III

87 11 0
                                    

Langit malam ini menyeruak kuat, hujan deras disertai badai terus berlanjut sedari senja.

Mata biru safir itu menatap lekat-lekat ke atas langit, membiarkan liquid bening membasahi wajah indah bak ukiran sang dewi.
“Bagaimana, Nanami?”

“Sepertinya dugaanmu benar Satoru, kami menemukan bercak darah milik tuan Kazu, dilantai tepatnya ruang tengah” Nanami melepas mantelnya, meneguk segelas Wine yang ia tuangkan.

“tapi keberadaan Y/n, kami tidak menemukan apa pun darinya selain kotak perhiasan yang berserakan tadi” lanjut Geto yang baru saja menapakkan kakinya di ruangan itu.

Satoru menundukkan kepalanya, melangkah masuk ke ruangan dengan sebotol Wine ditangannya.

“Y/n...”
Pandangan Satoru sendu. Ia mengangkat botol dan meneguknya, membiarkan air yang terus turun dari rambutnya mengalir membasahi pakaiannya, cermin di depannya menjadi saksi penampilan kacaunya sekarang.

POV SATORU

Bunga Tsubaki merah, y/n pernah bilang sangat ingin bunga ini untung saja waktuku luang dan bisa membelinya sendiri.

Walau harus menunggu lama untuk mendapatkannya, lagi pula aku sudah lama tidak menemui y/n teman kecilku, terakhir saat festival kembang api 3 bulan lalu.

"Y/n , aku lelah! Kau menanamnya dimana sebenarnya?"

"Hikss jangan mengeluh padaku! Aku juga tidak tahu"

"Bunga apa namanya? Bagaimana cirinya?"

"Warna merah"

"BAGAIMANA BISA KAU MENANAM BUNGA MERAH ITU DISINI! SEDANGKAN TAMAN INI PENUH DENGAN BUNGA MERAH!"

"Huaaaa satoru membentak ku!! Ibuuu!!! Huaaaa...."

Aku tersenyum saat selintas ingatan itu terputar
“Aku yakin dia pasti kaget melihatku datang tiba-tiba”
Tak ku hiraukan tatapan semua orang melihatku yang mungkin terlihat aneh bagi mereka. Memakai kacamata hitam disiang hari, atau pakaian serba hitam di tengah terik?

Atau mungkin, tersenyum seperti orang bodoh yang menenteng sebuket bunga. Haah...
“Ternyata jatuh cinta segila ini”
Setibanya disana, aku pikir aku salah alamat dan mengira bahwa Y/n telah pindah.

Tapi, kerumunan dan garis polisi yang membentang di depan pagar. Mendorongku untuk masuk ke rumah itu.

“Y/N!! KAU DIMANA!” tak ada seorang pun menjawabku

“Apa-apaan ini?!”
Berantakan, semua barang-barang berserakan dan hancur. Netraku teralih pada genangan merah pekat yang ku injak.

“Brengsek! Si kazu parasit itu, apa lagi yang ia perbuat!”
Aku langsung pergi dan menghubungi Nanami untuk menyelidiki ini, dan bergegas segera mencari y/n . Aku tak peduli dengan nyawa si brengsek Kazu!

Sedari kecil y/n dan ibunya sangat tersiksa tinggal dengan si tua itu. Aku selalu melihat  ibu y/n menangis di taman rumahnya sambil menyiram menemani y/n dan menghiburnya.

"Satoru!!"

"Y/n panggil yang sopan, satoru lebih tua 2 tahun darimu"

"Tidak apa bibi, aku yang menyuruhnya menyebut namaku saja"

"Hihihi Satoru tidak ingin terlihat tua, yaa?"

"Astaga, darimana anak ini belajar?!"

"Satoru.. aku harap kau bisa berada di sisi y/n selalu"

"Y/n hanya satu-satunya harapanku, terima kasih karena selalu menemaninya kemanapun"








"Aku ingin kau yang membunuhku Satoru, ku mohon demi putriku, demi y/n "



SILLAGE | R. SukunaWhere stories live. Discover now