Tiga

36.4K 1.9K 8
                                    

TIGA

Lari dan lari. Yang bisa ku lakukan untuk saat ini adalah lari. Dadaku memanas dan sesak, kakiku mulai terasa lemas, mataku mulai mengeluarkan air mata membuat pandanganku buram. Kejadian itu begitu cepat dan membuatku tidak bisa melakukan hal apapun selain lari.

                “Lari Nona.. ce.. cepat.. la.. la.. ri..” kata-kata terakhir pelayan ku saat dirinya tertusuk pedang dibagian perutnya. Pemandangan yang membuatku membeku sesaat sebelum melakukan apa yang dia minta padaku.

                Suara langkah kaki semakin dekat dengan ku, aku sudah sekuat tenaga untuk berlari sejauh mungkin. Tapi mereka semakin dekat. Aku ingin menggunakan tarian hutan itu, tapi jumlah mereka sangat banyak, dan aku hanya baru belajar beberapa gerakan sederhana. Tidak mungkin bisa melawan mereka semua, terlebih saat ini aku sangat ketakutan.

                Catatan penting, harus belajar cara menekan ketakutan.

                Tapi bagaimana? Tidak mungkin ada pelajaran seperti itu. Aku lelah dan terjatuh. Aku sudah tidak sanggup berlari.

                “Kau tidak akan bisa lari dari kami Nona Muda”seorang pria meyeringgai dengan mata menyala. Aku langsung tahu jika dia adalah pemimpin kawanan itu. Tubuhnya tinggi dan berotot. Kulitnya hitam sehitam malam. Matanya besar dan rambutnya coklat gelap keriting sebahu.

                “Dia cantik”kata salah seorang yang paling gemuk diantara yang lain, tapi wajahnya menyeramkan karena ada luka gores memanjang dari dahi kiri sampai pipi kanannya.

                Mereka berenam. Kemana para pengawalku? Apakah mereka membunuh  para pengawal seperti Asly pelayanku aku menduga-duga dalam hati.

                Salah satu berbadan kurus dan berambut hitam mendekatiku, lalu dia terkejut. Dia sedikit gemetaran lalu kembali ke pemimpinnya.

                “Bos.. wanita itu… dia.. dia…” sikurus berkata terbata-bata. Matanya melihat ke arahku lagi kemudian kembali menatap pemimpinnya. “Dia penyihir”lanjutnya dan aku terkejut. Benar kata kakakku dan ayah ku. Mata ini mata seorang penyihir.

                “Ha..ha..ha.ha..”sang pemimpin tertawa diikuti anak buahnya yang lain, lau memukul kepala sikirus tadi “Kalau begitu ini akan menarik, si penyihir yang tidak bisa menggunakan ilmu sihirnya untuk menolong para pengawalnya dan berlari, bukannya terbang dengan sapu terbang?”

                Sang pemimpin mendekatiku, otomatis aku mundur dengan menyeret tubuhku yang masih berada ditanah dengan susah payah. Dia mengerutkan keningnya menatapku dalam. Mungkin menimbang-nimbang apakah aku adalah penyihir atau bukan.

                Aku mengambil kesempatan ini untuk melemparkan pasir kewajahnya, dia mengerang menutupi matanya, aku mencoba bangkit berdiri dan berlari, namun tangan besar seseorang menangkapku, sang pemimpin berhasil menangkapku. Seketika aku mencabut pedang yang tergantung di pingganggnya dan mengayunkannya.

                Oh sial pedang ini berat sekali.

                Dia mundur menghindari tebasanku, kemudian salah satu dari anak buahnya melemparkan pedang kearahnya.

                “Lihat, siapa yang ingin bermain-main denganku”

@@@

Beberapa waktu sebelumnya.

                “Nona tampaknya kain ini cocok untuk mu”asly menunjukan kain berwarna merah marun dan bercorak bunga angrek. Hm… angrek mengingatkanku pada Aiden, aku tersenyum sekilas lalu menganguk menandakan aku menyukainya. Dan Asly segera melakukan tawar-menawar kepada pemilik toko. 30 Ent ( mata uang Athanoxia 1Ent = Rp 6.000,00) untuk harga kain ini. Hmm… tidak terlalu mahal karena ini merupakan toko kain terbaik di Athanoxia.

Calista - Princess of AthanoxiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang