Chapter 3: Mimpi Indah

Start from the beginning
                                    

Begitu sosok itu hendak mencekik Juan, suara Anna tiba-tiba menghentikan aksinya. "Aku gak tahu kenapa kak Juan sampai sekarang masih benci sama aku. Tapi aku bicara jujur, kak. Aku gak kenal siapa teman kakak itu. Teman sekelasku bahkan gak ada yang mau mengajakku berteman. Kak Juan harusnya tahu kalau sejak dulu aku memang penyendiri."

Pintu kamar Anna yang masih terbuka tiba-tiba saja menutup dengan sendirinya disertai suara yang amat kencang, sontak membuat Juan terkejut dan merasa ketakutan.

"Sialan! Kamar lo berhantu, ya?! Buka pintunya!" Pekik Juan ketika ia berusaha membuka pintu namun pintu itu tak mau terbuka. Padahal pintu kamar Anna dalam keadaan tidak terkunci, namun sekeras apapun Juan mencoba membukanya, pintu itu tetap saja tidak mau terbuka.

Anna hanya diam, ia sebenarnya juga terkejut karena dari jendela kamarnya pun tak ada angin kencang yang bisa membuat pintu kamarnya itu tiba-tiba saja tertutup seperti dibanting.

"Heh! Cepetan bantu gue buka pintunya! Sialan banget ini kamar!" Bentak Juan tepat di hadapan Jayden yang masih menatapnya dengan tatapan tak suka. Jika Juan bisa melihat sosok Jayden saat ini, pasti ia sudah pingsan di tempat.

Bagaimana tidak? Sosok tampan tersebut kini berubah menjadi menyeramkan dengan mata merah yang mengeluarkan darah. Bayangkan jika ada orang yang sedang menangis namun yang keluar bukanlah airmata, melainkan darah. Seperti itulah penampilan Jayden saat ini.

Kalau kamu menyakiti hati wanitaku lagi, maka aku tak segan-segan akan membuatmu celaka. Aku tak peduli jika kamu adalah kakak kandungnya, aku tetap akan membunuhmu jika kamu berani menyakiti Anna!

Pintu itu tiba-tiba saja terbuka, dan keanehan tersebut membuat Juan semakin ketakutan. Ia pun segera berlari ke luar dan turun ke bawah, sontak ia bergidik ngeri karena menurutnya kejadian tadi sangat di luar nalar. Apalagi suasananya masih siang bolong, jelas pasti ada yang tidak beres dengan kamar adiknya itu.

 Apalagi suasananya masih siang bolong, jelas pasti ada yang tidak beres dengan kamar adiknya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa menit Anna membeku di tempat. Ia hanya bisa terdiam di kamarnya, meskipun dirinya sebenarnya juga merasa takut dengan kejadian tadi. Namun hal tersebut bisa ia tepis karena perasaan sedihnya lebih mendominasi dirinya.

Ia pun beranjak turun dari ranjang untuk menutup pintu, lalu memilih duduk di meja belajarnya dan mulai menangis.

Anna masih tak paham mengapa kakaknya itu sejak dulu selalu membenci dirinya, dan hanya akan berlaku baik jika ada orang tuanya saja. Seakan ingin menunjukkan jika Juan adalah seorang kakak yang baik meskipun sakit-sakitan, padahal sebenarnya tidak.

Anna terus melampiaskan rasa sedihnya dengan menangis, dan sosok Jayden yang tetap setia berada di kamar Anna itu tiba-tiba saja membelai rambut Anna dengan lembut. Saking lembutnya belaian dari Jayden, Anna pun berangsur-angsur menghentikan tangisnya dan mulai memejamkan mata karena merasa mengantuk.

Jayden tersenyum, ia sengaja ingin membuat Anna tertidur agar ia bisa menemui Anna dalam mimpinya. Hanya itu satu-satunya cara untuk membuat Anna bisa mengenal dirinya.

