"Resek banget dia Ma, bisa gak sehari aja gak nyari masalah hiks." meski perkataannya sarat akan emosi, pada akhirnya Jisoo tak mampu untuk tak menangis. Menurutnya kakaknya sudah benar-benar kelewatan.
Yoona sendiri cukup terkejut melihat reaksi Jisoo, sepertinya ia harus berbicara dengan Irene nanti. Dari sini ia sudah bisa menyimpulkan bahwa tindakan Irene sudah kelewat batas, sebab semarah-marahnya Jisoo, ia jarang melihat anak gadisnya itu sampai menangis ketika ribut dengan sang kakak.
"Diapain sama kakak?" tanya Yoona hati-hati untuk meredam emosi Jisoo.
Jisoo tak menjawab, gadis itu sudah menangis sesenggukan. Mungkin sudah terlalu kesal dengan kelakuan Irene yang telah merecoki kegiatan perawatan kulitnya sampai se berantakan ini.
"Udah ya jangan nangis, nanti kakak bakalan Mama hukum." bujuk Yoona sembari mengelus bahu Jisoo.
Jisoo sendiri hanya menunduk, ia paling tidak bisa jika berhadapan dengan ibunya disaat seperti ini. Mau tak mau ia hanya mengangguk, meski didalam hatinya masih tersimpan dendam terhadap sang kakak.
"Ayo masuk, mending adek mandi ya, udah sore." Yoona kembali berujar sembari membalik tubuh Jisoo kemudian menuntunnya pelan memasuki kamar.
Saat tiba di dalam kamar, Yoona sangat terkejut melihat keadaan kamar bernuansa biru langit itu. Bantal sudah berserakan dimana-mana, sprei kasur juga sangat berantakan.
Lagi-lagi kesabarannya sebagai seorang ibu benar-benar diuji. Marah ada waktunya, tegas juga ada waktunya. Mungkin ada sebuah alasan dibalik tindakan Irene yang menurutnya sangat kekanakan ini.
"Biar Mama aja yang beresin, adek mandi aja." ujar Yoona ketika tak sengaja melihat Jisoo memunguti bantal-bantal yang berserakan.
"Maaf Ma." balas Jisoo pelan kemudian beranjak menuju kamar mandi yang kebetulan memang tersedia di kamarnya.
Yoona tak mempu untuk tak tersenyum. Lihatlah, meskipun seringkali bersikap kekanakan, baik Jisoo maupun Irene pasti selalu bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Bukannya sok bangga atau apa, ia rasa sejauh ini dirinya telah berhasil mendidik anak-anaknya.
Sekarang PR nya hanya satu, siap-siap saja untuk Kim Irene. Ia benar-benar akan bersikap tegas kepada putri sulungnya itu, lihat saja nanti. Pikir Yoona.
Sesuai yang ia katakan, setelah Jisoo memasuki kamar mandi, ia memilih untuk membenahi kamar tersebut.
•••••
Tak terasa waktu makan malam telah tiba, keluarga Kim tengah berkumpul di meja makan, namun Jisoo belum menampakkan batang hidungnya.
Terakhir kali dipanggil, gadis cantik itu bilang dirinya belum selesai berpakaian. Bukan rahasia umum lagi, sedari dulu Jisoo memang terkenal sangat lama ketika mandi, gadis cantik itu punya kebiasaan suka berendam dan bermalas-malasan ketika mandi di rumah.
Irene makan dengan khidmat sembari mendengar obrolan kecil antara ayah dan ibunya. Hingga akhirnya suara langkah kaki berhasil menarik perhatiannya, ia sedikit melirik menggunakan ekor matanya, melihat sang adik yang berjalan mendekat menuju meja makan.
Namun ia tak terlalu memperdulikannya, ia lebih memilih melanjutkan acara makannya. Saat tengah mengunyah makanan yang baru ia suapkan ke mulutnya, tiba-tiba
BRAAAK
Hampir saja Irene memuntahkan makanannya, sebab dengan kurang ajarnya adiknya itu menendang kursi yang di dudukinya. Buru-buru ia menelan makanan tersebut.
"Apa maksudmu?" protes Irene tak terima. Ia menatap nyalang kearah sang adik.
"Apa? Gak terima?" balas Jisoo dengan ekspresi yang jauh lebih mengerikan daripada Irene, bahkan nada bicaranya terdengar cukup keras.
YOU ARE READING
TRAGIC [VSOO]
Teen FictionKisah seorang pemuda 21 tahun yang dipaksa menjadi tulang punggung keluarga. Kepergian sang ayah tidak hanya menyisakan luka mendalam, namun juga berimbas terhadap keadaan ekonomi keluarganya yang anjlok. Ia yang hanya berasal dari keluarga sederhan...
Chapter 2
Start from the beginning
![TRAGIC [VSOO]](https://img.wattpad.com/cover/324203220-64-k53462.jpg)