"Inget gak, dulu pertama kali Oma mergokin kita gandengan tangan? Hehehe," Raga tertawa kecil mengakhiri ucapannya.

"Inget. Di dalam mobilkan? Haha. Lucu ya kalau diinget," jawab Jiwa.

"Dulu Oma pernah bilang, Oma mau panjang umur supaya bisa lihat cicitnya," lanjut Raga.

Jiwa menegakkan kepalanya dan menatap Raga yang pandangannya masih menatap lurus ke luar jendela.

"Kamu mau punya anak berapa nanti?" Jiwa tidak mau membuat suasana semakin sendu jadi pertanyaan itu dilontarkan begitu saja.

Raga menatap Jiwa heran, "Baru tunangan udah ngomongin anak," Raga mencubit hidung Jiwa.

"Jawab aja, mau berapa? Kalau aku mau dua, kalau bisa kembar langsung sepasang. Kamu ada keturunan kembar gak sih?" tanya Jiwa antusias yang membuat Raga tersenyum geli.

"Aku gak ada gen kembar, tapi gapapa bisa diusahakan. Kita yang mulai gen kembar di keluarga," jawaban Raga membuat keduanya tertawa membayangkan bagaimana jadinya jika Tuhan mempercayakan mereka sepasang anak kembar.

Malam itu mereka habiskan berbincang di kamar Oma. Keluarga yang lainnya kembali ke kamar dan rumah setelah jam dua lewat. Jiwa yang sedikit lelah tertidur pulas di kamar Oma sementara Raga menjaga Jiwa sampai ketiduran di sofa yang ada di dalam kamar Oma.

Sejak malam itu, kedua keluarga langsung bergegas mempersiapkan acara pernikahan yang akan diselenggarakan tahun depan. Jiwa memutuskan untuk kembali ke Trez dan meninggalkan Swiss agar bisa fokus mempersiapkan pernikahan. Hal itu adalah kemauan Jiwa sendiri. Raga tidak masalah jika Jiwa masih mau tetap tinggal di Swiss tapi gadis itu justru memutuskan untuk kembali ke Trez.

Kepindahan Jiwa ke Trez membuat Raga tidak lagi tinggal di apartmentnya. Sejak hari pertama kepindahan Jiwa, Raga selalu bolak-balik Trez untuk pulang dan bekerja. Beruntungnya kini Raga punya asisten dan supir yang membuatnya tidak terlalu lelah menempuh perjalanan dari kantor ke rumah.

Seperti malam ini misalnya, Raga merengek pada Jiwa untuk dimasakan makan malam. Padahal pria itu ada meeting sampai jam tujuh malam dan baru sampai di Trez jam sembilan. Dengan mata yang sudah sangat mengantuk Jiwa terpaksa membuka pintu untuk Raga yang datang minta dimasakan makan malam.

"Kamu mah ngerjain aku banget deh, besok aja sih aku buatin sarapan," Jiwa sibuk di dapur sambil menggerutu sedang Raga duduk di meja makan memperhatikan tunangannya yang sedang mengomel.

"Kamu mah ngerjain aku banget deh, besok aja sih aku buatin sarapan," Jiwa sibuk di dapur sambil menggerutu sedang Raga duduk di meja makan memperhatikan tunangannya yang sedang mengomel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maaf ya, aku kepengen banget masakan kamu soalnya," Raga mendekat ke arah Jiwa dan meletakan dagunya di pundak Jiwa. Suara hembusan nafas Raga yang berat terasa di leher Jiwa.

"You okay sayang?" tanya Jiwa setelah mendengar Raga yang tampak kelelahan.

"Hari ini dari pagi ada meeting, terus ada masalah juga di kantor. Jadi aku capek banget butuh kamu untuk recharge energi aku yang udah zero," Raga menutup matanya sambil sedikit memiringkan wajahnya yang kini menghadap ke Jiwa.

UnconditionallyWhere stories live. Discover now