Jayden masih belum berani menampakkan dirinya secara langsung di hadapan Anna, karena ia tak mau membuat gadisnya itu ketakutan.

Anna kini sudah berada dalam alam mimpi, dan ia terpukau karena dirinya kini sedang berada di sebuah taman bunga yang indah. Entah di mana taman bunga itu berada, namun suasananya begitu sepi, hanya ada satu lelaki yang terlihat sedang duduk membelakangi dirinya di sebuah bangku taman yang dipenuhi bunga-bunga indah di sekelilingnya.

Anna berjalan mendekat ke arah lelaki itu, merasa penasaran dengan siapa sosok yang sedang duduk membelakanginya.

Tersisa beberapa langkah lagi, namun langkah Anna terhenti ketika lelaki itu tiba-tiba saja berdiri dan berbalik badan menghadap ke arahnya.

Anna tertegun, ia merasa seperti pernah memimpikan lelaki itu meskipun ia juga tak yakin sepenuhnya. Namun yang jelas Anna merasa tidak asing dengan sosok Jayden yang kini melangkah mendekat ke arahnya.

"Anna?" Sapa Jayden dengan suara yang begitu lembut di telinga. Siapapun yang mendengar suara tersebut pasti akan langsung jatuh hati, seperti yang dialami Anna saat ini.

Anna hanya bisa membeku di tempat, ia ingin membuka mulut tapi tak sanggup karena saking terbuainya ia dengan ketampanan lelaki yang terlihat mengenal dirinya ini.

"Anna?" Panggil Jayden untuk yang kedua kalinya sambil memegang kedua pundak Anna dengan lembut. Gadis itu hanya mengangguk, kakinya terasa lemas ketika lelaki itu berdiri tepat di hadapannya sambil memandang ke arahnya.

"Tampan sekali." Cicit Anna dengan suara yang teramat pelan, namun masih terdengar di telinga Jayden yang langsung menyunggingkan senyum manisnya.

"Kumohon jangan sedih, Anna. Aku tak suka melihatmu menangis seperti tadi." Ucap Jayden sambil masih menatap Anna dengan lekat. Anna lagi-lagi hanya mengangguk, merasa terhipnotis dengan perkataan Jayden yang terdengar begitu menenangkan di telinganya.

Cup! Jayden mengecup kening Anna tanpa izin, dan Anna masih tetap terdiam karena jantungnya kini berdegup dengan kencang. Belum pernah ia mendapatkan mimpi seindah ini, bahkan kalau bisa ia enggan untuk terbangun dari tidurnya.

"Jangan takut padaku, aku datang untuk menjagamu. Mulai sekarang dan selamanya, aku akan selalu berada di sisimu. Aku juga akan sering datang ke mimpimu, semoga kamu bisa mulai terbiasa dengan kehadiranku." Ucap Jayden sambil mengusap pipi Anna dengan lembut.

"Aku sedang bermimpi, kan? Kenapa rasanya nyata sekali?" Jayden tersenyum lebar ketika mendengar suara Anna yang ditujukan pada dirinya. Gadis itu mengajaknya berbicara, tentu perasaan Jayden langsung membuncah saking bahagianya.

"Mumpung kamu sedang bermimpi, apa kamu mau menghabiskan waktu denganku? Lupakan rasa sedihmu dan habiskan waktumu bersamaku di sini, sampai kamu siap untuk bangun. Tidak perlu takut, aku tidak akan berbuat macam-macam padamu." Sahut Jayden yang ternyata langsung dijawab dengan anggukan oleh Anna.

Tanpa menunggu waktu, Jayden segera menggenggam tangan Anna dengan erat dan mengajaknya berjalan-jalan di taman bunga itu, membiarkan Anna menikmati keindahan yang belum pernah ia lihat di dunia nyata.

Intinya, kebahagiaan Anna adalah prioritas utamanya.

🍂

JAYDEN, 18:23Where stories live. Discover now