IV

71 10 1
                                    

Kediaman Sukuna..
Segala cara yang y/n lakukan untuk kabur selalu nihil. Tempat ini seperti dirancang untuk mengurungnya seperti burung dalam sangkar.

Y/n kewalahan terus bersandiwara, menyuruh para maid melakukan hal yang sebenarnya tidak ia inginkan untuk mengalihkan perhatiannya atau menyamar menjadi salah satu dari para maid.
Haahh rasanya seperti sia sia!

Ditambah dengan paksaan Sukuna yang memerintahkan Uraume sebagai maid khusus untuk Y/N, belum lagi anak buahnya yang bernama Choso selalu mengikutinya kemanapun Y/N pergi.

Kekangan, Y/N bahkah tidak bisa berkeliling bebas hanya untuk menikmati bangunan mewah ini,sepertinya privasi saja tak punya.

“Selamat kembali, Tuan Sukuna”
Para Maid di depannya membungkuk memberi hormat, y/n merasa pasokan udara di ruang makan ini seperti menipis.
Sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya, membuat tubuhnya bergetar

“Apa kau menolak semua makanannya lagi?”
Suara bariton khas itu seperti mengintimidasi y/n, ia tidak bisa menjawab hanya mengelak menggelengkan kepalanya pelan.

“Mau makan bersama?”
Lagi, untuk kedua kalinya ia hanya menjawab dengan bahasa tubuh.

Y/N mengangguk ragu pelan dua kali, takut-takut bagaimana jika ia menolak, mungkin 1 detik kemudian Sukuna sudah menebas kepalanya.
Sial kenapa aku mendadak bisu seperti ini!

“Buatkan kembali makanannya, dia hanya ingin makan denganku!”
Sukuna semakin mengeratkan pelukannya pada y/n sembari menuntunnya menuju meja makan.

POV Y/N

Kenapa aku mendadak menjadi penurut seperti ini! Aku merasa takut menatap matanya, ku harap tidak menyinggung perasaannya karena terus menunduk seperti ini.

“Duduklah”

Apa maksudnya, dia menyuruhku duduk di pangkuannya?!
Dia pasti mencari kesempatan! Sebaiknya aku duduk di sampingnya saja

Beberapa detik tidak ada respons darinya saat aku menarik kursi di sampingnya , ku pikir pilihan benar memang duduk di sampingnya

SREETTT!!

“Aahh!!”
Sukuna menarik kursi ku membuatku jatuh terduduk di lantai. Bokong ku sakit sekali!
“Bagaimana rasanya?” Ia menatapku dengan tatapan usilnya, tangannya kini berada di depan mataku. Menawarkanku untuk berdiri
“Kau menyakiti perasaanku 2 kali jika menolaknya lagi”

Kenapa tidak bilang jika dia tersinggung!!

“M-maaf”
Aku menerima bantuannya, menyambut uluran tangannya. Sukuna menarik kembali kursi yang tadi ditariknya. “Kemari duduk di atasku, dengan begitu tidak akan nyeri lagi”

“Ehh tidak Tuan, rasa sakitnya sudah hilang, sebaiknya aku duduk di samping Tuan saja”
Bodoh y/n kau menyinggungnya lagi!

Sebuah senyum simpul terukir jelas di wajahnya, dia tersenyum seperti meremehkanku. Suara kursi yang ditimbulkannya menjadi seperti menyeramkan di ruangan sepi dan sebesar ini.

GRREEP!!!

“Sepertinya akan lebih baik jika kita makan di kamar saja, y/n. Bagaimana?”









Sunyi...

Dingin...

Gelap...

Seharusnya aku tidak melawannya tadi. Aku menyesal
"Hikss.. tolong buka pintunya!"

Dia menyeretku ke kamar serba putih ini lagi, mengunciku di dalam, sebelumnya ia juga memutuskan semua aliran listrik pada kamarku. Aku takut sekali, tidak bisa melihat apapun..

Kupikir aku bisa mencari kesempatan untuk bertanya padanya bagaimana dengan ayahku..
Tapi, malah berakhir dengan di kunci seperti ini di kamar
Apa aku akan mati kelaparan disini..

Aku terus memukul pintu kayu keras ini, berharap mengusik nya dan mungkin saja dia memaafkanku(?)

"Kumohon bukaa pintunya!! Setidaknya jangan matikan lampunya! Disini dingin!!"

"Hikss... aku menyesal, aku lapar.."
Uhk! Kepalaku pusing sekali

Ayah hiksss.. ibu tolong bantu aku keluar dari sini..

"Buka!! Aku mohon b-buka pintunya.."




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SILLAGE | R. SukunaWhere stories live. Discover now