3

2K 230 29
                                    

/) /)
ପ(˶•-•˶)ଓ ♡
/づ づ (énjoy)

"Jeno... Apakah Jeno Hyung ada?"

Pertanyaan Renjun membuat mereka semua terdiam, kebingungan.

Tentu saja mereka bingung, mereka baru saja berkenalan dengan Renjun beberapa menit yang lalu dan itupun kacau karena errr Haechan yang membuat amarah Jeno tersulut.

Mark menatap kedua adiknya yang berada di sofa seolah bertanya 'bagaimana ini?' kepada kedua adiknya yang sama bingungnya, bahu kedua adiknya yang terangkat adalah jawaban untuk Mark.

Mark menggaruk lehernya yang tidak gatal, kebingungan menggerayanginya, "Begini Renjunie, Jeno ada di kamar, tapi dia sedang-"

Perkataan Mark belum selesai, padahal kata-katanya sudah berada di ujung lidahnya, tapi Renjun langsung melengos pergi melewatinya tanpa sepatah katapun.

Mark tentu saja kebingungan tentang kemana arah perginya Renjun, tetapi setelah membalikkan tubuhnya dan mendapati Renjun yang sedang berjalan ke arah kamar yang tadi dimasuki oleh Jeno, membuat Mark semakin kebingungan.

"Renjun mau kemana?" Tanyanya walaupun Mark tahu kemana Renjun akan pergi.

Renjun menghentikan langkahnya ia berkata, "ingin bertemu Jeno Hyung," tanpa membalikkan tubuhnya.

"Jangan, Jeno sekarang pasti masih kesal," cegah Haechan, dengan segera ia mendekati Renjun.

Haechan berada tepat di hadapan Renjun, bocah berkulit tan itu benar-benar takut jika Renjun akan dibentak lagi oleh sang kakak kembar.

Renjun mendongakkan kepalanya. Perbedaan tinggi tubuh Haechan dan Renjun itu cukup ketara, walaupun Haechan tak setinggi Jeno tapi Renjun memang benar-benar pendek. Tinggi Renjun hanya sebatas bahunya.

Ahh Haechan jadi merasa bangga kalau seperti ini.

Mata bertabur bintang itu menatap Haechan dengan pandangan bertanya, tapi entah bagaimana Haechan malah mengartikannya sebagai tatapan permohonan.

hei jangan salahkan Haechan jika ia salah, ia kan bukan ahli pembaca mata.

"Jangan masuk Renjun, Jeno sedang tidak bisa diganggu. Nanti saja ya?" Haechan memberikan pengertian kepada bocah imut dihadapannya itu.

Haechan kira Renjun akan menurutinya dan langsung pergi. Nyatanya, Renjun malah menggelengkan kepalanya tanda ia tak setuju dan langsung menerobos pergelangan tangan Haechan yang direntangkan seolah itu adalah pagar pembatas.

Si tan tentu saja terkejut dengan tindakan yang diambil sang adik. Cepat-cepat ia kembali berlari dan berdiri di hadapan Renjun dan ya merentangkan tangannya lagi untuk menjadi pembatas.

Alis si kecil menukik, pipinya menggembung juga memerah, dan tangannya yang memegang berry pun mulai mengepal, ia sungguh kesal dengan anak laki-laki gembul dihadapannya ini, sungguh!! Tadi dia memeluknya dengan seenaknya sampai ia hampir terjatuh, kini bocah itu malah menghalanginya untuk menghampiri Jeno. Ia kesal dan rasanya ingin menyuruh Ralph untuk menggigitnya.

"Sudahlah Haechan, biarkan saja Renjun mendatangi Jeno," ujar Mark tiba-tiba.

Membuat sekarang yang terlihat kesal bukan hanya Renjun, tetapi Haechan juga. Eh tidak, Renjun sekarang sudah terlihat lebih biasa saja, tidak sekesal tadi.

Tentu saja Haechan kesal, Hyung-nya ini bukannya membantunya untuk melarang dan menghalangi Renjun untuk bertemu Jeno, pria beralis camar itu malah membiarkan Renjun untuk menemui Jeno. Ia ini kan takut jika Renjun akan mendapatkan penolakan yang keras dari Jeno.

Me and Ma Brother Where stories live. Discover now