6

98 18 3
                                    

Millo menjatuhkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size, kedua matanya menatap lurus langit-langit putih polos dihadapannya.

Otaknya berputar-putar, banyak hal yang sedang pemuda itu pikirkan hingga pemuda itupun tak bisa menyusunnya satu persatu.

"MILLO!!!" Suara pekikkan keras diiringi sebuah bantal melayang mengenai wajah Millo.

Millo beranjak lalu duduk ditepi kasur sambil merengut kesal.

"Ckk!! Gak ada kerjaan lo!!" Sinis Millo menatap pemuda dengan kaos oblong tanpa lengan itu kesal.

Radeka menghela nafas berat. Dalam hati mengutuk Millo yang kini duduk di atas kasur dengan sepatu yang masih melekat dikakinya.

"Mill, gue baru ganti tuh seprei kasur. Plis lah sepatu lo!!" Protes Radeka.

Millo tertawa tanpa dosa hingga membuat sang pemilik kasur ingin sekali melempar pisau di tangan ke wajah tengil pemuda itu.

"Apa gue lempar aja kali ya?!" Gumaman Radeka yang masih bisa didengar oleh Millo sontak membuatnya menoleh.

"Udah gak sayang nyawa lo?!" Millo menaikkan sebelah alisnya menatap Radeka songong.

Radeka memutar kedua bola matanya ketika melihat sepatu Millo berterbangan di kamarnya.

"Woy, ada makanan yang bisa gue makan gak? Laper nih." Millo berdiri dan melangkah kearah pintu.

"Di rumah gue mah semua yang lu makan ada semua. Saking akrabnya kita, keluarga gue udah terbiasa sama lo, sampe makanan favorit lo juga tahu keluarga gue." Sindir Radeka berharap Millo akan sadar diri.

"Tersentuh gue, Dek!" Millo mendramatis.

Hilang sudah harapan Radeka yang berharap pada Millo yang tingkat kewarasannya sangat minim.

"Jijik anj*g!!" Kesal Radeka

Millo mengedikkan bahunya acuh lalu berjalan keluar dari dalam kamar dengan tubuh setengah telanjang.

Radeka menggelengkan kepalanya tak habis pikir, untung dirumahnya sedang tak ada orang selain dirinya. Kedua orang tuanya adalah pegawai negri dan saat ini mereka sedang pergi dinas keluar kota.

Radeka yang seorang anak tunggal tentu saja selalu berada dirumah sendiri, keluarganya pun samasekali tak menyediakan pembantu di rumah karna alasan untuk mendidik Radeka supaya bisa mandiri.

Selang beberapa menit, Millo kembali ke dalam kamar dan langsung duduk disebalah Radeka yang sedang memakan apel sambil nonton televisi.

Radeka melirik Millo, "Laper atau kelaperan lu?!?!

"Dua-duanya." Bales Millo seadanya dan kembali fokus melahap makanannya.

Jika diingat kembali, Millo hanya makan satu kali saat bersama Clarissa di taman, itupun dibagi dua.

Blushh!!!

Pipi Millo memerah, perutnya seakan dipenuhi kupu-kupu yang berterbangan.

"Kenape lu?" Radeka yang menyadari perubahan tingkah Millo menoleh heran.

Millo balas menoleh, dan tatapannya justru malah fokus ke paha Radeka yang hanya mengenakan kolor pendek.

Blushh!!!

Pipi Millo semakin memanas, jantungnya yang berdegup kencang. Rasa halus hangat dan lembut tiba-tiba teringat dibenaknya.

Paha Clarissa yang saat itu tak sengaja tersentuh olehnya seperti sebuah sihir yang membuat sekujur tubuhnya merinding.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

You Are My Happiness Where stories live. Discover now