirnya Chopper lah yang membantu untuk mengobati ku, btw Chopper itu adalah Dokter yang hebat loh! " Pria itu terlihat sangat bangga saat mengenalkan teman nya. 

Aku terkekeh pelan, bagaimana bisa pria ini selalu mengeluarkan ekspresi senang dengan gerakan tangan yang menggambarkan setiap penjelasan yang ia ucapkan. Pria yang sangat manis—ehem tampan. 

"Ambil kotak P3k, biarkan aku yang mengobati diriku sendiri." Pintaku. Ia terlihat bingung dengan memiringkan kepalanya, terlihat sangat imut. 

Aku menatapnya gemas, bukankah dia sendiri yang tadi dengan sangat percaya diri menjelaskan bahwa ia memiliki obat yang dapat membantuku beberapa waktu sebelumnya. Pada akhirnya aku menjelaskan secara singkat padanya.

"Maksudku kotak yang isinya memiliki beberapa macam obat. Kotak bewarna putih yang biasanya terbuat dari besi."

"Emm, wakatta." Pria itu mengangguk-angguk paham. 

Jawabannya terdengar sangat mencurigakan dan benar saja... tak butuh waktu lama hingga ia kembali dan membawakan 3 macam kotak bewarna putih yang terbuat dari besi, aku memijat kening ku pelan. Apa ia sungguh tidak mengetahui apa itu kotak P3K? Di zaman sekarang ini? 

Aku menunjuk kotak yang benar, ia tampak dengan bangga menyerahkan kotak itu padaku dan melempar kotak yang tersisa kebelakang begitu saja, menghiraukan suara bising yang dibuatnya sendiri. 

Aku hanya bisa menghela nafas lelah.

Aku bersiap mengambil beberapa peralatan, memintanya untuk melihat saja, tapi pria itu malah bersikeras bahwa aku ini adalah pasien yang harus dilayani dan dia akan mengobati ku. Oh ayolah, aku bukan wanita yang lemah yang tak bisa melakukan apapun. 

Tapi pada akhir nya aku mengalah dan membiarkan pria bersurai kelam itu untuk mengobati ku. 

"Tolong tuangkan alkohol ke kapas secukupnya." Pintaku. Pria itu mengikuti, tapi entah karena kelalaian atau apa, ia malah menuangkan hampir setengah dari isi botolnya. 

the Nightmare || Genap VersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang